Cerita Rakyat Putri Junjung Buih dari Kalimantan Selatan

Cerita Rakyat Putri Junjung Buih dari Kalimantan Selatan

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Sabtu, 21 Jun 2025 07:00 WIB
Aliran sungai Bengawan Solo yang melintasi Kecamatan Cepu, Blora kondisinya kini memprihatinkan. Warnanya berubah menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau busuk. Tak hanya itu, air juga mengeluarkan buih busa.
Ilustrasi buih. Foto: Arif Syaefudin
Balikpapan -

Putri Junjung Buih adalah cerita rakyat dari Kalimantan Selatan. Kisahnya juga dikenal di sejumlah daerah di Kalimantan, namun dengan nama yang agak berbeda, yaitu Putri Junjung Buyah.

Cerita Putri Junjung Buih pun memiliki beberapa versi, namun kisah utamanya adalah kemunculan seorang anak di buih-buih sungai. Yang paling terkenal adalah cerita berlatar belakang negara Dipa.

Simak kisah Putri Junjung Buih berikut ini yang cocok dijadikan dongeng anak sebelum tidur, lengkap dengan nilai moral yang dapat diambil dari cerita tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dongeng Putri Junjung Buih

Dikutip dari buku Cerita Rakyat Asli Indonesia: Chapter 3 oleh Monika Cri Maharani, kisahnya adalah sebagai berikut:

Berawal dari Negara Dipa

Alkisah pada zaman dahulu kala, ada kerajaan bernama Negara Dipa di Kalimantan Selatan. Kerajaan yang sangat maju ini dipimpin oleh seorang raja bernama Mpu Jatmika.

Mpu Jatmika memiliki dua putra bernama Mpu Mandastana dan Lambung Mangkurat. Kerajaan ini unik karena dua putra tersebut menjadi raja dan memimpin pemerintahan bersama-sama.

Di bawah kepemimpinan kedua raja itu, Dipa semakin maju. Seluruh rakyatnya hidup aman dan sejahtera. Namun masalahnya, kedua raja ini belum memiliki penerus takhta. Istri mereka masing-masing belum juga hamil.

Mpu Mandastana kemudian bertapa untuk meminta petunjuk. Dalam pertapaanya, dia mendapat petunjuk agar istrinya menyantap bunga kastuba. Dan ajaibnya, sang ratu bisa hamil.

Beberapa bulan kemudian, ratu melahirkan dua anak laki-laki kembar yang tampan. Mpu Mandastana memberi nama mereka Bambang Patmaraga dan Bambang Sukmaraga.

Menemukan Putri Junjung Buih

Nasib Lambung Mangkurat berbeda dengan saudaranya. Istrinya masih juga belum hamil. Dia pun berupaya dengan cara bertapa di hutan dengan harapan menemukan petunjuk agar dikaruniai anak.

Setelah bertapa beberapa hari, Lambung Mangkurat merasa tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Maka Lambung Mangkurat pulang ke kerajaannya.

Saat melintasi Sungai Tabalong dalam perjalanan pulang, ia melihat air sungai berbuih-buih, kemudian airnya tiba-tiba terbelah. Dari dasar sungai muncul bayi perempuan dengan paras cantik berwarna keemasan.

Lambung Mangkurat merasa doanya terkabul, lalu mengambil bayi perempuan itu sebagai anaknya dan memberinya nama Putri Junjung Buih.

Permintaan Bayi Putri Junjung Buih

Namun bukan tidak semudah itu. Bayi Putri Junjung Buih yang bisa berbicara memberikan syarat kepada ayahnya tersebut sebelum dibawa pulang.

Putri Junjung Buih meminta agar Lambung Mangkurat membawakannya 40 orang gadis cantik sebagai dayangnya. Bayi ajaib itu juga meminta para gadis menenun sehelai kain langgundi.

Selain itu, Putri Junjung Buih juga meminta 40 perjaka untuk membuat sebuah balai megah. Lambung Mangkurat pun segera memenuhi permintaan itu dan mengajak Putri Junjung Buih tinggal di Negara Dipa. Sejak saat itu, panen di kerajaan tersebut sangat melimpah.

Berebut Hati Sang Putri

Seiring waktu, Putri Junjung Buih tumbuh bersama kedua putra kembar Mpu Jatmika dan menjadi teman akrab. Putri Junjung Buih pun menjadi gadis yang sangat cantik.

Kedua pemuda kembar itu pun sama-sama jatuh cinta kepadanya. Mereka saling memperebutkan hati sang putri untuk menjadi pasangannya. Ternyata persaingan ini berujung pada perkelahian yang menyebabkan kedua calon penerus kerajaan itu tewas.

Peristiwa tersebut membuat Putri Junjung Buih sangat sedih karena keduanya adalah orang sahabat sejak kecil. Dia hanya bisa menangis setiap hari di dalam kamar.

Mendapat Jodoh dari Majapahit

Sebagai ayah, Lambung Mangkurat ingin membuat anaknya bahagia. Dia pun bertapa agar mendapat petunjuk untuk mencarikan jodoh buat Putri Junjung Buih.

Lambung Mangkurat mendapat petunjuk bahwa jodoh Putri Junjung Buih adalah pangeran dari seberang lautan, tepatnya dari Kerajaan Majapahit. Lambung Mangkurat lantas menyuruh utusan untuk pergi ke Kerajaan Majapahit.

Namun Maharaja Patih Majapahit masih agak ragu menjodohkan putranya yang bernama Raden Suryatana. Sebab anaknya tidak memiliki tangan dan kaki sempurna seperti manusia umumnya. Sementara Putri Junjung Buih terkenal sangat cantik.

Karena utusan Lambung Mangkurat tetap bersikeras, Maharaja Patih Majapahit melepaskan kepergian anaknya ke Negara Dipa. Putri Junjung Buih dari rumah tidak berhenti berdoa.

Doanya adalah jika pangeran tersebut adalah jodohnya, maka akan datang di Dipa dengan selamat. Namun, jika bukan jodoh, maka pangeran tersebut akan tewas ditelan ombak.

Ternyata, utusan Lambung Mangkurat membawa sang pangeran dengan selamat sampai Negara Dipa. Meski calon suaminya tidak sempurna secara fisik, Putri Junjung Buih tetap menerima apa adanya. Mereka dianugerahi banyak anak laki-laki yang kelak akan menjadi raja-raja besar.

Simak moral cerita dari kisah Putri Junjung Buih di halaman selanjutnya...

Moral Cerita

Kisah Putri Junjung Buih memiliki nilai moral bahwa kesabaran akan membuahkan hasil yang baik. Bahkan terkadang anugerah itu bisa datang dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Sementara persaingan tidak sehat dengan saudara sendiri akan membawa masalah. Seperti dua saudara kembar dalam kisah di atas, mereka tidak ada yang mengalah mendapatkan Putri Junjung Buih, dan justru keduanya binasa. Ini pun menyisakan kesedihan bagi orang terdekatnya.

Terakhir, kebaikan hati Putri Junjung Buih yang menerima calon pasangannya yang tidak sempurna ternyata berbuah manis. Anak-anak mereka kelak menjadi orang-orang yang hebat.

Nah, itulah cerita rakyat dari Kalimantan Selatan berjudul Putri Junjung Buih. Selain menceritakan dongeng, pesan moral di atas juga disampaikan kepada anak-anak agar menjadi inspirasi bagi mereka.

Halaman 3 dari 2
(bai/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads