Indonesia memiliki satwa primata endemik, salah satunya adalah orang utan kalimantan. Orang utan memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan primata lainnya.
Simak ulasan tentang orang utan kalimantan berikut ini, mulai dari ciri-ciri fisik dan perbedaannya dengan spesies orang utan lain, kebiasaan, habitat, hingga status dan kondisi terkini.
Sekilas Tentang Orang Utan Kalimantan
Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, terdapat tiga jenis orang utan di Indonesia, yaitu orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus), orang utan sumatera (Pongo abelii), dan orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang utan masih satu famili dengan gorila, simpanse, dan bonobo, yakni termasuk dalam famili Hominidae. Namun mereka tersebar di Afrika.
Sementara jenis orang utan konon pada 20 ribu tahun yang lalu dapat ditemui di seluruh kawasan Asia Tenggara, namun kini hanya tersisa di Pulau Kalimantan (termasuk Sabah dan Serawak, Malaysia) dan Pulau Sumatera.
Awalnya hanya ada dua jenis orang utan, yaitu jenis kalimantan dan sumatera. Namun seiring perkembangan teknologi, diketahui bahwa orang utan di hutan Tapanuli Sumatera Utara merupakan spesies yang berbeda, maka diberi nama tersendiri.
Binatang ini secara internasional pun diberi nama 'orangutan'. Dalam bahasa Indonesia, artinya orang hutan. Orang Dayak biasa menyebutnya 'tahui'.
Satwa langka ini juga pernah dijadikan sebagai karakter dalam film waralaba Planet of The Apes. Pada beberapa film awal, terdapat orang utan bernama Maurice yang berkarakter bijaksana. Film terakhir pada 2024, kembali muncul karakter orang utan bernama Raka.
Ciri-ciri dan Kebiasaan Orang Utan Kalimantan
Ciri-ciri umum orang utan adalah memiliki lengan panjang dan kuat, untuk berayun dan meraih makanan. Mereka makan buah, daun, maupun biji. Usia hidup mereka di kisaran 50-60 tahun.
Namun antara orang utan kalimantan, sumatera, dan tapanuli, terdapat beberapa perbedaan, yakni sebagai berikut:
1. Rambut
Dikutip dari situs Institut Pertanian Bogor (IPB), orang utan kalimantan memiliki ciri fisik berambut panjang dan kusut, berwarna merah gelap kecokelatan. Orang utan sumatera dan tapanuli cenderung lebih cerah, agak oranye. Rambut orang utan sumatera juga cenderung lebih lebat.
2. Berat
Orang utan kalimantan berukuran paling besar dibandingkan orang utan sumatera dan tapanuli. Berat tubuhnya bisa mencapai 90 kg untuk jantan, sedangkan sumatra paling besar 60 kg. Sedangkan betina berukuran lebih kecil, yakni sekitar 30-50 kg.
3. Bentuk Wajah
Wajah orang utan kalimantan memiliki pelipis seperti bantal dan membulat yang membuat wajahnya terlihat lebih besar. Berbeda dengan orang utan sumatera yang wajahnya cenderung oval. Sementara jenis tapanuli memiliki tulang rahang yang lebih datar dan halus.
4. Kebiasaan
Dilihat dari kebiasaannya, orang utan kalimantan bergerak lebih lambat dan sering turun dari pohon dan menginjak tanah. Sedangkan orang utan sumatera lebih banyak tinggal di atas pohon.
5. Makanan
Meski makanan mereka sama, orang utan tapanuli diketahui makan jenis makanan yang belum pernah dimakan dua spesies lainnya, misalnya biji aturmangan (casuarinaceae), buah sampinur tali/bunga (podocarpaceae), dan agatis (araucariaceae).
Habitat Orang Utan Kalimantan
Berdasarkan situs Taman Nasional Sebangau Palangkaraya, habitat atau tempat tinggal orang utan kalimantan adalah di hutan hujan tropis yang ada di Pulau Kalimantan, baik di dataran rendah maupun pegunungan berketinggian 1.500 mdpl. Mereka biasanya tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarang dari dedaunan.
Dikutip dari situs Borneo Orangutan Survival Foundation, mereka juga bisa hidup di hutan rawa. Di Kalimantan sendiri memiliki lebih dari 50% luas total lahan gambut tropis dunia.
Mengenai persebarannya, orang utan kalimantan juga dibedakan menjadi tiga subspesies. Subspesies Pongo pygmaeus pygmaeus ditemukan di Serawak dan Kalimantan bagian barat laut. Subspesies Pongo pygmaeus wurmbii hidup di Kalimantan Tengah dan bagian selatan kalimantan Barat. Subspesies Pongo pygmaeus morio hidup di Kalimantan Timur dan Sabah.
Kondisi Terkini Orang Utan Kalimantan
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist telah memasukkan orang utan kalimantan ke dalam satwa berstatus terancam punah sejak 1994. Satwa ini juga tidak boleh diperdagangkan.
Pemerintah Indonesia memasukkan spesies ini sebagai satwa yang dilindungi. Penyebab kepunahan ini antara lain karena kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan hutan, hingga perburuan.
Dikutip dari WWF Indonesia berdasarkan data Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) 2017, populasi orang utan kalimantan tersisa sekitar 45 ribu ekor, orang utan sumatera tersisa sekitar 13 ribu ekor, dan orang utan tapanuli ada sekitar 760 ekor.
Selain dikembangkan di kebun binatang, terdapat sejumlah tempat konservasi orang utan, seperti di Kalimantan Tengah. Orang utan dikembangbiakkan dan kemudian dikembalikan ke habitat aslinya.