Karena itu penerapan konsep properti hijau (green property) mutlak diterapkan sebagai upaya untuk berkontribusi aktif pada penyelamatan lingkungan. Menurut Iwan Prijanto, Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI), pengembang bisa menjadi prime mover yang memicu penerapan green property terkait aktivitas pengembangan proyeknya.
"Sektor swasta, dalam hal ini perusahaan developer, berperan sangat besar untuk penerapan konsep green pada setiap proyeknya dan itu harus diapresiasi. Konsep bangunan hijau sangat penting untuk konservasi, efisiensi, maupun saling berbagi dalam pemanfaatan sumber daya energi, air, udara, lahan, dan lingkungan," bebernya.
Pentingnya aktivitas pengembangan proyek yang green memiliki tujuan jangka panjang. Data GBCI menyebutkan, setiap proses konstruksi sebuah bangunan setidaknya mengonsumsi 35 persen energi dan 12 persen air, menghasilkan 25 persen sampah serta mengeluarkan 39 persen emisi gas rumah kaca (greenhouse gases). Setelah pembangunan selesai, operasionalisasi bangunannya menyumbang tiga besar teratas produksi emisi karbon (CO2).
Komitmen green itu yang terus dijalankan oleh pengembang Alam Sutera Group khususnya untuk menghadirkan kualitas lingkungan terbaik bagi seluruh konsumen dan penghuni. Menurut Direktur Marketing & Sales PT Alam Sutera Realty Tbk Lilia Sukotjo, di township Alam Sutera kualitas udara rutin diperiksa oleh PT Unilab Perdana yang merupakan laboratorium swasta di bidang lingkungan hidup.
"Berdasarkan pemeriksaan laboratorium itu terbukti kualitas udara di Alam Sutera sangat baik dan aman. Kami sangat setuju dan mendukung untuk menerapkan pengembangan yang berwawasan lingkungan dan itu bisa dilihat salah satunya dengan konsep yang kami terapkan seperti kondisi jalan yang oke untuk berjalan kaki, ruang-ruang yang cukup, hingga penerapan pedestrian oriented development (POD)," ujarnya.
Dengan memberikan prioritas untuk ruang-ruang terbuka maupun area penghijauan, Alam Sutera menunjukkan visi jangka panjang pengembangan produknya yang bukan hanya berorientasi pada keuntungan komersial tapi lebih penting lagi kenyamanan dan kesejahteraan kawasannya.
Konsep ini juga diterapkan di Elevee Condominium yang berada di dalam kawasan Escala, Central Living District by Alam Sutera. Bukan mengoptimalkan pengembangan produk komersial di area CBD-nya, Alam Sutera menghadirkan ruang terbuka seluas 5 hektar untuk kualitas udara dan keasrian dan kesehatan lingkungan. Ini menjadi area penghijauan terbesar yang ada di Central Living District Alam Sutera.
Dengan area terbuka yang luas ini, penghuni elevee Condominium akan merasakan suasana alam yang optimal. Bukan sekadar luasan, mini forest ini juga dikonsep dengan eucalyptus park seluas 1 hektar hingga satu area yang disebut green tunnel untuk menjadikan kawasan ini sebagai one stop eco green living.
"Kami menghadirkan konsep ini bukan sekadar konsep green artificial tapi merupakan dedikasi lahan yang luas untuk menjadi paru-paru kawasan yang optimal di kawasannya. Ini merupakan komitmen Alam Sutera yang di setiap masterplan selalu menghadirkan area hijau untuk konsep pengembangan berkelanjutan," kata Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer Elevee Condominium.
Konsep green lain yang diterapkan antara lain pengelolaan sampah yang menerapkan 3R (reuse, reduce, recycle). Sementara untuk kebutuhan air ada water treatment plant (WTP) untuk menghasilkan air bersih berkualitas di kawasannya. Terkait konsep green dan detail lainnya bisa dilihat di www.elevee.id.
"Elevee Condominium dibangun di atas lahan seluas 4 hektar yang berada di area Escala seluas 19 hektar. Kondominium ini dikonsep untuk memberikan ruang yang optimal bagi penghuni untuk beristirahat sesuai dengan lifestyle yang dijalaninya karena kawasannya juga sarat fasilitas seperti dekat ke Mall @Alam Sutera, Ikea, Living World Mall, Flavor Bliss, Swiss Germany University, RS EMC, Tentrem Hotel, hingga yang akan segera hadir Jakarta Premium Outlet by Simon Genting Group," imbuhnya.
(dna/dna)