Jejak Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Ikon Islam di Banjarmasin

Jejak Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Ikon Islam di Banjarmasin

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Senin, 22 Des 2025 08:00 WIB
Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Foto: dok masjidrayasabilalmuhtadin.com
Banjarmasin -

Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Banjarmasin bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga monumen sejarah dan kebudayaan yang merekam perjalanan panjang masyarakat Kalimantan Selatan dalam membangun identitas keislaman mereka.

Berdiri di atas lahan bekas benteng peninggalan Belanda, masjid ini menjadi pusat spiritual umat. Dengan arsitektur megah, kubah berlapis emas, serta hiasan kaligrafi yang sarat makna, Sabilal Muhtadin kini menjadi ikon kebanggaan Banjarmasin.

Simak artikel ini untuk mengenal Masjid Raya Sabilal Muhtadin, lengkap mulai dari sejarah dan detail fisik bangunannya. Buat detikers yang mau ke sini, catat juga lokasinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Singkat Masjid Raya Sabilal

Dalam studi Irham Ridho Maulana Rahman berjudul Implementasi Etika Komunikasi Dakwah pada Ceramah Agama Ustadz Ilham Humaidi di Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin dari UIN Antasari, masjid ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan Islam di daerah tersebut.

Awalnya, pada tahun 1772 seorang ulama asal Mekkah bernama Syekh Abdul Jalil bin Abdullah Alkaff datang ke Martapura. Beliau mendirikan sebuah surau sederhana yang dikenal sebagai Surau Alkaff. Surau ini kemudian menjadi pusat awal penyebaran ajaran Islam di wilayah Kalimantan Selatan.

Seiring waktu, pada tahun 1850 bangunan tersebut diperluas dan berkembang menjadi masjid yang lebih besar di bawah kepemimpinan putranya, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, seorang ulama besar yang berpengaruh dan dikenal luas sebagai tokoh penting dalam sejarah Islam Nusantara.

Memasuki tahun 1960-an, masjid ini mengalami renovasi besar dan diberi nama baru, Masjid Sabilal Muhtadin. Nama tersebut diambil dari karya monumental Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin Fi Syarh al-Muqaddimah Al-Jazariyah, sebagai bentuk penghormatan atas jasa beliau dalam membangun fondasi keilmuan Islam.

Keinginan masyarakat Kalimantan Selatan untuk memiliki sebuah Masjid Raya yang monumental semakin kuat, sehingga pada tahun 1974 rencana pembangunan masjid besar dimulai dengan dukungan tokoh masyarakat dan ulama.

Pembangunan masjid berlangsung beberapa tahun, hingga pada 31 Oktober 1979 masjid ini pertama kali digunakan untuk pelaksanaan salat Idul Adha. Akhirnya, pada 9 Februari 1981 Masjid Raya Sabilal Muhtadin diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Foto: dok Disbudporapar Banjarmasin

Desain dan Fisik Bangunan

Dikutip dari situs Disbudporapar Banjarmasin, Masjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri di atas lahan seluas 100.000 meter persegi di pusat Kota Banjarmasin. Kawasan ini sebelumnya merupakan kompleks Asrama Tentara Tatas, yang pada masa kolonial Belanda dikenal dengan nama Fort Tatas atau Benteng Tatas.

Desain masjid dengan kubah besar, tiang kokoh, dan dinding tebal yang dilapisi 14.830 meter persegi pualam krem muda menghadirkan kesan kukuh dan agung. Kesan berat diimbangi dengan ornamen kerawang pada pintu utama, pintu samping, dan dinding.

Lampu hias berbentuk chandelier dengan 17 unit gantungan berisi ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran berdiameter 9 meter semakin menambah nuansa ringan dan kontras, menjadikan Masjid Raya Sabilal Muhtadin bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga karya seni arsitektur monumental.

Bangunan Utama dan Menara

Bangunan masjid terdiri atas bangunan utama seluas 5.250 meter persegi, mencakup ruang ibadah 3.250 meter persegi dan ruang bagian dalam berlantai dua seluas 2.000 meter persegi. Masjid ini memiliki satu menara besar setinggi 45 meter dan empat menara kecil setinggi 21 meter.

Kubah utamanya berdiameter 38 meter, berwarna emas, terbuat dari aluminium sheet Kalcolor yang ditopang kerangka baja, sementara kubah menara kecil berdiameter 5-6 meter.

Material Bangunan

Dinding, lantai, menara, dan plaza dilapisi marmer, sementara ruang wudhu menggunakan porselen, dan area plaza dilapisi keramik. Dengan rancangan ini, masjid mampu menampung hingga 15.000 jamaah, terbagi antara 7.500 di ruang dalam dan 7.500 di halaman.

Kaligrafi dan Ornamen

Sebagaimana masjid raya pada umumnya, Sabilal Muhtadin dihiasi kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an, Asmaul Husna, serta nama empat khalifah utama Islam. Kaligrafi dari bahan tembaga yang dihitamkan ini dipadukan dengan ragam hias khas Kalimantan. Pintu, krawang, dan railing juga dibuat dari tembaga dengan relief bernuansa lokal.

Kaligrafi Arab menjadi elemen utama yang dipadukan dengan motif floral. Bentuk tumbuh-tumbuhan memberi kesan hidup dan dinamis, sekaligus menghindari penggambaran manusia atau hewan. Ayat-ayat suci ditulis dengan khat indah bergaya Naskhi, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik.

Konsep Estetika Interior

Estetika interior masjid dirancang untuk menghadirkan pengalaman batin yang mendalam. Elemen hias tidak hanya memperindah pandangan, tetapi juga menimbulkan rasa haru, kagum, dan syahdu. Tiga prinsip utama yang menjadi pijakan desain adalah:

  • Menumbuhkan rasa keagamaan yang lebih dalam.
  • Menghadirkan ornamen dekoratif yang selaras dengan arsitektur.
  • Menampilkan identitas budaya Kalimantan.

Lokasi dan Rute

Masjid Raya Sabilal Muhtadin berada di Jl Jend Sudirman No 1, Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Masjid ini terletak sangat strategis di pusat Banjarmasin, tepat di tepi Sungai Martapura.

Dari Bandara Internasional Syamsudin Noor (BDJ), jaraknya sekitar 32,8 km atau ditempuh sekitar 60 menit berkendara. Jika dari Menara Pandang Banjarmasin (Siring Tendean), jaraknya sekitar 2 km atau sekitar 7 menit jika ditempuh lewat darat. Dari Siring Tendean, detikers juga bisa menyeberang menggunakan perahu.

Halaman 2 dari 3
(bai/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads