Polemik Pameran Lukisan Yos Suprapto Jadi 'Catatan' di Penghujung 2024

Permasalahan ini membuat para seniman dan ekosistem di dalamnya terpecah belah. Sebagian besar membela kreativitas seniman senior asal Yogyakarta tersebut, sisanya banyak juga yang mendukung keputusan GNI yang masih di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA) Kementerian Kebudayaan.
Ada 5 lukisan salah satunya Konoha I dan Konoha II yang dipersoalkan, namun sisa karyanya tentang kedaulatan pangan masih sesuai tema. Gara-gara polemik ini, sepanjang GNI ada dan menggelar pameran seni, belum pernah ada kasus serupa apalagi dibatalkan hanya 30 menit sebelum dibuka.
Polemik pameran lukisan Yos Suprapto ada tiga versi yang melakoni, berikut di antaranya:
Seniman Yos Suprapto
Yos Suprato sudah setuju dengan permintaan Suwarno Wisetrotomo yang ingin menutup lukisan Konoha I dan Konoha II dengan kain hitam. Tapi tak mau karya-karya lainnya ditutupi dan memutuskan buat memboyongnya ke Yogyakarta.
"Saya sebagai seniman, GNI, mantan kurator sudah mencapai kesepakatan belum menemukan titik temu. Jadi tidak bisa dilanjutkan, tidak bisa menemukan titik temu, mulai dari pemahaman narasi," tegasnya.
Dari hasil mediasi terakhir, maka Yos tetap akan memulangkan karya-karyanya ke Yogyakarta. "Perlawanan apa lagi, sudah selesai. Kita telah mencapai kesepakatan tidak menemukan titik temu yang sama," katanya.
Kurator Suwarno Wisetrotomo
Kurator pameran tunggal Yos Suprapto, Suwarno Wisetrotomo dalam pernyataan yang dibagikan kepada detikcom membenarkan adanya ketidaksepakatan antara seniman dan kurator.
"Terdapat 2 karya yang menggambarkan opini seniman tentang praktek kekuasaan. Saya sampaikan kepada seniman, bahwa karya tersebut tidak sejalan dengan tema kuratorial, dan berpotensi merusak fokus terhadap pesan yang sangat kuat dan bagus dari tema pameran," tegas Suwarno.
"Menurut pendapat saya, dua karya tersebut 'terdengar' seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektifnya," sambungnya.
Suwarno pun nggak setuju untuk dua karya itu dipajang. Seniman tetap mempertahankan keinginannya untuk memamerkan 2 karya tersebut.
Baca juga: 7 Karya Seni Terfenomenal |
Galeri Nasional Indonesia
Penanggung Jawab Unit GNI, Jarot Mahendra, menegaskan tidak ada pemberedelan maupun penurunan karya-karya Yos Suprapto.
"Tidak ada pembatalan pameran, tidak ada pemberedelan seperti isu yang berkembang. Galeri Nasional hanya menunda sampai ada kesepahaman, kesepakatan antara seniman dan kuratornya," kata Jarot Mahendra di Galeri Nasional Indonesia, kawasan Gambir, Jakarta Pusat, pada Senin (23/12/2024).
Jarot juga mengatakan penarikan lukisan ini sudah ada kesepakatan antara pihak GNI dengan seniman. Poin kesepakatan itu adalah seniman, mantan kurator dan Galeri Nasional Indonesia tidak ada kesepahaman dalam pameran tunggal yang mengusung Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan.
"Dan hari ini dengan iktikad yang baik dari Galeri Nasional Indonesia dan juga seniman Pak Yos Suprapto, secara langsung berdua dengan saya bicara, kami sudah sepakat. Apa itu yang sepakati? Bahwa di antara tiga pihak ini, seniman, kurator, dan Galeri nasional tidak ada kesepahaman terkait dengan pameran ini," katanya.
Tanggapan Kementerian Kebudayaan
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membantah bahwa pembatalan pameran merupakan tindakan pembredelan. Ia menyebut beberapa karya Yos memuat unsur politik, vulgar, dan berpotensi menyinggung simbol budaya tertentu. Salah satu lukisan bahkan dianggap mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
"Ada lukisan yang menggambarkan obyek telanjang dan bersetubuh. Itu tidak pantas," kata Fadli Zon.
(tia/pus)