Desa Cipayung dan Pasir Putih Depok mengalami banjir yang tak kunjung surut hingga kini permukiman sepi bak 'desa mati'. Warga di sana sampai lelang mengungsi karena banjir terus datang. Begini ceritanya.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuk ditinggali, justru sebaliknya. Begitu yang dirasakan oleh Udin dan keluarga, korban banjir di Depok yang tidak pernah surut sejak November 2023. Selain menderita kerugian, Udin juga hampir meregang nyawa saat terbawa arus banjir.
Udin dan keluarga membeli rumah di bantaran Kali Pesanggrahan pada 2020. Rumah tersebut berada tepat di perbatasan Kelurahan Pasir Putih dengan Cipayung. Harga tanah di sana cukup murah karena berdiri di tanah kerukan dan sering terjadi banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarganya adalah warga terakhir yang tinggal di area tersebut. Sebelumnya kakaknya dan keponakannya sudah lebih dulu tinggal di sana. Selama kurang lebih 3 tahun mereka menetap di sana.
"Bukan pindahan sih, saya asli sini tetapi pindah ke bawah. Satu keluarga sama abang, itu 3 (rumah) keluarga saya semua. Kiri abang, tengah saya, terus yang terakhir ponakan," kata Udin kepada detikProperti, Selasa (15/5/2024).
Semula Udin dan keluarga tinggal tidak jauh dari Kali Pesanggrahan, tetapi lokasinya lebih tinggi sehingga jarang terkena banjir. Namun, dia menjual rumah tersebut dan membeli rumah baru di bantaran Kali Pesanggrahan.
"Dulu kan pengen yang lebih luas, malah banjir. Pindah ke bawah mau deket sama abangnya. Waktu itu anak butuh biaya, saya nyari lebihan dikit. Eh malah begini dampaknya," tambahnya.
Selama tinggal di rumah barunya di bantaran Kali Pesanggrahan, sudah tidak terhitung berapa kali keluarganya harus pindah. Dia mengatakan baik banjir di pagi hari maupun malam hari dia sudah pernah merasakan.
Bahkan dia dan istrinya sempat hampir meregang nyawa karena terseret arus saat banjir besar menerjang rumahnya. Pada saat itu, keduanya tersangkut di pohon mangga. Keponakannya yang masih SMP berhasil menolong mereka dengan tali, meskipun dia juga ikut terjatuh karena tidak kuat menahan beban dua orang.
![]() |
"Saya hampir kehilangan nyawa. Saya nyangkut di pohon mangga. Di 2023 awal di bulan Februari, waktu itu malem lagi istirahat. Itu anak SMP yang nolong saya, malah kecebur, nggak kuat nolong kita berdua (istrinya). Plafon itu jebol. Pahanya berapa jahitan karena luka. Arusnya kenceng kayak air bah," ungkap pria yang bekerja sebagai Dinas Kebersihan DLHK Kota Depok.
Biasanya saat banjir terjadi, Udin dan keluarga akan langsung mengungsi ke rumah orangtua sang istri di Cipayung yang jaraknya tidak jauh. Mereka akan kembali ke rumah saat air sudah surut dan mengungsi lagi saat banjir datang.
Kali ini berbeda, setelah luapan Kali Pesanggrahan sejak November 2023 tidak kunjung surut hingga saat ini, Udin dan keluarga memutuskan mengontrak. Akses jalan menuju rumahnya di pinggiran kali juga sudah terputus, ditambah ada anjuran dari Pemkot Depok untuk mengontrak sementara.
"Mengontrak baru 2 bulan. Selama ini di rumah orangtua di Cipayung. Jadi kalau banjir pergi ke rumah orangtua, pulang, bersihin, banjir lagi," tutur istri Udin, Suhana.
![]() |
Sahana mengatakan kondisi rumah yang terendam banjir kini sudah penuh dengan lumpur. Dia menunggu air benar-benar surut, setelah itu meminta pemadam kebakaran untuk menyemprot lumpur di rumahnya. Namun sudah memasuki 6 bulan air tidak kunjung surut.
Walikota Depok, Mohammad Idris sudah datang ke lokasi melihat langsung banjir abadi di sana pada April 2024 lalu. Pada kesempatan tersebut dia mengatakan akan melakukan pembebasan lahan untuk rumah yang terdampak.
"Segera dianggarkan untuk penggantian atau pembebasan lahan yang tergenang," ucap Idris saat datang ke lokasi pada April 2024 seperti yang dilansir dari detikNews pada Selasa (14/5/2024).
Akan tetapi, hingga kini belum ada kejelasan program pembebasan lahan tersebut. Menurut Ketua RT 04 Kampung Bulak Barat, Cipayung, Depok, Naserih saat ini pihak RT dan RW telah mengumpulkan salinan sertifikat tanah milik korban banjir abadi yang rumahnya terdampak.
![]() |
Udin mengatakan Walokota juga sempat datang melihat banjir di lokasi yang sama pada 2019 tetapi tidak ada bantuan yang diberikan atau penyelesaian yang diberikan.
"Intinya dia bilang mau dirapihkan, mau nyewa alat berat, mana belum? Pokoknya warga Pasir Putih, warga Cipayung mintanya surut jalan. Perbaiki jembatan jangan begitu lagi karena janji dia kemarin," sebut Udin.
Sudah lama menunggu kebijakan konkret dari Pemkot Depok, Udin saat ini hanya mengharapkan paling tidak genangan air cepat surut. Sebab, selama jembatan dan jalanan di sekitarnya terendam banjir, dia dan warga Kelurahan Cipayung dan Pasir Putih harus jalan memutar melalui Gang Alif dan Tanah Merah yang terlalu jauh dan banyak begal.
"Harapannya dibebasin wilayah Pasir Putih, cepet surut, kering, orang bisa melalui orang nggak muter-muter, pemerintah cepat tanggap, jangan sabar tunggu, sabar tunggu," pungkas Udin.
(aqi/zlf)