Mengenal Liberika Sendoyan, Kopi Khas Kalimantan yang Jarang Tersorot

Mengenal Liberika Sendoyan, Kopi Khas Kalimantan yang Jarang Tersorot

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Jumat, 01 Agu 2025 06:00 WIB
Liberika sendoyan. Foto: Portal Informasi Indonesia
Liberika sendoyan. Foto: Portal Informasi Indonesia
Balikpapan -

Ketika bicara soal kopi, mungkin banyak orang lebih mengenal kopi Arabika atau Robusta. Padahal Kalimantan juga punya kekayaan kopi yang khas, yakni Liberika Sendoyan.

Liberika sendoyan dilestarikan dari daerah perbatasan di Kalimantan Barat, memiliki karakteristik rasa yang berbeda dibandingkan kopi Arabika atau Robusta. Aromanya khas, membuatnya menjadi kopi yang patut dicoba bagi kamu yang ingin merasakan cita rasa berbeda dari kopi nusantara lainnya.

Sayangnya meski memiliki potensi besar, nama liberika sendoyan belum sepopuler kopi-kopi dari daerah lain. Kopi ini bisa dibilang kalah pamor dan tak begitu sering terdengar, baik di pasar lokal maupun internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Liberika Sendoyan

Dikutip dari buku Budidaya Kopi oleh Dr Ir Muhammad Rizwan, kopi liberika memiliki nama ilmiah Coffea liberica var Liberica. Kopi ini disebut-sebut berasal dari Liberia, walaupun ditemukan juga tumbuh secara liar di daerah Afrika lainnya.

Konon, kopi liberika populer setelah dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19. Kopi liberika tidak banyak diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis arabika dan robusta.

Di wilayah Asia Tenggara, liberika banyak disukai oleh konsumen di Malaysia. Aroma kopi ini dikenal mirip seperti nangka, hingga di banyak daerah kopi liberika kerap dimaksud kopi nangka.

Kopi liberika tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 meter dari permukaan laut. Namun tetap bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1200 meter.

Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-300 derajat celcius dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lahan yang tersinari penuh ataupun di bawah naungan pohon lain.

Kopi liberika juga memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di atas tanah lempung hingga tanah berpasir serta tahan terhadap kekeringan maupun cuaca basah. Jenis kopi ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam kondisi tanah yang kurang subur.

Merawat tanaman kopi jenis ini tidaklah sulit, tapi harus ekstra hati-hati. Budidaya kopi di Sambas sebagian dilakukan tumpang sari dengan tanaman lain. Pupuknya harus menggunakan pupuk organik dari hewan kambing yang dipelihara di sekitar kebun.

Buah kopi liberika memiliki ukuran cukup besar. Bentuknya bulat hingga lonjong dengan panjang sekitar 18-30 mm, dengan satu buah terdapat 2 biji kopi yang masing-masing memiliki panjang sekitar 7-15 mm.

Namun meski buahnya besar, bobot buah keringnya hanya 10% dari bobot basahnya. Hal itu membuat liberika kurang disukai petani karena penyusutan bobot saat panen hingga buah siap olah cukup tinggi, sehingga ongkos panen menjadi relatif lebih mahal.

Petani kopi liberika juga tak jarang menghadapi kendala, yakni pada pengelolaan pascapanen karena masih dikerjakan secara manual. Cara tersebut berdampak pada bentuk biji kopi rentan banyak pecah dan pengerjaannya pun tidak bisa dalam jumlah banyak serta cepat.

Keistimewaan Liberika Sendoyan

Dikutip detikFood dari laman Antara, Woodcrafy, dan Portal Informasi Indonesia, kopi Liberika Sendoyan dikenal berasal dari Sambas, Kalimantan Barat dan dapat tumbuh subur di tanah bergambut. Kopi ini dulunya pernah menjadi sumber penghasilan andalan masyarakat setempat.

Aktivitas budidaya kopi liberika sendoyan di Sambas dimulai sejak 1979. Saat itu, hampir seluruh masyarakat memilih untuk menanam jenis kopi tersebut. Kopi liberika sendoyan menjadi sumber pendapatan yang cukup besar untuk biaya hidup sehari-hari, selain pohon karet dan lada.

Secara ekonomi, kopi ini memberikan pengaruh besar pada kesejahteraan petani. Namun seiring waktu tergantikan oleh komoditas lain, seperti lada dan kelapa sawit.

Setelah melewati masa jaya sekitar tahun 2000-an, produktivitas kopi liberika sendoyan ini sempat redup. Banyak petani yang beralih menanam lada, karena harganya cukup bagus.

Budidaya kopi liberika sendoyan ini sempat kembali digencarkan lewat program Gerakan Tanam Kopi Liberika Sendoyan pada Juni 2023 lalu di Sambas. Liberika sendoyan kemudian sempat eksis kembali dan permintaan pasar mulai meningkat.

Selain itu, petani juga diajarkan bagaimana melakukan pemanasan terhadap komoditas kopi. Misalnya, memproduksi kopi bubuk dalam kemasan dengan merek sendiri. Biji kopi liberika olahan dari Sambas pun kemudian menjadi pilihan favorit di kedai-kedai kopi di Kota Pontianak.

Selain perawatan yang mudah, liberika sendoyan banyak diminati karena rendah kafein sehingga aman untuk lambung. Kopi ini memiliki karakteristik yang unik, ada cecapan rasa seperti buah pisang dan nangka, dan aromanya harum.

Dikutip dari laman Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalbar, pelaku usaha kopi lokal sempat mengenalkan kopi jenis liberika ke luar negeri. Pada tahun 2023, tercatat ada sekitar 12 ribu hektare kopi di Kalbar, sebagian besar ditanami jenis liberika.

Halaman 2 dari 2
(aau/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads