Menghidupkan Semangat Diponegoro Lewat Pameran Nyala

Tahun ini jadi momentum bagi peringatan 200 tahun pecahnya Perang Diponegoro atau dikenal dengan nama Perang Jawa yang dimulai 1825 hingga 1830. Peristiwa monumental ini buat Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia menggelar pameran Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro yang dibuka nanti sore.
Nyala bukan sekadar acara buat mengenang dua abad meletusnya Perang Jawa. Lebih dari itu semua, Nyala jadi cara buat menghidupkan lagi dan kasih semangat perjuangan dari sosok Diponegoro.
"Nyala kami pilih karena memberikan semangat perjuangan dari Diponegoro, yang setiap zaman punya interpretasi masing-masing," kata Direktur Eksekutif Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya, Esti Nurjadin saat mulai press tour di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (21/7/2025).
Menurut Esti, pameran Nyala juga sebagai lambang ilmu pengetahun. Lewat proses riset yang panjang, pihaknya menggaet 26 seniman yang memajang 33 karya seni hingga 15 September 2025.
![]() |
"Kami menghadirkan ekspresi budaya dari berbagai masa, dari kepemimpinan dan yang terinspirasi oleh Diponegoro, dari zaman klasik, modern, dan masa kini," sambungnya.
detikers yang mau main-main ke sini, dari pintu masuk Gedung A kamu bakal mendapati karya seni instalasi Jompet Kuswidananto berjudul Long March to Java (2009) dan di seberangnya ada linimasa perjalanan Diponegoro dan mereka yang terinspirasi.
Ruang pertama bakal buat kamu terhenyak akan tiga lukisan fenomenal yakni Perang Diponegoro karya Daoed Joesoef (1946), Pangeran Diponegoro Memimpin Pertempuran (195) karya Basoeki Abdullah, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) yang jadi koleksi Istana Kepresidenan.
![]() |
Ruangan berikutnya adalah mereka yang terinspirasi oleh Diponegoro. Salah satu yang mencuri perhatian adalah lukisan Menyusun Siasat karya Mahdi Abdullah. Karya ini dikoleksi oleh Sri Mulyani, loh.
Selain itu, masih ada karya seni ciptaan Nasirun, Galam Zulkifli, Irene Agrivina x HONF, The Cook karya Yosep Arizal, instalasi Aliansjah Chaniago hingga instalasi interaktif Ulangan karya ARAFURA.
Tiket masuknya dibanderol dengan harga mulai dari 25 ribu (anak-anak usia 3-12 tahun), Rp 50 ribu (dewasa 13-60 tahun), dan Rp 50 ribu (Warga Negara Asing). Siap-siap merapat ke Galeri Nasional Indonesia ya.
(tia/ass)