Dibangun Tanpa Semen Sejak Abad ke-8, Ini Kehebatan Arsitektur Candi Borobudur

Dibangun Tanpa Semen Sejak Abad ke-8, Ini Kehebatan Arsitektur Candi Borobudur

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikProperti
Selasa, 13 Mei 2025 06:03 WIB
Kawasan Candi Borobudur
Ilustrasi Candi Borobudur. Foto: Dok. InJourney
Jakarta -

Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia. Pembangunannya telah dilakukan sejak abad ke-8 dan sempat hancur karena bencana alam, tetapi hingga saat ini tetap berdiri. Rahasia di balik kokohnya Candi Borobudur berada pada teknik pembangunannya yakni sistem interlock atau penguncian, bukan memakai semen.

Dilansir situs Kemendikbud, an buku Candi Indonesia: Seri Jawa yang ditulis Edi Sedyawati, Hasan Djafar dkk terbitan Kemdikbud, ditemukan bahwa terdapat 4 teknik pembangunan yang dipakai di Candi Borobudur. Semua teknik ini tidak ada yang memakai semen apalagi putih telur sebagai perekat, melainkan sistem interlock atau penguncian. Berikut penjelasannya.

Tipe Ekor Burung

Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)Sambungan Tipe Ekor Burung Foto: Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)


Ditemukan pada hampir setiap batu dinding.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tipe Takikan

Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)Sambungan Batu Tipe Takikan Foto: Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)


Teknik sambung batu ini dapat ditemukan pada kala, doorpel, relung dan gapura.

ADVERTISEMENT

Tipe Alur dan Lidah

Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)Sambungan Batu Alur dan Lidah Foto: Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)


Teknik sambung batu tipe alur lidah ini dapat ditemukan pada pagar langkan selasar dan batu ornamen makara di kanan-kiri tangga undag dan selasar.

Tipe Purus dan Lubang

Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)Sambungan Batu Tipe Purus dan Lubang Foto: Candi Borobudur (Dok Kemendikbud)


Teknik sambung batu tipe purus dan lubang ini dapat ditemukan pada batu antefil dan kemuncak pagar langgan.

Jenis Batu yang Dipakai di Candi Borobudur

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, Candi Borobudur memakai batu berjenis andesit yang biasanya ditemukan di Amerika daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Penamaan andesit pun terinspirasi dari asal ditemukannya batu yakni pegunungan Andes.

Batuan tersebut disusun dengan pola horizontal. Ditemukan bahwa ukuran batu yang banyak dipakai di Candi Borobudur sektiar panjang 40-50 cm, lebar 30-40 cm, dan tinggi 20-25 cm.

Warnanya pun memakai yang gelap. Sebab, memiliki idensitas yang lebih besar dibandingkan batu candi yang berwarna cerah. Batu yang gelap juga menandakan di dalamnya terkandung ferro magnesium yang tinggi. Selain itu, batu candi yang berwarna gelap mampu menyerap panas yang lebih besar dibandingkan dengan batu candi yang berwarna cerah.

Kemudian, batu tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dari batu andesit pada umumnya sehingga memiliki tingkat kerusakan dan pelapukan yang berbeda
Batu candi yang ditumbuhi lumut memiliki kepadatan yang lebih kecil dan porositas yang lebih besar jika dibandingkan batu candi yang tidak ditumbuhi lumut.

Kandungan silika pada batu candi yang ditumbuhi lumut lebih rendah jika dibandingkan dengan yang tidak ditumbuhi lumut. Hal ini dikarenakan proses pelapukan yang terjadi menyebabkan berkurangnya kadar silika pada batu. Selain itu, kandungan kalium pada batu candi yang ditumbuhi lumut lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak ditumbuhi lumut karena kalium merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan lumut.

Candi Borobudur Berada di Lokasi yang Tak Biasa

Teknik pemasangan yang canggih bukan hanya pada bagian perekatan antara batu. Menurut sejarawan-arkeolog-ilmuwan yang dimuat dalam buku Candi Indonesia: Seri Jawa yang ditulis Edi Sedyawati, Hasan Djafar dkk terbitan Kemdikbud (2013), lokasi Candi Borobudur berada di tempat yang berbeda jika dibandingkan dengan candi-candi yang ditemukan di Jawa.

Biasanya lokasi yang akan dijadikan candi akan dipadatkan dengan pasir dan batu kerikil, kerakal, dan sebagainya. Ada pula yang dibuat lewat semacam ruangan dalam tanah, diisi batu gundul, pecahan bata, pasir dan setelah dipadatkan, didirikan fondasi candi.

Namun, Candi Borobudur didirikan langsung di atas bukit, yang dibentuk sesuai bentuk candi yang dikehendaki. Fondasi bagian candi terluar dibuat masuk ke dalam tanah sedalam kurang lebih satu meter tertumpang di atas lapisan batu karang, sedangkan bangunan di atasnya tertumpang di atas beberapa lapis batu.

Teknik pembangunan ini disebut oleh para ilmuwan sangat canggih dan maju pada zamannya.

Candi ini dibangun tanpa diawali candi-candi lain yang dapat dianggap sebagai prototipenya, jadi tiba-tiba saja nenek moyang Nusantara dapat membangun Candi Borobudur yang demikian megah dan arsitekturnya unik.

Pembagian Bangunan Candi Borobudur

Seperti yang terlihat, Candi Borobudur dibangun dengan berundak-undak. Ternyata jika dilihat secara keseluruhan Candi Borobudur memiliki tiga bagian yakni Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

1. Kamadhatu adalah bagian tingkat pertama hingga tingkat ketiga dari candi Borobudur. Bagian Kamadhatu memiliki relief karmawibhangga yang menggambarkan hukum pada umat manusia.

2. Rupadhatu adalah bagian tingkat keempat hingga keenam candi yang memiliki relief Lalitavistara dan Jatakamala yang menggambarkan kisah hidup sang Buddha.

3. Arupadhatu atau bagian atap candi tingkat ketujuh hingga kesepuluh. Pada bagian ini tidak ada relief namun memiliki banyak stupa yang menggambarkan pencapaian sempurna umat manusia.

(aqi/aqi)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads