Kalimantan merupakan rumah bagi jutaan spesies fauna. Beberapa di antaranya bahkan hanya bisa ditemukan di wilayah ini.
Namun, kekayaan fauna itu sedang terancam. WWF mencatat lebih dari 361 spesies hewan di Kalimantan masuk daftar terancam punah, dengan penyebab utama berupa perusakan habitat, pembukaan lahan besar-besaran, dan perdagangan satwa liar.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) juga telah menetapkan beberapa spesies khas Kalimantan Timur seperti pesut Mahakam dan kucing merah Kalimantan dalam status Critically Endangered dan Endangered, alias sangat terancam punah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui artikel ini, kita akan menyusuri hutan Kalimantan dan mengenal lebih dekat hewan-hewan endemik yang mendiami pulau tersebut.
Hewan Endemik Kalimantan:
1. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)
![]() |
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) adalah satu-satunya spesies lumba-lumba air tawar yang hidup di Indonesia, tepatnya di sepanjang Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Berbeda dari lumba-lumba laut pada umumnya, pesut memiliki kepala bulat tanpa moncong, tubuh gemuk, serta perilaku pemalu dan jarang melompat tinggi.
Mereka hidup dalam kelompok kecil dan sangat tergantung pada kualitas air dan ekosistem sungai yang sehat. Keunikan ini membuat pesut jadi salah satu indikator kualitas perairan pesisir.
Namun keberadaan pesut Mahakam kini berada di ambang kepunahan. Menurut data WWF Indonesia, jumlahnya pada 2022 diperkirakan hanya tersisa sekitar 80 ekor, menurun drastis dari yang tadinya lebih dari 100 individu tercatat satu dekade sebelumnya.
Ancaman utama terhadap populasi pesut berasal dari pencemaran air sungai, tabrakan dengan kapal, terjerat alat tangkap ikan, hingga perubahan habitat akibat pembangunan infrastruktur di sepanjang sungai. IUCN pun telah mengkategorikan pesut Mahakam dalam status Critically Endangered atau satu langkah lagi menuju kepunahan di alam liar.
Pentingnya konservasi pesut Mahakam tidak bisa dianggap remeh. Sebagai predator puncak dalam ekosistem Sungai Mahakam, pesut memegang peran vital dalam menjaga keseimbangan populasi ikan dan organisme lain. Upaya pelestarian telah dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari pemantauan populasi oleh LIPI (sekarang BRIN), edukasi masyarakat oleh Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), hingga penetapan kawasan konservasi di beberapa titik.
2. Bekantan (Nasalis larvatus)
![]() |
Bekantan (Nasalis larvatus) pasti sudah tidak asing di telinga banyak orang. Primata berhidung panjang ini hanya bisa ditemukan di pulau Kalimantan, termasuk wilayah Kalimantan Timur. Ciri khasnya yang paling mencolok adalah hidung besar menggantung, terutama pada jantan dewasa yang diyakini berfungsi untuk menarik perhatian betina.
Tubuh bekantan diselimuti bulu cokelat kemerahan dengan ekor panjang, dan mereka sangat piawai berenang, bahkan memiliki selaput di antara jari kakinya. Habitatnya berada di hutan mangrove, rawa, dan hutan riparian (dekat sungai), sehingga mereka sangat bergantung pada keberadaan hutan pesisir yang sehat.
Sayangnya, bekantan menghadapi tekanan yang sangat berat dari perusakan habitat. Data dari International Animal Rescue (IAR) Indonesia menunjukkan bahwa populasi bekantan menurun lebih dari 50% dalam 40 tahun terakhir akibat pembukaan lahan, pembalakan liar, serta pembangunan perkebunan sawit di wilayah pesisir dan rawa.
IUCN telah menetapkan bekantan sebagai spesies Endangered (Terancam), dan lebih parahnya di beberapa wilayah populasinya sudah tidak lagi stabil. Laporan BPS Kalimantan Timur (2023) juga menyoroti bahwa penyusutan luas mangrove di Kaltim turut berdampak langsung pada penurunan populasi bekantan.
3. Burung Enggang Kalimantan (Buceros rhinoceros borneoensis)
![]() |
Burung enggang Kalimantan, yang juga dikenal sebagai rangkong gading (Rhinoplax vigil), adalah spesies burung yang sangat ikonik dan memiliki nilai tinggi bagi masyarakat Dayak.
Enggang ini terkenal dengan 'gadingnya', yaitu struktur padat di atas paruh yang disebut casque. Tidak seperti burung rangkong lainnya yang memiliki casque berongga, casque rangkong gading padat dan sering diincar untuk diperjualbelikan layaknya gading gajah.
Burung ini memiliki ukuran besar, suara yang nyaring, serta kebiasaan unik seperti setia pada satu pasangan seumur hidup dan bersarang di lubang pohon besar, di mana betina akan dikurung selama masa bertelur dan menetaskan anak.
Menurut data IUCN Red List, rangkong gading berstatus critically endangered (Kritis) karena penurunan populasi yang sangat cepat. Hanya dalam 40 tahun terakhir, populasinya menyusut hingga lebih dari 50%.
Laporan dari WWF Indonesia dan Yayasan Planet Indonesia juga menyebutkan bahwa tekanan utama berasal dari perburuan liar untuk mengambil casque serta kerusakan habitat berupa penebangan pohon tua yang menjadi tempat bersarang. Di Kalimantan Timur, ancaman paling terlihat datang dari alih fungsi hutan primer untuk pertambangan dan perkebunan skala besar.
4. Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis)
![]() |
Macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis) adalah subspesies endemik dari Neofelis diardi yang hanya ditemukan di Pulau Kalimantan. Hewan ini termasuk keluarga Felidae (kucing besar), namun ukurannya lebih kecil dibandingkan harimau atau macan tutul.
Ciri khasnya adalah corak totol besar menyerupai awan di tubuhnya. Corak unik ini memberikan kemampuan kamuflase di antara pepohonan lebat, habitat favoritnya. Dengan tubuh yang lincah, kaki kuat, dan ekor panjang, macan dahan Kalimantan adalah pemanjat andal yang bisa melompat dari satu cabang ke cabang lain seperti seekor monyet.
Status konservasi macan dahan Kalimantan saat ini tergolong Vulnerable (Rentan) menurut IUCN Red List, namun ancaman terhadap populasinya meningkat drastis setiap tahun. Studi dari WWF dan Smithsonian Institution mengungkapkan bahwa macan dahan telah kehilangan lebih dari 30% habitatnya akibat deforestasi dan konversi hutan alam menjadi lahan industri, seperti sawit dan pertambangan.
Selain itu, perburuan untuk perdagangan ilegal dan konflik dengan manusia menambah tekanan. Dalam riset yang dipublikasikan tahun 2021 oleh Global Ecology and Conservation, kamera trap di Kalimantan Timur menunjukkan penurunan drastis deteksi individu macan dahan dalam lima tahun terakhir.
Sebagai predator puncak, macan dahan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis. Kehilangannya tidak hanya berdampak pada rantai makanan, tetapi juga mencerminkan kehancuran ekosistem yang lebih luas.
5. Kutai Langur (Presbytis canicrus)
![]() |
Primata yang satu ini juga disebut Lutung Kutai (Presbytis canicrus), adalah salah satu primata paling langka di dunia yang hanya ditemukan di wilayah timur laut Kalimantan, terutama di sekitar hutan Kutai dan Beriun. Spesies ini awalnya dianggap punah hingga tahun 2012 ketika para peneliti kembali menemukan keberadaannya melalui kamera trap di kawasan hutan konservasi.
Lutung Kutai memiliki ukuran tubuh sedang dengan ciri khas wajah abu-abu gelap, jambul kecil di atas kepala, serta bulu tubuh yang kontras antara punggung keabu-abuan dan bagian perut putih kekuningan. Makanan utamanya adalah daun muda, buah, dan biji-bijian, sehingga keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada keberadaan hutan tropis yang lebat dan beragam.
Menurut IUCN Red List, lutung Kutai dikategorikan Critically Endangered (Kritis), satu tingkat di bawah punah di alam liar. Populasinya diperkirakan tinggal kurang dari 250 individu dewasa, dan terus menurun akibat deforestasi serta ekspansi industri ekstraktif.
Studi dari Conservation International dan Yayasan Primate Watch Indonesia menyebutkan bahwa Kutai Langur telah kehilangan lebih dari 80% habitat aslinya dalam tiga dekade terakhir. Ancaman terbesar berasal dari pembukaan lahan untuk kelapa sawit, pembalakan liar, serta minimnya perlindungan kawasan hutan sekunder yang mereka huni. Selain itu, karena langkanya informasi publik mengenai spesies ini, upaya konservasi belum sebesar hewan endemik lainnya seperti orangutan atau bekantan.
Yang membuat Lutung Kutai semakin istimewa adalah statusnya sebagai "hantu hutan yang terlupakan", karena selama hampir 30 tahun dianggap punah dan tak terdeteksi. Penemuan ulang ini sekaligus menjadi panggilan penting bagi upaya pelestarian, bukan hanya pada spesiesnya, tetapi juga terhadap habitat hutan yang menjadi napas terakhirnya.
Itulah 5 hewan endemik Kalimantan yang terancam punah. Pesut Mahakam, bekantan, macan dahan, orang utan, owa, dan lutung merupakan bagian penting dari keseimbangan ekosistem. Mereka berfungsi sebagai penyebar biji, pengendali hama, indikator kesehatan lingkungan, dan bahkan bagian dari identitas budaya Kalimantan.
Simak Video "Video Gubernur Kaltim Tepis IKN Mangkrak: Hari Ini Sudah Luar Biasa"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/des)