Banyak bangunan kuno yang saat ini masih berdiri kokoh. Misalnya Pantheon atau Colosseum, karya bangsa Romawi yang mampu bertahan ribuan tahun.
Kekuatan bangunan beton kuno ini mengagumkan dan bikin penasaran, apalagi jika dibandingkan dengan buatan masa kini. Padahal, teknologi bangunan sudah makin maju dibandingkan pada masa lampau.
Bahan Beton Bangunan Kuno yang Bikin Kokoh
Beton terdiri dari campuran semen, air, agregat kasar, dan halus. Agregat kasar misalnya kerikil dan batu pecah, sementara contoh agregat halus adalah pasir. Campuran beton kerap ditambah bahan lain sesuai kebutuhan bangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait kekuatan pada bangunan kuno, para ilmuwan membuktikan ada bahan tambahan pada campuran beton. Sebelumnya periset telah meneliti berbagai bangunan peninggalan masa lalu yang mash sangat kuat misal pelabuhan, tembok laut, dan berbagai fasilitas umum.
Bahan tambahan yang berdampak baik pada kekuatan beton bangunan kuno adalah:
1. Tambahan Abu Vulkanik
Berdasarkan situs Discover Magazine, peneliti menyebut adanya penambahan abu vulkanik dalam material yang membuat konstruksi pada masa itu jauh lebih kokoh dan aman.
"Sejak pertama kali bekerja dengan beton Romawi kuno, saya selalu terpesona dengan fitur-fitur ini," kata Admir Masic, seorang penulis studi dan profesor teknik sipil dan lingkungan di Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Menurutnya, fitur dalam material kuno tersebut tidak ditemukan dalam material formulasi beton saat ini. Selain itu, proses pencampuran bahan beton dan tambahannya diyakini memiliki teknik tertentu.
Studi di Science Advances menjelaskan, teknik mencampur beton tersebut menyebabkan munculnya bongkahan mineral kecil di seluruh material. Bongkahan ini awalnya dianggap sebagai ketidaksempurnaan pada beton. Tetapi setelah diteliti, bongkahan itu adalah bahan rahasia yang begitu kokoh.
Hasil penelitian ini bukan sekadar memecahkan misteri arsitektur kuno, tetapi bisa berkontribusi pada pembuatan beton yang lebih kokoh dan berkelanjutan di masa depan. Beton diharapkan bisa bertahan lebih kuat menghadapi perubahan iklim.
2. Gumpalan Kapur (Lime Clasts)
Dalam studi yang sama, terdapat proses pencampuran yang menghasilkan bintik-bintik mineral berupa gumpalan kapur (lime clast). Gumpalan kapur ini berfungsi menopang beton kuno dari waktu ke waktu, serta secara otomatis mengisi setiap retakan yang terbentuk di permukaannya.
Pada dasarnya, kapur memang menjadi bahan beton. Beton dibuat dari campuran zat yang mengandung kalsium (kapur dan air), serta serangkaian agregat yang dihancurkan halus dan kasar (abu vulkanik dan puing-puing).
Awalnya, ilmuwan mengira orang Romawi kuno menggunakan kapur sirih. Bahan ini adalah sejenis kapur yang sudah ditambahkan ke air untuk menghasilkan campuran beton seperti pasta basah dan lengket.
Namun, kapur sirih tidak bisa menjelaskan munculnya clast atau gumpalan yang merupakan ciri khas konstruksi kuno. Para peneliti berpendapat, orang Romawi kuno menambahkan kapur tohor yang lebih murni tanpa air hingga muncul clast.
Kapur tohor inilah yang membuat beton bisa begitu stabil dan mampu memperbaiki serta membentengi dirinya sendiri. Setiap muncul retakan,
maka itu adalah clast kalsium dengan struktur rapuh.
Ketika air merembes ke dalam celah retakan ini, kalsium yang terpecah akan berubah menjadi larutan jenuh. Larutan ini akan mengeras lalu mengisi celah tersebut sehingga retak tidak menyebar lebih jauh.
Itulah tadi bahan-bahan yang membuat beton bangunan kuno bisa kokoh bertahan ribuan tahun. Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa diformulasikan untuk diterapkan di era modern, sehingga bangunan bisa lebih tahan lama.
(bai/row)