Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Banjarmasin bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga monumen sejarah dan kebudayaan yang merekam perjalanan panjang masyarakat Kalimantan Selatan dalam membangun identitas keislaman mereka.
Berdiri di atas lahan bekas benteng peninggalan Belanda, masjid ini menjadi pusat spiritual umat. Dengan arsitektur megah, kubah berlapis emas, serta hiasan kaligrafi yang sarat makna, Sabilal Muhtadin kini menjadi ikon kebanggaan Banjarmasin.
Simak artikel ini untuk mengenal Masjid Raya Sabilal Muhtadin, lengkap mulai dari sejarah dan detail fisik bangunannya. Buat detikers yang mau ke sini, catat juga lokasinya.
Sejarah Singkat Masjid Raya Sabilal
Dalam studi Irham Ridho Maulana Rahman berjudul Implementasi Etika Komunikasi Dakwah pada Ceramah Agama Ustadz Ilham Humaidi di Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin dari UIN Antasari, masjid ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan Islam di daerah tersebut.
Awalnya, pada tahun 1772 seorang ulama asal Mekkah bernama Syekh Abdul Jalil bin Abdullah Alkaff datang ke Martapura. Beliau mendirikan sebuah surau sederhana yang dikenal sebagai Surau Alkaff. Surau ini kemudian menjadi pusat awal penyebaran ajaran Islam di wilayah Kalimantan Selatan.
Seiring waktu, pada tahun 1850 bangunan tersebut diperluas dan berkembang menjadi masjid yang lebih besar di bawah kepemimpinan putranya, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, seorang ulama besar yang berpengaruh dan dikenal luas sebagai tokoh penting dalam sejarah Islam Nusantara.
Memasuki tahun 1960-an, masjid ini mengalami renovasi besar dan diberi nama baru, Masjid Sabilal Muhtadin. Nama tersebut diambil dari karya monumental Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin Fi Syarh al-Muqaddimah Al-Jazariyah, sebagai bentuk penghormatan atas jasa beliau dalam membangun fondasi keilmuan Islam.
Keinginan masyarakat Kalimantan Selatan untuk memiliki sebuah Masjid Raya yang monumental semakin kuat, sehingga pada tahun 1974 rencana pembangunan masjid besar dimulai dengan dukungan tokoh masyarakat dan ulama.
Pembangunan masjid berlangsung beberapa tahun, hingga pada 31 Oktober 1979 masjid ini pertama kali digunakan untuk pelaksanaan salat Idul Adha. Akhirnya, pada 9 Februari 1981 Masjid Raya Sabilal Muhtadin diresmikan oleh Presiden Soeharto.
(bai/aau)