Kasus pencabulan 7 santri oleh ustaz di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), terus didalami polisi. Ustaz inisial MA (39) tersebut telah diamankan.
Polisi juga sempat melakukan penggeledahan dan menemukan sebuah video yang menunjukkan aksi pencabulan oleh MA. Namun, pelaku yang kini telah ditetapkan tersangka itu menampik. Dia mengatakan bahwa korban datang ke galeri atas kemauan sendiri.
"Tersangka berdalih korban datang sendiri ke galeri, namun fakta di lapangan ada satu video menguatkan sebagai bukti bahwa tersangka melakukan perbuatannya," jelas Kasatreskrim Polres Kukar AKP Ecky Widi Prawira, Selasa (19/8/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penyelidikan sementara juga mengungkap modus yang digunakan tersangka. Ecky menjelaskan bahwa MA meminta asistennya untuk menjemput seorang santri agar datang ke galeri kaligrafi pada pukul 23.00 Wita.
Setelah korban datang ke lokasi, MA melancarkan aksinya. Menurut pengakuan salah satu korban, perbuatan bejat itu dilakukan MA selama setahun belakangan.
"Modus yang dilakukan tersangka adalah menyuruh asistennya menjemput korban saat kegiatan belajar sudah selesai, biasanya sekitar pukul 23.00 Wita, kemudian membawa korban ke ruang galeri di sana pelaku melangsungkan aksinya," jelasnya.
Atas perbuatan tersebut, MA ditangkap dan kini masih menjalani pemeriksaan. Polisi juga membuka kemungkinan adanya korban selain 7 santri yang sudah diketahui.
"Pelaku telah diamankan pada Kamis (14/8) dan kini telah ditahan di Polres Kukar," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, 7 orang santri menjadi korban pencabulan oknum ustaz di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kukar. Para korban rata-rata berusia remaja.
"Total korban yang melaporkan peristiwa itu ke kami ada 7 orang dan semua laki-laki, dari usia 15 hingga 17 tahun," jelas Kuasa Hukum Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim, Sudirman.
Sudirman membeberkan salah satu korban mengakui dicabuli berkali-kali oleh MA. Perbuatan bejat MA itu berlangsung selama setahun. Setelah kejadian itu, lanjut Sudirman, rata-rata korban langsung meninggalkan ponpes.
"Kalau pencabulan itu dari tahun lalu dan terakhir terjadi pada bulan Juli 2025. Salah satu korban mengaku pencabulan itu terjadi berkali-kali sampai tidak bisa dihitung. Kebanyakan korban yang menjadi korban langsung keluar dari ponpes tersebut," paparnya.