Suara Penulis Teriak Setop Pembajakan Buku!

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Ilustrasi teks di dalam buku
Ilustrasi buku. Foto: Freepik/freepik
Jakarta - Pembajakan buku yang merajalela di online maupun lapak jualan buat para penulis makin merana. Karya-karya mereka seakan mudah dibajak lalu diperjualbelikan begitu saja.

Para penulis yang ikut hadir mengkampanyekan Literasi Karya Asli hari ini ungkap keprihatinan akan soal ini. Mereka berteriak akan ironinya permasalahan hak cipta dan pembajakan buku yang merajalela.

Maman Suherman menyindir peran pemerintah yang gak berhasil menghadirkan sistem perbukuan yang sehat.

"Kalau masih nungguin delik aduan terus menerus, gak akan buat para pembajak takut. (Seharusnya) dari dasar delik aduan ke pidana biasa, supaya ada polisi yang nangkep," tegasnya ditemui di kawasan Palmerah Barat, Jakarta Barat, Selasa (24/6/2025).

Ia juga negaskan agar jangan normalisasi pembajakan dengan alasan ilmu pengetahuan. "Saya harap Gramedia dan Ditjen Kekayaan Intelektual menegaskan gak boleh ada buku bajakan di semua kantor Gramedia," sambungnya.

Novelis 5 Cm, Donny Dhirgantoro, yang hadir juga pernah alami kejadian gak mengenakkan saat menemukan buku bajakannya paling banyak dibeli di lapak-lapak.

"Dari awal terbit 5 Cm buku saya sudah dibajak. Bertahun-tahun mikir, sebenarnya pembajak ditangkep gak? Data mereka yang buka toko buku bajakan kan ada di marketplace, datanya ada atau gak. Saya tahu susah, mungkin usul aja pak. Dari dulu miris banget pak, buku asli 1 berbanding sama 4 buku bajakan, cuma usulan konkrit agar pembajakan buku itu diharamkan oleh MUI," tegasnya.

Bahkan Henry Manampiring yang terkenal lewat Filosofi Teras bilang seharusnya ada efek jera bagi pembajak buku.

"Bikin efek kurungan (penjara). Nah ini monyetnya gak ada yang dipotong. Saya pikir kita perlu ada case beneran, supaya menciptakan efek jera di antara para pembajak, agar gak main-main. Pembajak buku dipidana, (sekarang) action-nya mana nih," tukasnya.

Kampanye #LiterasiKaryaAsi merupakan inisiatif penerbit Gramedia kolaborasi lintas sektor dengan Kementerian Komunikasi dan Digital, Kementerian Ekonomi Kreatif, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), dan sejumlah marketplace.


(tia/mau)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO