Sayang Sekali, Pesut Mahakam Selangkah Menuju Punah!

Sayang Sekali, Pesut Mahakam Selangkah Menuju Punah!

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Senin, 14 Jul 2025 09:30 WIB
Pesut mahakam yang terlihat di Desa Pela, Kab. Kutai Kartanegara
Pesut mahakam yang terlihat di Desa Pela, Kab. Kutai Kartanegara/Foto: Istimewa (dok Yayasan Konservasi RASI)
Samarinda -

Pesut Mahakam merupakan satu-satunya spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di Indonesia. Pesut tersebut juga menjadi ikon Kota Samarinda.

Di dunia internasional, pesut Mahakam dikenal sebagai Irrawaddy dolphin (nama ilmiah: Orcaella brevirostris). Julukannya berarti 'orca kecil bermoncong pendek'. Ciri khas pesut ini adalah bentuk kepalanya yang bulat dan moncong tumpul, berbeda dengan lumba-lumba laut pada umumnya.

Meskipun dikenal sebagai ikon Kota Tepian, keberadaan pesut semakin jarang terlihat di perairan Mahakam. Bahkan dalam satu tahun selama 2020-2021, Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species (RASI) mencatat hanya ada 6 bayi pesut Mahakam yang lahir, dengan angka kematian hingga 4 ekor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya, detikers yang ingin berkunjung ke Kalimantan Timur khususnya Samarinda, jangan berekspektasi tinggi untuk bertemu pesut Mahakam. Sebab, angka kematiannya yang cukup tinggi.

Habitat Terbatas, Status Konservasi Pesut Mahakam

Habitat pesut Mahakam sangat terbatas. Kawasan ekosistem esensial habitat pesut mahakam yang mencakup Sungai Mahakam dan lahan gambut di sekitarnya menjadi rumah utama mereka. Di sinilah pesut mencari makan, berkembang biak, dan membesarkan anak-anaknya.

Sayangnya, wilayah ini juga terus tertekan oleh aktivitas manusia. Dari data RASI, tercatat 117 pesut Mahakam mati sejak 1995 hingga November 2021. Dari jumlah tersebut, 88 pesut diketahui penyebab kematiannya, sementara sisanya tidak teridentifikasi.

Fakta mengejutkan lainnya, penyebab kematian pesut terbanyak (70%) adalah karena rengge (jaring insang), yaitu alat tangkap ikan yang umum digunakan nelayan lokal. Sisanya disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

  • Tertabrak kapal: 9%
  • Racun atau limbah: 5%
  • Dibunuh: 5%
  • Proses kelahiran: 4%
  • Setrum ikan: 2%
  • Terjebak di daerah dangkal: 2%
  • Diserang predator: 2%
  • Rawai: 1%

Kondisi itu membuat status pesut Mahakam masuk kategori Critically Endangered atau Kritis, berdasarkan klasifikasi IUCN. Ini adalah tingkat paling tinggi sebelum spesies dinyatakan punah di alam liar.

Artinya, pesut Mahakam hanya selangkah lagi menuju kepunahan bila tidak ada upaya penyelamatan yang signifikan dan berkelanjutan. Status ini ditetapkan berdasarkan populasi yang sangat kecil (diperkirakan kurang dari 80 individu), rendahnya tingkat kelahiran, serta tingginya ancaman dari aktivitas manusia.

Dengan kondisi tersebut, perlindungan habitat, pengendalian alat tangkap, dan edukasi kepada masyarakat menjadi sangat penting dilakukan.

Habitat VS Populasi yang Terus Menyusut

Upaya konservasi yang dilakukan lembaga lokal dan internasional masih belum cukup menjamin kelangsungan hidup mamalia ini. Meski angka kelahiran bayi pesut masih terjadi setiap tahun, jumlahnya tidak signifikan dan belum mampu menyaingi angka kematian.

Peta distribusi pesut Mahakam memperlihatkan bahwa habitat mereka berada di wilayah Sungai Mahakam bagian tengah, termasuk sekitar Melak, Muara Pahu, dan Danau Jempang.

Daerah tersebut telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial, karena memiliki peran penting dalam siklus hidup pesut. Wilayah ini mencakup pemijahan ikan (sumber pakan utama) dan rawa gambut yang menjaga kualitas air tetap bersih.

Namun, tekanan lingkungan terus meningkat. Aktivitas perkapalan, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, konversi lahan gambut, hingga pencemaran membuat habitat mereka makin menyempit. Sementara itu, angka kelahiran bayi pesut per tahun masih sangat rendah, yakni berkisar antara 5-7 ekor dalam empat tahun terakhir (2017-2021). Angka ini tidak cukup untuk menutupi jumlah kematian.

Berikut data angka kelahiran bayi pesut Mahakam per tahun dilansir dari Yayasan RASI:

  • Juli 2017-Juni 2018: 6 bayi lahir
  • Juni 2018-Mei 2019: 5 bayi lahir
  • Juni 2019-Mei 2020: 7 bayi lahir
  • Juni 2020-Mei 2021: 6 bayi lahir

Meskipun terlihat stabil, angka ini tetap kecil mengingat tekanan lingkungan yang terus memburuk.

Tak Sama dengan Pesut Laut

Banyak orang mengira bahwa pesut Mahakam sama dengan pesut yang hidup di laut. Padahal, secara genetik pesut Mahakam berbeda.

Hewan yang satu ini merupakan spesies air tawar yang tinggal menetap di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan tidak bermigrasi ke laut seperti kerabatnya yang lain.

Secara fisik, pesut ini memiliki kepala bulat tanpa moncong yang menonjol, tubuh gemuk, dan sirip punggung kecil. Warna tubuhnya cenderung abu-abu pucat, dan bagian bawah tubuh lebih terang. Dahi pesut tumpul dan lubang napas berada di bagian atas kepala, memungkinkan hewan ini muncul ke permukaan dengan cepat.

Pesut Mahakam tergolong dalam famili Delphinidae, yaitu keluarga lumba-lumba laut. Artinya, secara evolusi mereka masih satu keluarga dengan lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) atau paus pembunuh (Orcinus orca), meskipun penampilannya jauh berbeda. Dalam klasifikasi ilmiah, susunannya adalah:

  • Kingdom: Animalia
  • Phylum: Chordata
  • Class: Mammalia
  • Order: Cetacea
  • Suborder: Odontoceti (paus bergigi)
  • Family: Delphinidae
  • Genus: Orcaella
  • Species: Orcaella brevirostris

Nama brevirostris sendiri berarti 'bermoncong pendek' dan 'Orcaella' merujuk pada bentuk tubuhnya yang mirip orca (paus pembunuh), namun dalam versi yang mungil.

Perilaku Unik Pesut Mahakam

Tak hanya langka, pesut mahakam juga menarik untuk diamati. Pesut mahakam dikenal sebagai makhluk sosial yang hidup dalam kelompok kecil, biasanya 2 hingga 6 ekor. Namun terkadang, terutama saat mencari makan, mereka bisa berkumpul dalam kelompok lebih besar.

Salah satu perilaku yang cukup unik dari pesut Mahakam adalah spyhopping, yaitu ketika mereka muncul ke permukaan dengan kepala mencuat keluar air, seolah-olah mengamati lingkungan sekitar.

Selain itu, kawanan pesut juga dikenal suka menyemprotkan air dari mulut saat berburu ikan. Cara ini diduga membantu mereka mengejutkan mangsa atau berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok.

Gerakan lain yang khas adalah memutar tubuh dan melambaikan sirip, sebagai tanda bahwa pesut sedang merasa senang atau bersiap kawin.

Harapan yang Tersisa

Melihat situasi ini, konservasi pesut Mahakam harus menjadi perhatian bersama. Menjaga habitatnya tetap bersih dan aman dari aktivitas destruktif adalah langkah krusial. Peta kawasan esensial yang telah ditetapkan menunjukkan wilayah penting tempat pesut berkembang biak dan mencari makan.

Dengan populasi yang sangat terbatas dan angka kematian yang tinggi, pesut Mahakam bisa lenyap dari Sungai Mahakam dalam beberapa dekade jika tak ada tindakan nyata.

Pesut mahakam bukan hanya bagian dari biodiversitas Indonesia, tetapi juga cerminan dari kesehatan sungai dan ekosistem air tawar di Kalimantan Timur.

Yuk, detikers, jaga ekosistem pesut mahakam dimulai dari langkah kecil seperti tidak membuang sampah ke sungai agar kita bisa melihat kembali kawanan pesut di Sungai Mahakam.




(sun/des)

Hide Ads