Tamansari adalah salah satu tempat wisata bersejarah di Yogyakarta. Bangunan tersebut masih kokoh berdiri setelah ratusan tahun walaupun dibangun tanpa menggunakan semen dan besi.
Tamansari awalnya merupakan kebun istana Keraton Yogyakarta yang dibangun secara bertahap oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1758 hingga 1765. Tamansari memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan 57 bangunan yang ada di dalamnya, seperti kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, masjid, lorong bawah tanah, dan lainnya.
detikProperti berkesempatan untuk mengunjungi Tamansari atau yang juga disebut sebagai Water Kasteel karena kolam-kolam dan unsur air yang mengelilinginya. Pintu masuk ke area kolam pemandian di Tamansari melalui Gapura Panggung yang terdapat dua ekor ular naga di kedua sisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tamansari ini bukan hanya tempat rekreasi saja bagi keluarga raja, namun juga sebagai benteng pertahanan. Uniknya, bangunan-bangunan yang ada di kompleks Tamansari dibangun tanpa menggunakan semen dan besi berhubung kala itu sangat jarang penggunaan ada material tersebut.
Bambang, Tour Guide yang memandu detikProperti, mengatakan bahwa bangunan-bangunan di Tamansari dibangun menggunakan material bernama bligon, yaitu campuran dari kapur putih, bata merah, pasir, serta campuran putih telur dan gula aren untuk memperkuat bangunan.
"Dibangun tidak menggunakan semen, pakai bligon, itu kapur putih, bata merah, dan pasir diaduk, dibuat begini semuanya, tanpa semen tanpa besi," ujarnya kepada detikProperti belum lama ini.
Bangunan di Taman Sari memadukan berbagai unsur, dari budaya Islam, China, dan Portugis. Arsitek dari Tamansari merupakan seseorang berkebangsaan Portugis yang dikenal sebagai Demang Tegis.
"Orang Portugis arsiteknya. (Namanya?) Dulu belum ada namanya. Dia ditemukan di (pantai) Parangtritis (terdampar), pingsan, lalu raja menemukan, dibawa ke Keraton. Ketika dia siuman, dia (merasa) berhutang budi ke Keraton, nah dia mau membuat (merancang) ini seluas 10 hektare, makanya ada (unsur) Islam, ada Hindu, ada China, itu jadi perpaduan," tutur Bambang.
Walaupun Tamansari dirancang oleh orang Portugis, yang mengerjakan proyeknya tetap orang Indonesia yang berasal dari Surabaya, Yogyakarta, Madiun, hingga Solo. Dilansir dari situs resmi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, disebutkan bahwa desain Tamansari didasarkan dari gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono I serta pemimpin proyek pembangunannya dipegang oleh Tumenggung Mangundipuro yang kemudian digantikan oleh Pangeran Notokusumo.
Area yang paling banyak diburu oleh para turis, baik domestik maupun mancanegara, adalah bagian Umbul Binangun atau tempat pemandian raja dan keluarganya. Di dalamnya terdapat 3 kolam pemandian, yaitu Umbul Pamuncar (tempat pemandian selir-selir raja), Umbul Kawitan (tempat pemandian anak-anak raja), dan Umbul Panguras (tempat pemandian pribadi raja).
![]() |
Di setiap kolam pemandian, terdapat ruang ganti pakaian. Khusus di Umbul Panguras, terdapat ruangan sauna yang biasa digunakan oleh raja dengan permaisuri maupun dengan selir untuk menghangatkan diri setelah mandi di Umbul Panguras.
"Ada lubang untuk memasukkan bara api supaya hangat. Dulu belum ada kasur, pakai papan (untuk alas tidur) namanya garet mendong," tutur Bambang.
![]() |
Di antara Umbul Panguras dan Umbul Pamuncar, terdapat sebuah menara. Dari atas menara tersebut, dapat melihat Umbul Kawitan dan juga Umbul Pamuncar.
Tak jauh dari Umbul Binangun, terdapat Gedong Ledoksari atau tempat peristirahatan raja yang digunakan setelah raja mandi di Umbul Binangun. Untuk ke lokasi tersebut, melewati Gedung Madaran atau tempat untuk menyimpan dan memasak makanan.
"Ini namanya gedung gerbang Ledoksari tempat untuk istirahat Sri Sultan bersama Yang Permaisurinya. (Kamarnya?) nggih," katanya.
![]() |
Di dalam ruangan ada gebyok atau penutup ruangan sebelum masuk ke tempat tidur. Di dalamnya terdapat 2 tempat tidur yang digunakan oleh raja dan permaisurinya. Di bagian bawah ruangan tersebut terdapat aliran air agar ruangan terasa lebih sejuk.
Di tempat tidur tersebut menggunakan mendong atau bambu yang dilebarkan sebagai alas tidur. Tempat tidurnya menggunakan kayu jati. Namun, kini dibangun ulang menggunakan semen cor karena tempat tidur aslinya sudah lapuk dimakan usia.
Tempat selanjutnya yang dikunjungi adalah Sumur Gumuling yang merupakan masjid. Untuk mencapainya, hanya bisa dilakukan dengan melewati terowongan bawah air. Akan tetapi, kini Sumur Gumuling sudah ditutup jadi wisatawan tidak bisa masuk ke dalam.
Lalu ada juga Pulo Kenanga atau Pulo Cemeti. Pulo Kenanga adalah pulau buatan yang berada di tengah-tengah segaran atau laut buatan. Di Pulo Kenanga ini pula didirikan sebuah gedung berlantai dua yang dikelilingi tanaman kenanga (Cananga odorata), dinamakan dengan Gedhong Kenanga. Posisinya cukup tinggi, membuat orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dari atasnya.
![]() |
Di sebelah selatan Pulo Kenanga terdapat Pulo Panembung. Di dalam Pulo Panembung terdapat bangunan berlantai 2 yang disebut Gedhong Panembung, tempat Sultan meditasi, memohon kepada Yang Maha Kuasa.
Kemegahan Tamansari sempat mengalami kerusakan parah lantaran adanya gempa besar pada 1867. Setelah gempa tersebut, Tamansari sempat dilakukan pemugaran.
Renovasi serius dimulai sejak 1977. Beberapa bangunan yang tertimbun dibongkar. Namun, hanya sedikit yang bisa diselamatkan.
Pada 2006, terjadi gempa tektonik yang cukup besar, mengakibatkan kerusakan pada Tamansari. Akhirnya, dilakukan renovasi dan revitalisasi lagi. Beberapa bangunan diperbaiki, diperkuat, dan dilapisi ulang.
Mau tahu berapa cicilan rumah impian kamu? Cek simulasi hitungannya di kalkulator KPR.
Nah kalau mau pindah KPR, cek simulasi hitungannya di kalkulator Take Over KPR.
(abr/abr)