Manusia gua menutupi bangunan mereka dengan atap tanah yang ditutupi dengan tanaman. Akan tetapi, tempat berteduh yang dimiliki tidak bertahan lama juga tidak tahan dengan hama sehingga menimbulkan kerusakan.
Dilansir dari Roof Rocket, Sabtu (28/09/2024), penelitian menunjukkan genteng tanah liat berglasir pertama kali digunakan di China 5.000 tahun yang lalu. Yunani dan Babilonia menggunakan genteng tanah liat datar antara 4.000 dan 5.000 tahun yang lalu.
Bangsa Romawi membawa variasi genteng tanah liat Yunani ke Inggris sejak 100 SM. Sekitar 735 Masehi, atap jerami mulai dikembangkan dan digunakan. Sirap Kayu diperkenalkan 300 tahun kemudian.
Dalam upaya untuk mencegah penyebaran kebakaran, Raja John pada abad ke-12 mengeluarkan undang-undang di London yang mengharuskan warga mengganti atap jerami dan alang-alang dengan genteng tanah liat.
Produksi industri genteng tanah liat dimulai pada abad ke-19, 100 tahun kemudian genteng beton pertama kali digunakan pada awal tahun 1900-an.
Pada awal tahun 1970-an, Jerman mulai mengembangkan dan memasarkan sistem atap hijau pertama. Atap aspal mulai tersedia pada abad ke-19, produk ini cepat menjadi populer karena dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang terjangkau.
Sebagian besar perubahan pada material atap telah berkembang dalam 200 tahun terakhir. Meskipun orang-orang pada umumnya masih menggunakan material yang paling tersedia di wilayahnya.
Hingga kini, dari kemajuan teknologi dalam kaca, polimer, dan genteng penyerap asap. Nantinya akan banyak inovasi-inovasi yang berkembang di masa depan, seperti atap menjadi sumber penghematan energi dan atap yang ramah lingkungan.
(abr/abr)