Menilik Arsitektur Museum Bahari yang Dulunya Bekas Gudang Rempah-Rempah VOC

Menilik Arsitektur Museum Bahari yang Dulunya Bekas Gudang Rempah-Rempah VOC

Almadinah Putri Brilian - detikProperti
Minggu, 07 Jul 2024 11:01 WIB
Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara
Museum Bahari Foto: Muhammad Lugas Pribady/detikcom
Jakarta -

Museum Bahari merupakan salah satu museum yang menarik untuk diulas karena bangunannya tidak banyak berubah sejak pertama kali dibangun. Sebelum menjadi museum, bangunan tersebut memiliki fungsi yang berbeda tergantung siapa yang menggunakannya.

Sebagai contoh, pada zaman pendudukan Belanda, bangunan itu digunakan sebagai gudang oleh perserikatan dagang Hindia Belanda yang bernama Veerenigde Oostindische Compagnie (VOC). Oleh VOC, bangunan itu digunakan sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah yang didapatkan di Indonesia, seperti cengkeh, biji pala, lada hitam, kayu manis, jinten, dan lainnya.

"Waktu zaman Jepang (Museum Bahari) jadi gudang logistik tentara. Ini kan tahun 1977 ya baru jadi (Museum Bahari), dipugarnya 1974, sebelumnya jadi apa? Ini dulu disewa oleh PTT, Pos Telegraf dan Telekomunikasi, untuk jadi gudang kabelnya mereka, tapi akhirnya 1974 dipugar dan 1977 dijadikan museum oleh Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta kala itu)," kata Tour Guide dari Jakarta Good Guide, Ara, saat detikProperti mengikuti Walking Tour beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari detikTravel, arsitek yang membangun gudang penyimpanan ini berasal dari Belgia bernama Jacques de Bollan. Pembangunan Museum Bahari ini juga dilakukan secara bertahap, mulai dari 1718, 1773, dan 1774 seperti yang bisa dilihat pada pintu-pintu yang ada di sana.

Bangunan Museum Bahari terdiri dari 3 lantai yang memiliki fungsi berbeda saat digunakan sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah. Pada lantai satu digunakan sebagai tempat penyimpanan, lantai dua sebagai tempat pengemasan, dan lantai tiga digunakan untuk menjemur rempah-rempah.

ADVERTISEMENT
Museum BahariMuseum Bahari terdiri dari 3 lantai Foto: Almadinah Putri Brilian/detikcom

Meski sudah dibangun ratusan tahun lalu, bangunan tersebut masih kokoh berdiri. Diketahui, pada bangunan tersebut menggunakan dua jenis kayu, yaitu kayu ulin yang berasal dari Kalimantan dan kayu Jati yang berasal dari Jatinegara.

Museum BahariKayu yang digunakan dalam bangunan Museum Bahari Foto: Almadinah Putri Brilian/detikcom

Untuk bagian tembok atau dindingnya dibuat cukup tebal. Meskipun dindingnya tebal, namun saat berada di dalam ruangan tidak terasa panas.

"Hawa di dalam ruangan beda dari pada di luar, lebih adem. Walaupun nggak ada pendingin ruangan, adem. Kenapa? Karena sudah di-cover panasnya diserap sama tembok. Tembok itu kan tebal, dia nyerap panasnya (biar) nggak sampai masuk ke dalam," ujar Ara.

Dengan dinding yang tebal juga, tidak membuat bangunan menjadi mudah keropos. Terlebih dengan cuaca Indonesia yang sering panas maupun hujan.

"Bahkan, banyak bangunan Belanda yang terkikis, kan cuaca kita kan panas, hujan, panas, hujan, dia (bangunannya) nggak akan mengikis semuanya keropos ke dalam, terkikisnya dari depan nanti habis lama-lama terkikis," tambahnya.

Pada semua dinding juga tampak besi kekang atau cramp. Besi tersebut berbentuk seperti huruf Y terbalik dan berfungsi sebagai pengekangan dinding dengan balok-balok lantai yang ditopang oleh tiang penyangga pada bagian dalam museum. Adanya cramp membuat bangunan jatuh ke dalam jika terjadi gempa bumi sehingga tidak menimbulkan korban jiwa di luar ruangan.

Museum BahariBesi kekang atau cramp di Museum Bahari Foto: Almadinah Putri Brilian/detikcom

"Pemberat bangunannya karena memang itu dipakai untuk bangunan-bangunan warehouse atau gudang untuk menahan kalau terjadi gempa atau ada getaran di tanah, bangunan rubuhnya akan ke dalam tidak keluar," jelas Ara.

Sementara itu, untuk bagian pintunya ada yang berbentuk persegi empat dan ada yang melengkung. Dilansir dari arsip Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, bentuk lengkungan pada pintu-pintu yang ada di lantai dasar dan tembok kota dibuat atau disusun dari batu granit, sedangkan daun pintunya dibuat dari bahan kayu.

Ukuran lebar pintu kurang lebih 160 cm, tinggi 180 cm, dan tebal kayu 3,7 cm. Terdapat dua engsel yang menempel pada lengkung batu. Masing-masing pintu memiliki kunci dorong atas, bawah dan tengah.




(abr/abr)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads