Ada bangunan unik yang bentuknya mirip seperti ayam di Magelang, Jawa Tengah. Banyak yang mengira ini gereja berbentuk ayam, tapi sebenarnya itu keliru, lho.
Bangunan ini bernama Rumah Doa Bukit Rhema. Arsitekturnya sangat ikonik sampai dikenal dengan sebutan Gereja Ayam.
Padahal, rumah doa ini sebenarnya bermaksud menyerupai burung merpati. Fungsinya pun bukan sebatas tempat ibadah untuk Umat Kristiani, melainkan terbuka untuk semua agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsitektur
Dikutip dari situs resminya, Bukit Rhema sering dikira berbentuk ayam lantaran terdapat konstruksi mirip jengger ayam di atasnya. Padahal, bangunan Bukit Rhema sebenarnya bermaksud menyerupai burung merpati.
Bentuk merpati dipilih lantaran melambangkan perdamaian dan roh kudus. Nah, kalau dilihat bentuk di bagian atas, itu bukanlah jengger melainkan mahkota.
Konstruksi bangunan ini dibuat tanpa pilar di bagian tengahnya. Bangunan ini terdiri dari 7 lantai yang setiap lantainya memiliki filosofi khusus. Mulai dari menceritakan perjalanan spiritual manusia, makna doa, kebaikan Tuhan, mukjizat, dan keragaman budaya di Indonesia.
Sementara di lantai basement, ada sekitar 26 ruangan berukuran 2 x 2 meter dan 2 x 6 meter. Ruang tersebut dapat dipergunakan sebagai tempat doa pribadi untuk siapa saja.
Kalau kamu naik ke lantai mahkota, ada sejumlah lukisan pakaian adat dari berbagai daerah maupun mural berisi pesan untuk menjauhi narkoba. Sebab, Bukit Rhema tak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga panti rehabilitasi. Lalu, bagian ekor bangunannya terdapat kafe yang menyajikan berbagai menu.
Sejarah
Rumah Doa Bukit Rhema dibangun pada 1992 oleh Daniel Alamsjah. Ia mengaku awalnya mendapat ilham pada tahun 1988 untuk membangun rumah doa bagi semua umat agama di lokasi Bukit Rhema didirikan.
Menurut cerita William Wenas, putra Daniel dalam catatan detikTravel, ayahnya memperoleh mimpi aneh pada tahun itu. Di dalam mimpinya, ia diminta untuk mendirikan rumah doa di suatu perbukitan yang tidak ia ketahui letaknya. Daniel memimpikan hal yang sama beberapa kali, sampai akhirnya ia berwisata ke kawasan Borobudur.
Di sana, Daniel berpapasan dengan pemuda setempat yang juga seorang penyandang disabilitas tuna wicara. Setelah berkomunikasi dengannya, pemuda itu hendak mengambil kayu di perbukitan Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,
Daniel mengikuti pemuda itu sampai di lokasi bukit yang sama dengan bukit di dalam mimpinya. Ia memutuskan untuk berdoa dan menerima semacam wahyu untuk membangun rumah doa di sana. Lalu, Daniel akhirnya memantapkan diri untuk mendirikan sebuah rumah doa di bukit yang dinamai dengan Bukit Rhema, yang berarti 'firman yang hidup'.
"Mungkin masyarakat mengaitkan bahwa pemilik adalah seorang kristiani sehingga rumah doa ini adalah gereja. Tapi sebenarnya ini rumah doa untuk semua agama, tanpa terkecuali," ujar William Wenas, dikutip dari catatan detikTravel.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/zlf)