Samsara Bakal Kasih Pengalaman Nonton Pentas yang Gak Biasa

Garin Nugroho bakal menampilkan pertunjukan cine-concert bertajuk Samsara di penghujung tahun. Sukses world premiere di Singapura dan Bali, Samsara bakal jadi pementasan yang nggak biasa dan istimewa banget di dua kota (Yogyakarta dan Jakarta).
Samsara jadi project yang mengawinkan antara seni pertunjukan dan sinema. Menurut produser cine-concert Samsara, Gita Fara, ini adalah proses yang menarik banget.
"Kami memakai istilahnya bikin nasi campur, koreografi yang menarik di Bali, kawinkan musik elektronik, ada teater, kesenian topeng, dan semuanya sangat organik. Mostly 80 persen adalah tarian, kita buat musiknya dulu, syutingnya 11 hari di Bali juga, karena memang mau menggabungkan antara tradisi dan futuristik, musik modern dan tradisional," terangnya saat jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya pada Jumat (15/11/2024).
Samsara yang merupakan sebuah film bisu hitam putih dibintangi aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett dengan iringan paduan musik gamelan Bali dan musik elektronik.
Project ini juga hadir dalam dua format yakni sinema atau film dan pertunjukan cine-concert. Buat versi pementasan, Samsara memang ingin kasih pengalaman yang berbeda buat penonton.
"Sebenarnya format hybrid ini sudah ada, film Gladiator juga dimainkan di dalam Colloseum dalam format orkestra, Harry Potter juga, dan Samsara ini disajikan live, pertunjukan hidup. Di Indonesia baru ada Setan Jawa dan Samsara yang sekarang," terang Gita Fara.
Dia pun melanjutkan, "Jadi memang ingin kasih pengalaman menikmati karya seni dan sinematik. Ketika sudah dialami dan melihat dalam format film, pasti pengalamannya beda banget."
Hal yang juga diungkap oleh Garin Nugroho. Sutradara Samsara itu jelasin karya-karya yang dibuatnya memang mau hadir dalam banyak format.
"Kalau saya bikin Opera Jawa ada pertunjukan, karya seni instalasi, dan semuanya bertransformasi dalam berbagai bentuk seni. Samsara juga ada filmnya, cine-concert, pameran fashion, karya seni instalasi, dan justru pada dunia transformatif jadi ciri yang sekarang," tukas Garin.
Samsara mengambil setting tempat di Bali di tahun 30-an, bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya. Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan.
Tapi dalam prosesnya, ritual tersebut justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita. Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.
(tia/pus)