TOD atau Transit Oriented Development adalah konsep tata ruang kota di mana area stasiun nempel dengan area hunian, perkantoran, hingga area komersial. Konsep ini sudah diterapkan di Indonesia dan negara lain di dunia. Sebab, bukan hanya mendekatkan transportasi umum dengan kawasan pemukiman, melainkan sebagai langkah mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Penerapan TOD di Indonesia
Konsep TOD ini sudah diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya di sekitar Jabodetabek. Salah satu buktinya adalah yang dikerjakan oleh PT MRT Jakarta di beberapa stasiun mereka. Proyek TOD ini juga ada yang berbentuk 'mixed use' yakni bangunan tersebut terdiri dari apartemen, hotel, hingga retail.
Menurut Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, sejak jalur MRT dibangun pada 2015, PT MRT Jakarta sudah merencanakan pembuatan TOD ini di area yang padat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 12 stasiun Kereta Bawah Tanah yang direncanakan, stasiun yang menjadi sasaran pembangunan TOD maksimum diantaranya Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, Stasiun Cipete, Stasiun Blok M, dan Stasiun Dukuh Atas.
![]() |
"Lalu, 3 stasiun seperti Senayan, Istora, dan Bendungan Hilir akan dikembangkan dengan pola TOD medium. Sedangkan, 4 stasiun lainnya yaitu Haji Nawi, Blok A, Sisingamangaraja, dan Setiabudi akan dikembangkan dengan konsep TOD minimum," tulis Sekretariat Kabinet Republik Indonesia seperti yang dikutip pada Kamis (30/5/2024).
Hingga Mei 2024, proyek TOD MRT Jakarta yang sudah selesai adalah JPM Dukuh Atas tahap awal, gedung Transport Hub, dan JPM Lebak Bulus menurut Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud dikutip dari detikcom.
Sementara itu, proyek yang masih berjalan diantaranya Aspen Peak by Rumapadu di Fatmawati yang sudah masuk tahap konstruksi dengan progres 80%, Transit Plaza Karet Station di Dukuh Atas yang sudah di tahap perizinan dengan progres 56%, Thamrin Nine Pedestrian Tunnel Fase 1 & 2 di Dukuh Atas yang sudah masuk tahap konstruksi dengan progres 62%.
Selain itu, ada 6 proyek TOD MRT Jakarta yang baru masuk tahap perencanaan diantaranya Pedestrian Dukuh Atas, Extended Concourse di Bundaran HI, dan Extended Concourse di Fatmawati yang ketiganya masuk tahap market sounding. Lalu, proyek berbentuk bangunan campuran atau mixed use property yang berlokasi di Ex-Glodok Kota Tua yang masih tahap studi awal, Blok M Terminal yang masuk tahap perizinan aset, serta mixed use dan Park & Ride di Lebak Bulus yang masuk tahap perizinan aset.
Meskipun lokasinya berada di sekitar Stasiun MRT, tetapi transportasi umum yang tersedia ada yang terintegrasi dengan KRL seperti di daerah Dukuh Atas atau Transjakarta di Lebak Bulus dan Bundaran HI.
Penerapan TOD di Dunia
![]() |
Konsep TOD ini tidak hanya dikembangkan di Indonesia, berbagai negara di dunia sudah menerapkannya bahkan jauh sebelum Indonesia. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia menyebutkan salah satunya adalah Brasil. Negara ini telah menerapkan konsep TOD sejak 1960-an karena menyadari area padat penduduk memerlukan kemudahan akses untuk mobilisasi ke kawasan lain.
Untuk di Asia Tenggara sendiri ada Singapura yang telah memperbanyak transportasi umum dan hunian terjangkau. Hal ini berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di sana. Lalu, di Benua Asia ada Hong Kong dan Jepang yang menerapkan hal yang sama. Kebanyakan warga di sana lebih sering menggunakan bus, kereta, atau sepeda untuk mobilisasi.
Bahkan Jepang sendiri sudah mengadopsi konsep TOD ini sejak 1972 dan tidak hanya berpusat di Tokyo, melainkan di wilayah lain seperti Nagoya, Fukuoka, dan Kokura.
Lebih lanjut, di Benua Eropa, Belanda juga menerapkan konsep TOD ini di kawasan Rotterdam yang terdiri dari area komersial, pemukiman, perkantoran yang terhubung dengan kereta bawah tanah.
(aqi/zlf)