Omniscient Reader: The Prophecy, Ketika Kamu Tahu Kiamat Akan Terjadi
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Kim Dok-ja (Ahn Hyo-seop) adalah pecundang. Ia tidak melawan saat perundung memilihnya. Saat dewasa, ia hanya pekerja kontrakan yang tidak dipedulikan siapa-siapa.
Dok-ja bahkan menjadi satu-satunya orang yang membaca cerita tentang bagaimana seorang pahlawan menjadi satu-satunya orang yang selamat saat Bumi tiba-tiba diinvasi oleh makhluk-makhluk misterius.
Saking terobsesinya Dok-ja dengan tulisan tersebut, ia bahkan mengirimkan pesan kepada penulisnya bahwa tulisannya sangat buruk.
Sore itu di hari terakhir ia bekerja, Dok-ja bertemu dengan Yoo Sang-ah (Chae Soo-bin), sesama pegawai kontrakan yang berhasil ia selamatkan dari bos yang genit.
Mereka ngobrol sejenak sebelum Dok-ja mendapatkan pesan paling membangongkan yang pernah ia dapatkan. Penulis cerita yang Dok-ja baca mengirimkan pesan misterius. "Kamu bisa menentukan endingmu sendiri," katanya.
Tak lama kemudian kereta yang ditumpangi Dok-ja berhenti dan sosok hologram misterius yang mengatakan bahwa semua penumpang akan selamat kalau mereka bisa menyelesaikan skenario pertama: membunuh makhluk hidup.
![]() |
Dok-ja merasa bahwa situasi ini sangat familiar-kondisinya persis dengan pembukaan cerita yang ia sukai itu. Tidak disangka, cerita itu yang akan membuatnya menjadi orang penting. Dalam sekejap, Dok-ja si Pecundang menjadi Dok-ja si Peramal.
Review:
Diadaptasi dari cerita terkenal karya Sing Shong, Omniscient Reader: The Prophecy adalah blockbuster yang dunianya terasa sangat familiar. Cerita yang ada di dalam film ini seperti gabungan The Hunger Games, Alice in Borderland bahkan Squid Game.
Karakter yang ada di dalamnya harus berhasil menyelesaikan misi kalau mau selamat ke level berikutnya (Alice in Borderland). Begitu mereka berhasil menyelesaikan misi, mereka akan mendapatkan koin yang berguna untuk melawan monster yang hadir.
Karena semua ini disaksikan oleh "penonton", maka mereka bisa mendapatkan sponsor (The Hunger Games). Dan tentu saja, skenario yang semakin lama semakin membuat manusia egois ini membuat kemanusiaan mereka makin lama makin tumpul (Squid Game).
Baca juga: Wall To Wall: Mimpi Buruk Orang Miskin |
Sebagai sebuah entertainment, film ini sangat menghibur. Dari awal sampai akhir, film ini terus bergerak. Misi-misi yang dilakukan oleh karakter-karakternya cukup menarik dan seru. Sebagai orang yang tidak membaca sumber aslinya, Omniscient Reader: The Prophecy terasa cukup meyakinkan.
Cause and effect-nya jelas dan motivasi karakter-karakternya juga clear. Yang membuat film ini tidak semenghentak film-film sejenis-misalnya Along with the Gods yang juga diadaptasi dari webtoon-adalah kenyataan bahwa film ini terasa episodic dan karakternya kurang tiga dimensional.
Omniscient Reader: The Prophecy bukan film pertama yang mempersembahkan konsep seorang karakter harus bisa menyelesaikan sebuah misi untuk bisa lanjut ke misi berikutnya.
![]() |
Tapi dalam kasus film ini, misi-misi ini terasa seperti episode kecil. Karena ada beberapa set pieces yang ingin ditunjukkan oleh sutradara Kim Byung-woo, misi-misi ini terasa kurang maksimal karena ia harus lanjut ke cerita berikutnya.
Hasilnya adalah rasa yang kurang klimaks. Tidak hanya itu, karakter utamanya juga terasa terlalu clueless, bahkan sampai di akhir film. Setelah melalui begitu banyak kesulitan, Dok-ja seharusnya sudah bisa belajar dari semua skenario buruk yang ia lalui.
Tapi bahkan sampai di akhir film, karakter utama ini tidak ada bedanya dengan Dok-ja yang saya temui di awal film. Omniscient Reader: The Prophecy sepertinya akan terasa lebih maksimal secara emosi dan spektakel kalau ia berbentuk serial.
Yang juga kurang begitu nikmat adalah presentasi visualnya. Bukan rahasia kalau Omniscient Reader: The Prophecy adalah film yang mahal. Dan bukan rahasia juga kalau teknologi Korea Selatan sudah bisa menandingi Hollywood.
Ketika Omniscient Reader: The Prophecy menampilkan monster di sungai di awal film-yang akan mengingatkanmu dengan film Bong Joon-ho berjudul The Host-film ini masih terasa meyakinkan. Tapi begitu berjalan ke tengah, presentasi visual efeknya mulai kedodoran.
![]() |
Begitu sampai di klimaks film yang serba CGI, visualnya makin turun kelas. Banyak sekali adegan yang terasa seperti video game jaman dulu.
Melihat review yang buruk dari penggemar cerita aslinya dan box office yang tidak maksimal, sepertinya cerita Dok-ja dan kawan-kawan tidak akan berlanjut ke skenario-skenario berikutnya.
Sayang sekali, padahal cerita ini berpotensi menjadi salah satu franchise yang menarik. Tapi bagi penggemar Ahn Hyo-seop, Lee Min-ho dan terutama Jisoo, Omniscient Reader: The Prophecy jelas tidak bisa dilewatkan. Film ini mungkin terasa formulaik tapi sebagai hiburan, film ini lumayan oke kok.