Besei Kambe, Olahraga Tradisional yang Bermula dari Legenda Mistik

Besei Kambe, Olahraga Tradisional yang Bermula dari Legenda Mistik

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Kamis, 19 Jun 2025 22:00 WIB
Besei Kambe. Foto: laman Pemkot Palangka Raya
Foto: Besei Kambe. Foto: laman Pemkot Palangka Raya
Balikpapan -

Kalimantan dijuluki sebagai Pulau Seribu Sungai, sebab banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini. Konon secara etimologis, kata Kalimantan berasal dari bahasa lokal yang berarti pulau dengan banyak sungai.

Disadur dari laman resmi Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur, penamaannya diambil dari kata kali berarti sungai, mantan berarti banyak. Setidaknya ada 58 sungai tersebar di seluruh wilayah Kalimantan.

Dengan pulau yang punya banyak sungai, Kalimantan juga punya salah satu permainan tradisional yang dilakukan di sungai. Permainan yang sekaligus bisa dibilang cabang olahraga tradisional ini, dinamai Besei Kambe.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Besei Kambe

Besei Kambe. Foto: laman Pemprov KaltengBesei Kambe. Foto: laman Pemprov Kalteng

Prof Dr Petrus Poerwadi dan Dr Misnawati dalam buku Deder dan Identitas Kultural Masyarakat Dayak Ngaju, menjelaskan bahwa karakter masyarakat Dayak Ngaju pantang mundur atau tidak mudah menyerah.

Hal ini tergambar dalam permainan tradisional Besei Kambe, yang kerap dijadikan lomba dalam berbagai event daerah Kalimantan. Beberapa di antaranya ialah dalam Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) di Kalimantan Tengah, atau Festival Habaring Hurung di Kalimantan Tengah.

Dirangkum dari laman resmi Pemprov Kalimantan Tengah dan Pemkot Palangka Raya, permainan atau olahraga tradisional ini berasal dari Dayak Ngaju. Besei Kambe kini sudah jadi perlombaan di setiap acara tahunan daerah Kalimantan.

Konon penamaannya diambil dari kata besei yang artinya dayung atau mendayung, sedangkan kambe berarti roh atau arwah nenek moyang. Maka Besei Kambe diartikan sebagai lomba dayung yang dipengaruhi oleh legenda roh leluhur.

Sebelum memulai permainan, peserta lomba akan dibagi dalam dua regu yang beranggotakan dua orang. Kedua regu berlawanan akan duduk saling membelakangi dalam satu perahu.

Cara memainkannya yakni empat orang duduk di atas sebuah perahu panjang berukuran sekitar lima meter, dengan posisi duduk saling berlawanan arah. Dua orang menghadap ke satu ujung perahu, sementara dua lainnya menghadap ke ujung yang berlawanan.

Masing-masing dari mereka memegang dayung dan perlu bersikeras mendayung perahu ke arah yang berbeda. Seolah-olah dua orang ingin membawa perahu menuju hilir, sementara dua lainnya bersikeras menuju hulu.

Keempat orang di perahu harus mengayuh dengan penuh semangat. Arah kayuhan yang bertolak belakang, akan membuat perahu terlihat seperti bingung menentukan arah, bergerak maju mundur tanpa kepastian.

Nantinya, perahu akan oleng ke kiri dan ke kanan karena kuatnya dorongan air dari dayung yang dihentakkan dengan tenaga penuh. Riak air yang tercipta cukup besar hingga membuat perahu nyaris terbalik.

Siapa pendayung yang mulai kelelahan, pasti gerakannya akan melambat atau bahkan dayungnya patah. Pendayung yang mampu mendorong perahu bergerak, itulah yang menang.

Inilah gambaran dari Lomba Besei Kambe, yang juga dikenal sebagai 'Dayung Hantu' di Kalimantan Tengah. Sepintas permainan ini seperti tarik tambang, sebab pemenangnya harus melewati tanda khusus yang sudah diberi tanda batas, biasanya dari seutas tali.

Besei Kambe merupakan lomba tradisional khas Kalimantan Tengah yang menampilkan ketangkasan mendayung dan kekompakan tim dalam menjaga keseimbangan perahu. Selain bermakna kekompakan, olahraga ini juga memiliki makna pantang menyerah dalam kesulitan.

Bagaimana asal-usul Besei Kambe?...

Asal-usul Besei Kambe

Besei Kambe menjadi olahraga tradisional masyarakat Kalteng yang berasal dari cerita rakyat turun menurun. Permainan ini tercipta dari legenda makhluk halus yang mendayung saling berlawanan arah. Keunikan warisan budaya inilah yang kerap dibanggakan Kalimantan pada wisatawan luar daerahnya.

Konon Besei Kambe berasal dari hikayat turun temurun dari orang Dayak, mengandung cerita legenda yang bernilai mistik. Alkisah warga di sebuah kampung tengah menggelar ritual adat yang dihadiri banyak warga kampung setempat maupun kampung tetangga. Saat itu warga berdatangan menggunakan transportasi air yang oleh orang Dayak disebut Jukung.

Singkat cerita, di tengah sungai dekat kampung yang menggelar ritual tersebut terdengar ada keributan. Setelah dicari sumber keributan itu, ternyata bukan berasal dari warga namun berasal dari makhluk halus yang ada di sungai.

Dikisahkan warga melihat ada makhluk halus sedang mendayung perahu dengan suara-suara yang gaduh. Makhluk tersebut mendayung saling berlawanan arah, hingga menyebabkan perahu terbelah saking kuatnya mendayung.

Cerita ini kemudian dikisahkan turun-temurun setiap regenerasi, hingga akhirnya lahir permainan rakyat yang dinamakan Besei kambe. Olahraga tradisional ini kemudian mengundang ketertarikan orang untuk menonton secara langsung.

Nah, itulah tadi penjelasan tentang permainan Besei Kambe yang menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Dayak secara turun temurun. Apakah kamu pernah melihat perlombaannya secara langsung?

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Melepas Penat dengan Permainan Tradisonal di Komunitas Bermain"
[Gambas:Video 20detik]
(aau/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads