Siapa sangka masih ada rumah adat Sunda di tengah kota pada zaman yang modern ini? Ternyata ada Kampung Adat Kranggan yang tetap memegang kuat nilai-nilai adat serta memiliki rumah adat khas Sunda di Bekasi, lho.
detikProperti berkesempatan mengunjungi salah satu rumah adat di Kampung Adat Kranggan pada Rabu (30/10). Tepatnya di Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kampung ini hampir mencakup tiga kelurahan, yakni Jatirangga, Jatisampurna, dan Jatikarya. Sekitar 10 rumah adat tersebar di kampung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menuju lokasi, kami keluar dari Exit Tol Cibubur dan melintasi Jalan Alternatif Cibubur pukul 09.46 WIB. Lalu lintas terbilang lancar di jalan raya lebar yang terdiri dari tiga jalur mobil, bahkan kawasan ini juga mempunyai flyover.
Kami melihat banyak ruko dan restoran berjejer di sepanjang jalan. Permukiman di sini juga sangat modern, ada sejumlah perumahan elit, cluster perumahan, hingga apartemen.
Lalu, tampak juga beberapa mal dan rumah sakit di kawasan ini. Kawasan tersebut tampak begitu modern dan maju dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang sangat memadai.
Dari jalan besar itu, ada sebuah plang yang dipasang oleh Pemerintah Kota Bekasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang menunjukkan arah ke lokasi Kampung Adat Kranggan. Kami pun berbelok mengikuti plang tersebut dan menemui jalan lebih kecil yang hanya muat untuk dilalui dua mobil dari arah yang saling berlawanan.
Pada sisi kanan dan kiri jalan, kami melihat ada ruko-ruko kecil, warung makan, toko material bangunan, perumahan, perseroan terbatas (PT) kecil, hingga lahan-lahan kosong yang belum digarap.
Jalanan mulai agak berkelok dan kami sempat melalui sedikit jalanan yang rusak dan becek. Semakin dekat ke lokasi, kami melewati sebuah gapura yang menandakan akan segera sampai ke Kampung Kranggan.
Jalanan semakin kecil hingga muat untuk satu mobil saja, sehingga perlu bergantian bila berpapasan dengan mobil lain. Kali ini, samping jalan berupa rumah-rumah yang banyak di antaranya memiliki lahan besar.
Akhirnya kami pun tiba di lokasi yang cukup dalam dari jalan raya sekitar pukul 10.00 WIB. Suasana sekitar lokasi terasa seperti di perkampungan dengan banyaknya rumah yang disertai pekarangan luas dan asri.
Kebanyakan rumah sudah bangunan dengan arsitektur yang modern, tetapi masih ada sejumlah bangunan tradisional yang masih dipertahankan. Kami berkesempatan melihat dua rumah adat yang letaknya tidak terlalu jauh dari satu sama lain. Kemudian, tampak juga satu rumah panggung dari kayu milik warga yang sangat khas hunian tradisional Sunda.
![]() |
Kami mengunjungi salah satu rumah yang merupakan pusat dari rumah-rumah adat di Kampung Kranggan. Di sana kami bertemu dengan Juru Bicara Kasepuhan Adat Kranggan, Abah Namin yang menceritakan tentang sejarah dan budaya di kampung serta bangunan rumah adatnya.
"Kampung Kranggan ini boleh dibilang sebagai kampung adat di Kota Bekasi yang masih mempertahankan adat istiadat dan budaya, kemudian juga kearifan-kearifan lokal sebagai warisan daripada leluhur Kampung Kranggan," ujar Abah Namin kepada detikProperti, Rabu (30/10/2024).
![]() |
Memasuki area rumah, kami melewati pagar yang terbuat dari papan kayu yang tersusun secara horizontal. Meski rumah didominasi warna coklat dari kayu, pagar ini dicat dengan warna hijau.
Kami berbincang di paseban, yakni halaman depan rumah untuk musyawarah, audiensi, silaturahmi, dan berkumpul. Area ini ditutupi atap dari rangka kayu nangka, kayu kecapi, kayu bambu, dan juga genteng tanah liat.
![]() |
Area paseban yang luas ini umumnya ada di rumah adat karena biasa menjadi tempat musyawarah dan kumpul warga. Hal ini berbeda dengan rumah tradisional Sunda milik warga lainnya yang tidak memerlukan paseban.
Suasana rumah, terutama di paseban sangat teduh dan adem, sehingga terasa nyaman untuk duduk berlama-lama dan santai di sini. Bangunan rumah pun sangat tradisional, seakan berada di perkampungan masa lampau.
![]() |
Abah Namin pun menceritakan awalnya Kampung Kranggan diperkirakan sudah ada dari tahun 1500-an. Asalnya dari seorang leluhur Kranggan yang merantau dari Gunung Putri ke kawasan ini.
Bangunan rumah ini juga diperkirakan dibangun pada tahun 1500-an. Rumah tersebut sudah bertahan dan diwariskan selama 7 generasi dan didiami oleh 9 pemangku adat.
![]() |
"Kalau Kampung Kranggan itu diperkirakan dari abad ke-15 atau tahun 1500 Masehi, sudah berdiri Kampung Kranggan di sini. Kalau bangunan rumah adat kita tidak bisa memastikan sejak kapan berdirinya, yang jelas diperkirakan abad ke-15 di sini sudah ada bangunan adat seperti ini," jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, rumah adat cukup mengikuti perkembangan zaman. Bentuk bangunan masih sama seperti aslinya, tetapi dilakukan beberapa pemugaran dan perbaikan.
Salah satunya, bagian panggung rumah yang seharusnya dari papan kayu diganti dengan beton dan dilapisi keramik agar tahan beban. Kemudian, plafon depan rumah juga diganti, dilapisi kayu dengan serta dipasang ornamen lampu.
Melihat dari keterangan yang tersedia di lokasi, rumah adat memiliki beberapa bagian, yakni paseban di bagian depan dan rumah panggung dengan ketinggian kolong 75 cm dari tanah.
![]() |
Bagian luar rumah berupa bale, sedangkan di dalam ada kamar tidur, pangkeng, dan pendaringan tempat menyimpan barang pusaka dan padi. Bahan bangunan rumah yang digunakan adalah kayu nangka, kayu kecapi, dan bambu untuk dinding, pagar, serta atap.
Kami tidak boleh masuk ke bangunan utama rumah karena bersifat sakral. Bahkan, ada ruangan khusus yang tidak boleh dibuka, termasuk oleh warga Kranggan.
![]() |
Meski demikian, kami dapat masuk ke dapur di belakang rumah. Dapur rumah ini sangat luas dan berisi banyak perabotan dan alat masak, termasuk tungku. Dapur ini biasa digunakan ketika menyiapkan hidangan saat acara-acara besar, terutama kegiatan ritual.
Rumah adat ini tampak begitu luas dan dikelilingi lahan yang luas juga. Diketahui, luas bangunan dari area paseban depan ke dapur di belakang rumah sekitar 2.000 m2. Sementara itu, luas tanah sekitar 8.000 m2 yang juga berisi bangunan lainnya.
Rumah Adat Kranggan sudah diakui oleh pemerintah dan menjadi cagar budaya sejak tahun 2011 silam. Kampungnya sendiri diyakini merupakan yang tertua di Kota Bekasi.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/abr)