Pada era modern ini, negara-negara maju tengah berlomba-lomba membangun gedung pencakar langit. Namun, beda dengan apa yang ada di Benua Eropa. D benua yang dijuluki benua biru itu, tak banyak terlihat bangunan tinggi.
Padahal gedung tinggi merupakan solusi akan terbatasnya ketersediaan lahan di daerah perkotaan yang padat penduduk. Sehingga memungkinkan kota-kota untuk menampung populasi yang terus bertambah tanpa harus memperluas wilayahnya ke pinggiran kota.
Lantas, kenapa orang-orang di Benua Eropa tak banyak membangun bangunan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari novatr.com, berikut beberapa alasan Eropa hanya punya sedikit gedung tinggi.
Banyak bangunan bersejarah
Benua Eropa sangat menjaga warisan arsitekturnya yang kaya dan terkenal. Bahkan ada nilai budaya yang kuat antara bangunan bersejarah dengan sejarah kota tersebut. Maka muncul penolakan terhadap pembangunan gedung-gedung tinggi di Eropa yang bisa menggeser bangunan dan lanskap kota bersejarahnya.
Bahkan, kota seperti Paris dan Praha punya rasa keterikatan yang mendalam terhadap identitas budaya dan arsitektur kota tersebut. Selain itu, masyarakat Eropa percaya bahwa bangunan nggak hanya berfungsi secara fungsional namun juga mempunyai dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Harga properti yang mahal
Tanah di kota-kota Eropa langka dan cenderung lebih mahal dibandingkan di belahan dunia lain. Daerah perkotaan seperti London, Paris dan Berlin punya harga properti tertinggi. Ditambah dengan regulasi bangunan yang ketat, pembangunan gedung pencakar langit di banyak kota di Eropa menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Bahkan banyak kota yang mempunyai undang-undang zonasi dan peraturan bangunan yang membatasi ketinggian bangunan dan pengembang harus mendapatkan izin khusus, dan menjalani proses persetujuan yang ketat sebelum membangun bangunan tinggi.
Pembatasan ini tak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan arsitektur kota tetapi juga membatasi jumlah lahan yang tersedia untuk pembangunan baru. Biaya pembangunan gedung pencakar langit di Eropa dapat menjadi penghalang bagi para pengembang, sehingga lebih praktis untuk membangun struktur yang lebih rendah dan lebih padat.
Kurang ramah lingkungan dan tak berkelanjutan
Bangunan tradisional punya material lokal yang lebih ramah lingkungan dibandingkan material yang digunakan dalam konstruksi modern yang tinggi. Bangunan tradisional dirancang agar selaras dengan alam sekitarnya, mempunyai desain ventilasi alami dan peneduh untuk menjaga lingkungan dalam ruangan yang nyaman. Sebaliknya, bangunan bertingkat tinggi modern mengandalkan sistem pemanas, pendingin, dan pencahayaan yang boros energi untuk mengatur suhu dalam ruangan.
Di beberapa kawasan, pembongkaran bangunan-bangunan yang sudah ada dianggap merusak struktur perkotaan yang sudah ada untuk pembangunan gedung-gedung tinggi. Oleh karena itu, masyarakat Eropa tidak mendukung pembangunan gedung pencakar langit.
Restorasi dan Konservasi Arsitektur Pasca Perang
Kehancuran yang disebabkan oleh Perang Dunia II menyebabkan banyak kota di Eropa hancur, sehingga memerlukan rekonstruksi dadakan. Setelah perang, pemulihan ini diutamakan pada warisan arsitektur yang telah hancur akibat perang. Upaya restorasi ini difokuskan pada pembangunan kembali bangunan bersejarah dan kawasan perkotaan dengan menggunakan bahan dan teknik konstruksi tradisional. Restorasi arsitektur sebelum perang dipandang sebagai cara untuk melestarikan identitas budaya dan membangun kembali rasa kebersamaan setelah trauma perang.
Untuk melindungi bangunan warisan budaya dibentuk undang-undang dan peraturan yang berupaya melindungi bangunan bersejarah dan kawasan perkotaan. Akibatnya, pembangunan gedung-gedung baru, khususnya gedung-gedung tinggi harus tunduk pada peraturan ketat yang mengutamakan pelestarian warisan budaya.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu via email ke redaksi@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
(zlf/zlf)