Hidup di tengah gurun pasir tentu tidak mudah. Mereka harus beradaptasi dengan suhu panas, terik matahari, dan angin berpasir. Agar dapat hidup nyaman di tengah lingkungan yang tidak mendukung tersebut, mereka perlu beradaptasi termasuk pada bentuk bangunannya. Di kota Yazd, Iran, warganya bahkan membuat 'AC' untuk membantu mendinginkan bangunan mereka.
Kota Yazd adalah salah satu wilayah di Iran atau dulu disebut sebagai Persia. Negara ini terletak di daerah timur tengah sehingga bentang alamnya adalah gurun. Suhu rata-rata di wilayah ini apabila masuk musim panas berkisar antara 45-50 derajat.
Menurut Britannica, Kota Yazd telah ada sejak abad ke-5 Masehi. Pada saat itu, teknologi 'AC' kuno tidak langsung muncul. Sekitar pada abad ke-14 Masehi mereka baru membuat sebuah terobosan untuk mengatasi suhu panas di daerah tersebut dengan membuat bangunan tinggi seperti menara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari BBC, bagian paling penting dari menara ini adalah pada bagian ujungnya. Sebab, terdapat banyak saluran atau bolongan untuk angin masuk ke dalam. Jumlahnya saluran angin ini cukup beragam tergantung pada bentuk ujung menara. Ada yang berbentuk persegi panjang, persegi, segi delapan, dan bentuk hiasan lainnya.
Menara inilah wujud dari 'AC' yang mereka buat pada abad ke-14 lalu. Dalam Bahasa Persia, menara ini disebut bΓ’dgir atau penangkap angin.
"Karena penangkap angin tidak memerlukan listrik untuk menyalakannya, alat ini merupakan bentuk pendinginan yang hemat biaya dan ramah lingkungan," tulis BBC seperti yang dikutip Sabtu (21/9/2024).
Kota Yazd mendapat keuntungan bisa membuat saluran angin menghadap ke mana saja. Berbeda dengan kondisi di Kota Maybood, sekitar 55 km barat laut Yazd yang hanya memiliki satu saluran angin karena angin debu terkadang ikut masuk ke dalam bangunan. Menara penangkap angin di Kota Yazd tidak begitu mengkhawatirkan hal tersebut karena dikelilingi oleh pegunungan yang menghalangi angin gurun.
Cara kerja dari menara penangkap angin ini sederhana. Mereka sengaja membuat sebuah bangunan tinggi untuk menangkap angin. Dari lubang di atasnya, angin dingin atau angin yang sejuk akan masuk dan turun ke bawah bangunan. Semakin banyak angin dingin yang masuk, maka dapat menekan udara panas di dalam bangunan keluar.
"Kemudian udara mengalir ke seluruh bagian dalam bangunan, terkadang melalui genangan air bawah tanah untuk pendinginan lebih lanjut. Pada akhirnya, udara hangat akan naik dan meninggalkan gedung melalui menara, dibantu oleh tekanan di dalamnya," jelas BBC.
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa penangkap angin itu dapat mengurangi suhu dalam ruangan sekitar 10 derajat. Selain mendinginkan dalam bangunan, teknologi 'AC' ini juga dapat mencegah makanan mereka cepat basi.
Di antaranya banyaknya menara penangkap angin di Kota Yazd, salah satu yang tertinggi bahkan paling tinggi di dunia yakni penangkap angin di Taman Dowlatabad Abad. Menara penangkap angin ini memiliki ketinggian 33 meter dan merupakan salah satu menara yang masih beroperasi hingga saat ini. Bertempat di sebuah bangunan segi delapan, menghadap ke air mancur yang membentang melewati deretan pohon pinus.
Selain memiliki menara penangkap angin, Kota Yazd juga membangun rumah mereka dengan dinding yang tebal. Memakai sedikit jendela yang menghadap matahari, tetapi memiki bukaan untuk menarik udara dan lubang keluar di sisi lain. Arsitektur bangunan ini dikenal sebagai arsitektur malqaf.
Lantas, apakah menara penangkap angin layaknya 'AC' kuno di Iran ini masih digunakan?
Ternyata bangunan-bangunan lama di Kota Yazd sudah ditinggalkan penduduknya. Mereka lebih memilih tinggal di apartemen dengan pendingin ruangan modern. Namun, jangan khawatir masih banyak menara penangkap angin yang masih berdiri kokoh karena telah beralih fungsi sebagai hotel.
Selain itu, UNESCO juga telah menobatkan Kota Yazd sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun 2017 lalu sehingga bangunan kuno dengan menara penangkap angin masih bisa dijaga dan diketahui oleh generasi mendatang.
(aqi/dna)