Wall To Wall: Mimpi Buruk Orang Miskin

Sinopsis Wall To Wall

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada utopia yang kamu bayang-bayangkan ternyata hanyalah mimpi buruk. Protagonis Wall To Wall adalah Noh Woo Sung (Kang Ha Neul), seorang pegawai kantoran biasa yang merasa dapat durian runtuh ketika ia akhirnya berhasil membeli unit apartemen, yang konon akan menjadi salah satu apartemen bergengsi di Seoul. Akan ada jalur transportasi baru yang dibangun di dekat sana yang bikin harga properti tersebut naik.

Woo Sung menggunakan segala cara untuk mendapatkan apartemen itu. Ia sudah bisa membayangkan hidup bahagia dengan istrinya di sana. Tapi bayangan tersebut cepat pudar.

Seperti kebanyakan millennial yang tidak memiliki penghasilan cukup buat membeli properti, Woo Sung menggunakan segala cara untuk bertahan setelah memiliki rumah. Siang hari ia menjadi pegawai kantoran, malam ia menjadi kurir makanan. Saking menghematnya, ia bahkan tidak menyalakan listrik di apartemen. Ia mencuri makanan dan snack dari kantor supaya ia tidak perlu memikirkan lagi urusan perut. Semuanya demi masa depan yang lebih indah.

Wall To Wall yang sudah dimulai dengan tidak enak kemudian menjadi semakin sesak ketika karakter utamanya mulai mendengar suara-suara mengganggu. Suara unit di atasnya tidak bisa membuatnya tidur. Tapi yang lebih mengesalkan adalah ia justru dituduh pembuat keributan oleh tetangga di bawahnya. Makin lama, teror ini semakin meningkat sampai akhirnya membawanya ke dalam mimpi buruk yang ia tidak pernah bayangkan sebelumnya.

Review Wall To Wall

Adegan dalam film Netflix Wall to Wall. Foto: dok. Netflix

Korea Selatan selalu memiliki cara untuk menyampaikan kritik sosial ke dalam produk-produknya. Paruh pertama Wall To Wall adalah tontonan yang sempurna. Kalau kamu menggemari film-film yang membuatmu stres sendiri, Wall To Wall adalah film itu. Setidaknya di satu jam pertama. Menyaksikan karakter utama yang kebingungan tapi di-gaslight habis-habisan oleh tetangganya ternyata memiliki keseruan sendiri.

Yang membuat satu jam pertama Wall To Wall terasa begitu menghimpit (literally) adalah betapa relatable-nya apa yang dilalui oleh Woo Sung. Sutradara dan penulis Kim Tae Joon berhasil membuat karakter utama yang sangat dekat dengan penonton.

Keinginan memiliki properti adalah sesuatu yang kita semua bisa pahami. Menyadari bahwa situasi yang ia hadapi sekarang ternyata tidak sesuai dengan bayangannya adalah skenario yang bisa mungkin terjadi. Semua ini kemudian dirangkum dalam serangkaian adegan yang membuat saya sebagai penonton ikut stres. Apalagi ketika semua tetangga percaya bahwa kita melakukan hal yang kita tidak pernah lakukan.

Adegan dalam film Netflix Wall to Wall. Foto: dok. Netflix

Sayangnya kesederhanaan Wall To Wall berubah menjadi film yang sama sekali berbeda di paruh kedua. Kim Tae Joon mengubah paruh kedua film ini menjadi thriller. Kalau satu jam pertamanya adalah paranoia yang pekat, satu jam berikutnya adalah thriller berdarah-darah.

Woo Sung yang setiap harinya menghadapi hari yang lebih buruk dari kemarin, menemukan konspirasi besar dari sekadar penghuni apartemen berisik. Ditambah dengan ending yang lumayan ambigu, Wall To Wall akhirnya berakhir menjadi film yang kurang begitu berkesan meskipun diawali dengan baik.

Berita baiknya adalah semua aktor dalam film ini bermain dengan apik. Kang Ha Neul sebagai pemeran utama berhasil memberikan sisi dia yang lain lagi. Setelah dua film yang dirilis tahun ini, Stream dan The Snitch, dan serial Tastefully Yours, Kang Ha Neul berubah menjadi orang biasa yang meyakinkan.

Ada alasan kenapa ia selalu menarik untuk dilihat. Kang Ha Neul mempunyai kemampuan yang baik untuk menyeimbangkan drama dan komedi. Bahkan dialog yang biasa saja menjadi sedikit lebih humoris ketika dia mengucapkannya. Kalau saja Wall To Wall memaksimalkan kegilaan teror paruh pertamanya, film ini mungkin akan menjadi tontonan yang jauh lebih berkesan.

Wall To Wall dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.