Lahan di Kabupaten Subang, Jawa Barat mulai banyak dilirik oleh investor asing. Lahan di sana diminati investor asing untuk bangun pabrik karena masih banyak tersedia dan harga yang cukup terjangkau.
Vice President Sales & Marketing PT Suryacipta Swadaya, Abednego Purnomo mengungkapkan berbagai alasan Subang mulai dilirik oleh investor asing. Salah satunya terkait dengan ketersediaan lahan dan harga tanah yang masih murah, sekitar Rp 1,8-1,9 juta per meter persegi (m2). Namun, kata Abed, harga tanah yang murah bukan lah faktor utamanya.
"Karena begini, untuk harga tanah itu sendiri mereka hanya bayar di awal saja. Yang paling penting adalah saat mereka beroperasi, ongkosnya mereka tinggi atau rendah," ujarnya di Hotel Gran Melia, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya yaitu faktor tenaga kerja. Di Subang, upah tenaga kerjanya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan Bekasi maupun Karawang yaitu sekitar Rp 3,2 juta per bulan.
"Maka dari itu dari tadi saya tekankan mengenai tenaga kerjanya yang kedua akses ke Patimbannya itu. Kenapa? Karena ongkos logistiknya.. bayar tanah itu cuma sekali di depan, tetapi mereka beroperasi di Indonesia 25-50 tahun itu seberapa jauh mereka kirim truknya ke Patimban? Itu salah satu faktornya juga," ungkapnya.
Sebagai informasi, Pelabuhan Patimban merupakan salah satu pelabuhan yang melayani ekspor-impor barang serta memiliki lokasi yang strategis dan akan terhubung ke jalan tol.
Abed mengatakan, saat ini sudah ada beberapa negara yang berminat untuk berinvestasi di Subang, di antaranya adalah China, Jepang, dan Taiwan. Salah satu investor yang akan mengembangkan pabriknya di Subang adalah produsen mobil listrik asal China, BYD.
"Kenapa (banyak) dari China? Trade war. Mereka kalau tetap di China atau di Vietnam terus, mereka nggak bisa survive karena mereka kena hantam 22-25% pajaknya," ungkapnya.
Adapun, saat ini sudah ada beberapa area industri yang akan dikembangkan di Subang, yaitu industri otomotif seperti kendaraan listrik, industri FMCG, industri elektronik, dan industri garmen atau pakaian jadi.
(abr/zlf)