The Fantastic Four: First Steps, Marvel Bangkit Lagi!
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Semuanya dimulai dengan Thunderbolts* yang ternyata di balik keliarannya malah serius membicarakan masalah mental illness. Tidak hanya masalah ini dipersembahkan dengan lembut dan penuh pemikiran, MCU juga mengurangi jokes yang biasanya hadir, akhirnya membuat Thunderbolts* sebagai salah satu film MCU berkesan.
The Fantastic Four: First Steps ternyata mengikuti jejak Thunderbolts*. Dengan karakter yang populer dan track record film-film sebelumnya yang kurang baik (kita tidak usah membahas versi 2015 yang hancur itu) MCU sebenarnya bisa saja pamer. Dengan budget besar, MCU bisa saja membuat film yang jauh lebih menghebohkan dari ini. Tapi mereka justru memilih rute yang tidak terduga: menjadikan film ini sebagai drama keluarga yang humanis.
Baca juga: Wall To Wall: Mimpi Buruk Orang Miskin |
Sinopsis The Fantastic Four: First Steps
![]() |
Tidak seperti film-film Fantastic Four sebelumnya, film ini langsung mengenalkan penontonnya dengan fakta bahwa Fantastic Four sudah menjadi pahlawan super. Film ini langsung dibuka dengan adegan yang dramatis: Reed Richards (Pedro Pascal) akhirnya akan menjadi bapak. Sue Storm (Vanessa Kirby) mengatakan bahwa ini keajaiban. Mereka sudah lama mencoba dan gagal. Bayi ini adalah hadiah terindah dalam kehidupan mereka.
Johnny Storm (Joseph Quinn) dan Ben Grimm (Ebon Moss-Bachrach) bahagia luar biasa. Mereka langsung merayakan berita ini dengan suka cita. Tapi kebahagiaan mereka tidak bertahan lama karena seorang alien berwarna silver muncul (Julia Garner) dan ia mengatakan bahwa Galactus (Ralph Ineson) akan datang dan menelan planet mereka. Sekarang Fantastic Four mempunyai misi baru untuk menyelamatkan planet mereka dari si pemangsa planet.
Review The Fantastic Four: First Steps
![]() |
Satu hal yang paling mencolok, The Fantastic Four: First Steps adalah film MCU paling cantik yang pernah dirilis. Sutradara TV legendaris Matt Shakman (mulai bergabung MCU dengan menyutradarai WandaVision yang apik itu) berhasil membuat dunia yang mengesankan. Scope The Fantastic Four: First Steps sama seperti film-film raksasa MCU yang lain tapi dalam kasus film ini, desain produksinya terlihat lebih mewah dan cantik.
Desain retro-futuristiknya membuat film ini terasa seperti adaptasi komik beneran. Apalagi kalau mau dibandingkan dengan Captain America: Brave New World yang membosankan itu. Tidak ada satu pun frame yang jelek dalam film ini. Sinematografer Jess Hall mengerjakan tugasnya dengan sangat baik. Dan musik dari Michael Giacchino membuat semuanya terasa lebih menggelegar.
Dari segi plot (The Fantastic Four: First Steps ditulis oleh Josh Friedman, Eric Pearson, Jeff Kaplan dan Ian Springer) film ini mencoba sekuat tenaga untuk membuat penontonnya relate dengan problem yang serius. Film ini memang berkisah tentang ilmuwan yang berubah menjadi pahlawan setelah terkena radiasi, tapi masalah utama yang dipajang bukan tentang itu. Bukan juga tentang penjahat yang mencoba menelan planet dan membinasakan isinya.
Film ini adalah tentang pengorbanan dan bagaimana manusia-manusia lain melihat mereka. Apakah mereka berfungsi hanya untuk melindungi kita? Atau mereka juga manusia yang mempunyai masalah?
The Fantastic Four: First Steps tentu saja masih memiliki momen-momen yang hanya dimiliki oleh blockbuster Hollywood. Salah satu adegan yang paling memorable adalah ketika penonton melihat adegan kejar-kejaran di luar angkasa berbarengan dengan Sue Storm yang melahirkan. Klimaksnya masih terjebak dalam stereotip film superhero: gedung hancur, raksasa datang, dan para pahlawan mencoba sekuat tenaga untuk menyelamatkan mereka. Tapi karena disampaikan dengan cukup baik, hasilnya menjadi memuaskan.
Kalau ada yang kurang dari The Fantastic Four: First Steps itu adalah penggambaran karakternya. Dengan beberapa film Fantastic Four yang sudah hadir sebelumnya--The Incredibles juga bisa dihitung kalau kita mau serius--penonton sudah mengenal dekat karakter-karakter ini. Kasusnya sama seperti Spider-Man. Tapi dalam film ini, tidak semua karakternya mendapatkan kesempatan untuk benar-benar menjadi dirinya sendiri.
Johnny Storm memang paling urakan dibandingkan dengan yang lain tapi interpretasi Joseph Quinn jauh lebih kalem jika dibandingkan dengan Chris Evans 20 tahun lalu. Sama halnya dengan Ben Grimm yang fungsinya hanya menjadi penengah dan sosok yang kalem, kontras dengan fisiknya. Di film ini, dia hanya diberikan sub-plot soal naksir guru SD (dimainkan oleh Natasha Lyonne) tapi tidak ada penggambaran lebih detail soal insekuritas yang ia rasakan.
Untungnya ketika karakter-karakter ini berkumpul menjadi keluarga, saya bisa merasakan dengan tulus bahwa mereka adalah keluarga. The Fantastic Four: First Steps bukan film yang sempurna tapi ini adalah langkah yang tepat untuk masa depan Marvel. Dengan adegan pancingan yang cukup menghebohkan untuk Avengers: Doomsday, mudah-mudahan MCU bisa kembali menjadi jagoan seperti semula.
Fantastic Four: The First Steps tayang di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
Genre | Action, Superhero, Family |
Runtime | 114 menit |
Release Date | 23 Juli (Indonesia) |
Production Co. | Marvel Studios |
Director | Matt Shakman |
Writer | Josh Friedman |
Cast | Pedro Pascal |
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.