Dea Permata Karisma (27) ditemukan tewas tak wajar di rumahnya di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (12/8) lalu. Korban sempat menerima ancaman pembunuhan beberapa kali sebelumnya. Ternyata, kematian Dea ini didalangi oleh ART-nya sendiri, Ade Mulyana (26).
Motif Ade membunuh adalah perkara gaji. Tak cuma menghabisi nyawa, Ade juga berusaha menutupi ancaman-ancamannya dengan memfitnah korban.
Berawal dari Ancaman dan Sempat Dilaporkan
Ayah korban, Sukarno, mengungkap anaknya cukup sering curhat beberapa waktu belakangan. Dea mengaku kerap mendapat ancaman selama tiga bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tiga bulan ini dia itu kena ancaman. Ancaman dari seseorang. Beberapa kali dia masuk ke rumahnya. Sekali pernah dipergoki sama pembantunya. Dia kabur lari, sama anak saya dikejar. Dikejar itu dia bisa kabur, menghilang," tuturnya.
Sukarno kemudian meminta anaknya melaporkan ancaman-ancaman itu ke pihak berwenang. Dia sendiri mengaku tidak tahu siapa yang mengancam anaknya.
"Sudah saya suruh lapor polisi, ke Polsek kemudian ke Polres. Tapi belum ada polisi yang datang. Sayang kurang tahu pasti karena kita tinggal di Sadang," jelasnya.
Ancaman-ancaman itu juga dibenarkan oleh suami korban, Fery Riyana (38). Dia sempat merasa ancaman itu janggal, karena pelaku teror selalu tiba-tiba menghilang. Selain ancaman secara fisik, mereka juga menerima ancaman lewat pesan elektronik.
"Teror juga dalam bentuk pesan WA, nomor tidak dikenal. Dia bilang istri saya berselingkuh. Pesannya 'jangan dekati Fadel' ke istri saya. Fadel itu teman istri saya yang dimasukkan bekerja oleh istri saya. Jadi seolah-olah istri Fadel yang meneror istri saya," jelasnya.
Berbagai Kejanggalan
Fery mengetahui korban tewas dari ART-nya, Ade Mulyana. Pada hari Selasa itu, sekitar pukul 13.30 WIB, Fery berada di tempat kerja. Tiba-tiba Ade datang dengan wajah panik. Katanya, korban sedang dikepung di dalam rumah.
"Ayo Mas, cepat-cepat. Sambil gemetar, biasalah. Awalnya nggak curiga. Nah, ketika lagi di perjalanan, saya tanya gimana deh kronologinya? Dia bilang ada mobil putih, plat nomornya B 1070. Tiga orang turun ke bawah," ceritanya.
Fery kemudian bertanya kenapa Ade meninggalkan Dea sendirian di rumah. Alasan Ade pun terdengar makin tak masuk akal.
"(Fery bertanya) 'Terus lu ngapain keluar? Kok bisa ninggalin Mbak Dea, bukan diam di rumah?' (Ade menjawab) 'Disuruh Mbak Dea, Mas beli susu.'" tutur Fery.
Dia pun merasa ada beberapa kejanggalan. Pertama, Ade ingat plat nomor mobil yang datang ke rumah. Kedua, Fery tahu Dea tidak suka minum susu jadi tidak mungkin minta tolong dibelikan susu.
Sesampai di rumah, Ade juga menyebut kunci rumah yang dibawanya hilang, sehingga menyarankan Fery untuk memakai kunci yang disatukan dengan gantungan kunci motor.
"Kemudian aneh, istri saya nggak keluar. Biasanya mendengar bunyi atau saya pulang, (Dea) pasti bukan gorden dulu sebelum buka pintu. Ini nggak ada sama sekali. Pikiran udah mulai panik," imbuh Fery.
Pelaku Sempat Akting Panik
Setelah Fery masuk ke rumah, dia menemukan istrinya sudah bersimbah darah. Tubuhnya ditutupi kain. Wajahnya luka-luka. Sementara si ART Ade tetap berada di luar dan bersikap panik.
"Ade nggak masuk rumah tuh, dia malah guling-guling di depan saat tahu istri saya meninggal. Dia pukul-pukul kepalanya sendiri kayak stres gitu," katanya.
Fery kemudian mencoba mengecek CCTV, tapi ternyata kabel listriknya tak tersambung. Dari situ, Fery langsung mencurigai orang dalam yang tak lain adalah Ade. Dia juga menyebut dua orang lain yakni Fadel dan istri Fadel.
"Polsi datang dan saya ditanya curiga ke siapa. Saya jawab ke Ade, ke Fadel, dan istri Fadel. Ade karena kejanggalan, Fadel karena curiga yang cerita ancaman itu. Fadel dan istrinya," ungkap Fery.
Motif Pembunuhan Terkait Gaji
Satreskrim Polres Purwakarta langsung menangkap Ade Mulyana di wilayah Jatiluhur. Menurut Kasi Humas Polres Purwakarta AKP Enjang Sukandi, Ade ada di lokasi dan tidak berusaha bersembunyi.
"Pelaku ada di situ, pembantunya itu. Enggak sembunyi, dia ada di situ. Intinya pelaku dapat diamankan di wilayah Jatiluhur," jelasnya.
Tak lama, Ade ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan serangkaian proses penyelidikan. Dia dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Purwakarta pada Kamis (14/8).
Kepada polisi, Ade mengaku menghabisi majikannya karena kesal perkara gaji. Dia menyebut majikannya tidak kunjung membayar gajinya sebesar Rp 500 ribu.
"Motif pelaku adalah merasa kesal dan sakit hati kepada korban karena gaji tidak dibayarkan. Meski begitu, kami juga masih mendalami motif-motif lainnya," ujar Kapolres Purwakarta AKBP I Dewa Putu Gede Anom Danujaya.