Ternyata Ini Alasan Tak Banyak Gedung Tinggi di Eropa

Ternyata Ini Alasan Tak Banyak Gedung Tinggi di Eropa

Alvin Setiawan - detikProperti
Kamis, 07 Sep 2023 13:29 WIB
Rumah mewah abad 16 senilai US$ 44 Juta atau Rp 16 miliar (Rp 14.000/US$) di Roma, Italia, dilelang dan menerima tawaran dalam Cryptocurrency alias bitcoin cs.
Foto: Istimewa/CNBC/Society Group PR.
Jakarta -

Pada era modern ini, negara-negara maju tengah berlomba-lomba membangun gedung pencakar langit. Namun, beda dengan apa yang ada di Benua Eropa. D benua yang dijuluki benua biru itu, tak banyak terlihat bangunan tinggi.

Padahal gedung tinggi merupakan solusi akan terbatasnya ketersediaan lahan di daerah perkotaan yang padat penduduk. Sehingga memungkinkan kota-kota untuk menampung populasi yang terus bertambah tanpa harus memperluas wilayahnya ke pinggiran kota.

Lantas, kenapa orang-orang di Benua Eropa tak banyak membangun bangunan tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari novatr.com, berikut beberapa alasan Eropa hanya punya sedikit gedung tinggi.


Banyak bangunan bersejarah

ADVERTISEMENT

Benua Eropa sangat menjaga warisan arsitekturnya yang kaya dan terkenal. Bahkan ada nilai budaya yang kuat antara bangunan bersejarah dengan sejarah kota tersebut. Maka muncul penolakan terhadap pembangunan gedung-gedung tinggi di Eropa yang bisa menggeser bangunan dan lanskap kota bersejarahnya.

Bahkan, kota seperti Paris dan Praha punya rasa keterikatan yang mendalam terhadap identitas budaya dan arsitektur kota tersebut. Selain itu, masyarakat Eropa percaya bahwa bangunan nggak hanya berfungsi secara fungsional namun juga mempunyai dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Harga properti yang mahal

Tanah di kota-kota Eropa langka dan cenderung lebih mahal dibandingkan di belahan dunia lain. Daerah perkotaan seperti London, Paris dan Berlin punya harga properti tertinggi. Ditambah dengan regulasi bangunan yang ketat, pembangunan gedung pencakar langit di banyak kota di Eropa menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Bahkan banyak kota yang mempunyai undang-undang zonasi dan peraturan bangunan yang membatasi ketinggian bangunan dan pengembang harus mendapatkan izin khusus, dan menjalani proses persetujuan yang ketat sebelum membangun bangunan tinggi.

Pembatasan ini tak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan arsitektur kota tetapi juga membatasi jumlah lahan yang tersedia untuk pembangunan baru. Biaya pembangunan gedung pencakar langit di Eropa dapat menjadi penghalang bagi para pengembang, sehingga lebih praktis untuk membangun struktur yang lebih rendah dan lebih padat.

Kurang ramah lingkungan dan tak berkelanjutan

Bangunan tradisional punya material lokal yang lebih ramah lingkungan dibandingkan material yang digunakan dalam konstruksi modern yang tinggi. Bangunan tradisional dirancang agar selaras dengan alam sekitarnya, mempunyai desain ventilasi alami dan peneduh untuk menjaga lingkungan dalam ruangan yang nyaman. Sebaliknya, bangunan bertingkat tinggi modern mengandalkan sistem pemanas, pendingin, dan pencahayaan yang boros energi untuk mengatur suhu dalam ruangan.

Di beberapa kawasan, pembongkaran bangunan-bangunan yang sudah ada dianggap merusak struktur perkotaan yang sudah ada untuk pembangunan gedung-gedung tinggi. Oleh karena itu, masyarakat Eropa tidak mendukung pembangunan gedung pencakar langit.

Restorasi dan Konservasi Arsitektur Pasca Perang

Kehancuran yang disebabkan oleh Perang Dunia II menyebabkan banyak kota di Eropa hancur, sehingga memerlukan rekonstruksi dadakan. Setelah perang, pemulihan ini diutamakan pada warisan arsitektur yang telah hancur akibat perang. Upaya restorasi ini difokuskan pada pembangunan kembali bangunan bersejarah dan kawasan perkotaan dengan menggunakan bahan dan teknik konstruksi tradisional. Restorasi arsitektur sebelum perang dipandang sebagai cara untuk melestarikan identitas budaya dan membangun kembali rasa kebersamaan setelah trauma perang.

Untuk melindungi bangunan warisan budaya dibentuk undang-undang dan peraturan yang berupaya melindungi bangunan bersejarah dan kawasan perkotaan. Akibatnya, pembangunan gedung-gedung baru, khususnya gedung-gedung tinggi harus tunduk pada peraturan ketat yang mengutamakan pelestarian warisan budaya.

Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu via email ke redaksi@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.




(zlf/zlf)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads