Pemerintah akan segera memulai pembangunan Istana Wakil Presiden (Wapres) Tahap I di Ibu Kota Nusantara (IKN). Groundbreaking telah dilaksanakan pada Senin (12/8/2024) dihadiri langsung oleh Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin. Disebut-sebut Istana tersebut terinspirasi dari kebudayaan Dayak. Lantas, bagaimana konsep desain Istana Wapres di IKN?
Melansir dari situs Wakil Presiden RI, Istana Wapres yang akan dibangun ini mengusung konsep "Huma Betang Umai", di mana dalam Bahasa Dayak berarti "Rumah Panjang Ibu".
Secara filosofis, sosok Ibu diartikan sebagai pengayom, pelindung, pemberi, dan pemelihara. Selain itu, kata Ibu di sini juga dikaitkan dalam pengartian kata "Ibu Kota" dan "Ibu Pertiwi".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terkait dengan konsep kenapa bangunannya seperti ini dan lahannya di atas. Ini kan Wapres jadi tidak boleh melebihi Presiden. Jadi yang kedua di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan konsep Huma Betang Umai. Ini adalah rumah panjang. Bahasa Dayaknya sebagai pengayom, pelindung, dan juga memberi pemelihara semuanya," Dirjen Cipta Karya Diana Kusumastuti kepada Ma'ruf Amin dalam siaran langsung Ground Breaking Istana Wakil Presiden RI di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara seperti yang dilansir pada Senin (12/8/2024).
Lebih lanjut, Huma Betang adalah rumah tradisional masyarakat Dayak yang mencerminkan kerukunan dengan 3 nilai lain di dalamnya yakni kejujuran dan moralitas yang tinggi, kesetaraan dan damai dengan sesama, dan hormat kepada alam.
![]() |
Dengan nilai yang mendalam dari konsep Huma Betang Umai, Istana Wapres diharapkan dapat mewujudkan misi IKN dan arsitektur untuk masa depan, yakni Nusantara (konsep tropis kontemporer, hemat energi, dan material alami), Performatif (smart, green, liveable pada skala urban desain, lansekap, arsitektur, dan interior), Regeneratif (konsep carbon negative, tidak konsumtif, dan memaksimalkan atap energi surya).
Nantinya, Istana Wapres di IKN akan dibangun tak jauh dari pintu keluar-masuk IKN atau sumbu kebangsaan. Istana Wapres akan berada di sebelah kiri jalan keluar IKN. Untuk Tahap I pembangunannya, akan dibangun di atas lahan seluas 148.417 meter persegi atau 14,8 hektar. Kemudian, untuk luas bangunan 10.038,4 meter persegi. Pembangunan tahap I ditargetkan akan menelan dana Rp 1,4 triliun yang diperkirakan selesai pada Agustus 2025 mendatang.
Berbeda dengan Istana Kepresidenan di IKN yang dirancang oleh Nyoman Nuarta, rancangan Istana Wapres dipilih melalui sayembara. Namun, hasil sayembara tidak ada yang terpilih di posisi juara satu, mereka menempatkan 2 karya di posisi juara kedua, dan 1 karya di urutan ketiga.
Konsep "Huma Betang Umai" sendiri merupakan karya dari SHAU+APTA+Cilaki. Dalam desain yang dipamerkan melalui Instagram @shauarchitects, terlihat Istana Wapres akan dikelilingi hutan asli, taman anggrek, hingga tapak matahari. Di bagian bawah gedung juga terdapat tangga demokrasi.
![]() |
Mengenal Rumah Tradisional Huma Betang
Mengutip dari Direktorat Jendral Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Huma Betang adalah rumah tradisional suku Dayak dari Kalimantan Tengah. Rumah ini biasa digunakan oleh suku Dayak asli yang tinggal di pedalaman dekat dengan hulu sungai.
Sama seperti konsep Istana Wapres, rumah Huma Betang yang asli juga berbentuk rumah panggung. Dengan ketinggian 3-5 meter dari permukaan tanah. Material bangunan biasa dipakai berupa kayu ulin (eusideroxylon zwageri) yang memiliki karakteristik berwarna gelap, kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan terhadap air laut. Kayu Ulin juga banyak pada rumah yang dibangun di atas tanah berawa seperti di Kalimantan Tengah.
Kesamaan lainnya dengan Istana Wapres, rumah Huma Betang juga memilki anak tangga. Namun, untuk rumah tradisional sendiri, anak tangganya berjumlah ganjil. Sementara untuk Istana, belum diketahui jumlahnya. Jumlah anak tangga yang ganjil dipercaya dapat memperlancar rezeki dan dijauhkan dari bahaya.
Kemudian, biasanya di depan rumah Huma Betang terdapat beberapa patung berbentuk manusia atau disebut dengan Sapundu. Patung ini diukir dengan ukiran khas Suku Dayak Ngaju. Fungsi dari patung ini adalah mengikat hewan ternak yang akan dikurbankan saat ada upacara adat seperti Upacara Tiwah.
(aqi/aqi)