Aksi Nekat 22 Pemuda Terjang Maut Demi Saksikan Irau Malinau

Aksi Nekat 22 Pemuda Terjang Maut Demi Saksikan Irau Malinau

Oktavian Balang - detikKalimantan
Jumat, 17 Okt 2025 22:56 WIB
Aksi Tim Krayan Highland Adventure menembus jalur eksrem menuju Irau Malinau.
Aksi Tim Krayan Highland Adventure menembus jalur eksrem menuju Irau Malinau. Foto: Istimewa
Malinau -

Irau Malinau bukan sekadar hiburan bagi 22 pemuda Krayan, Nunukan. Selama lebih dari 20 jam, mereka nekat menerabas 'jalur neraka' Kalimantan Utara hanya untuk menyaksikan festival budaya Irau Malinau ke-11.

Aksi nekat mereka viral di media sosial karena aksi mereka yang menembus jalur yang terkenal ekstrem dengan risiko longsor, jembatan putus, hingga sungai meluap.

Mereka tergabung dalam Krayan Highland Adventure. Awalnya ada 60 pemuda yang ingin turut bergabung, namun banyak yang mengundurkan diri karena cuaca yang sedang hujan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sudah bikin grup, tapi waktu yang sudah kami tentukan berangkat itu tidak bersahabat dengan cuaca karena hujan deras," ungkap Ito Balang, salah satu perwakilan rombongan, saat ditemui di Malinau. Jumat (17/10/2025).

Sebanyak 22 pemuda tetap pada pendirian. Di tengah cuaca buruk, mereka berkumpul di Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan untuk mematangkan strategi sebelum bertempur dengan ganasnya alam Kalimantan.

"Jam 9 malam, rombongan pertama berjumlah 20 orang berangkat dari Camp Moderen, disusul dua lainnya dari Krayan Selatan. Total ada 22 orang yang siap menerjang medan ekstrem Krayan," terang Ito Balang.

Aksi Tim Krayan Highland Adventure menembus jalur eksrem menuju Irau Malinau.Aksi Tim Krayan Highland Adventure menembus jalur eksrem menuju Irau Malinau. Foto: Istimewa

Menantang Maut

Perjalanan dari Krayan ke Malinau bukanlah wisata biasa. Ini adalah ujian nyali. Selama lebih dari 20 jam, mereka disuguhi pemandangan yang membuat mental ciut.

Sepanjang ingatanya, Ito merekam kondisi medan misterius Krayan yang tak bisa ditebak. Ia mencatat, terdapat 10 titik longsor, jalanan berlumpur nan licin, bahkan jembatan ambruk yang harus dilewati para penantang maut.

"Ada 10 titik longsor, dan satu titik jembatan putus," kenangnya.

Tak hanya itu, tumpukan balok kayu sisa longsoran sepanjang ratusan meter ikut memblokade jalan. Hanya berbekal parang dan tenaga, mereka bahu-membahu membuka jalur. Puncak kengerian terjadi saat menyeberangi Sungai Melasu yang mendadak meluap.

"Sungai tiba-tiba banjir. Kita pas nyebrang, air sudah meluap dari atas. Jadi kita kalang kabut tuh," kenang mereka dengan ekspresi tegang.

Dalam insiden itu, satu motor beserta pengendaranya sempat terseret arus deras. Berkat kesigapan dan solidaritas tim, nyawa kawan mereka berhasil diselamatkan dari cengkeraman maut. Berada di tengah rimba belantara dengan jurang menganga di sisi jalan jelas menguji ketahanan mental.

"Mental seseorang diuji di hutan rimba. Apalagi saat menghadapi alam liar, isolasi dan ketidakpastian. Baik itu tantangan fisik maupun psikologis. Pastinya, medan dataran tinggi Krayan bisa membuat mental kita ciut. Apalagi di tengah rimba," ucap pria bermata sipit itu sambil tersenyum.

Namun, rasa takut itu dilawan dengan kebanggaan sebagai pemuda Krayan yang pantang menyerah. Kunci kekuatan mereka adalah komunikasi yang tak pernah putus lewat radio HT dan doa yang selalu dipanjatkan sebelum memulai perjalanan.

"Komunikasi. Karena kami bawa HP, radio. Kalau ada yang terlambat di belakang, kami pantau. Pada intinya kami mengandalkan Tuhan. Puji Tuhan kami sampai dengan baik dan sehat." jelasnya saat menggunakan baju kaos putih tanpa lengan.

Ingin Lestarikan Budaya

Tim akhirnya tiba di Malinau pada tengah malam tanggal 6 Oktober. Basah kuyup, penuh lumpur, dan kelelahan luar biasa, namun raut kemenangan terpancar dari wajah mereka.

Mereka menegaskan, perjalanan nekat ini bukan untuk menonton artis ibu kota yang menjadi hiburan di Irau.

"Itu kan hanya hiburan. Di YouTube kita nonton juga bisa," tegas Ito sambil menunjukkan video sengitnya menaklukkan Medan Krayan.

Aksi Tim Krayan Highland Adventure menembus jalur eksrem menuju Irau Malinau.Krayan Highland Adventure saat di Padan Liu Burung bersama Sekda Malinau Foto: Istimewa

Ia menerangkan, tujuan utama mereka adalah menyerap langsung kekayaan budaya Lundayeh mulai dari tarian, festival, hingga pertandingan olahraga tradisional. Pengalaman ini diharapkan menjadi inspirasi untuk membangun dan melestarikan budaya di tanah kelahiran mereka, Krayan.

"Ini menjadi suatu konsep, persepsi kita untuk melestarikan dan menerapkan di kemudian hari," harapnya.

Perjuangan mereka mendapat apresiasi luar biasa dari warga hingga pejabat Malinau,. Mulai dari Bupati Malinau, Sekda dan mantan wakil Gubernur Kaltara, Jansen.

"Kami berterima kasih kepada warga Malinau, khususnya Bupati Malinau, Wempi Mawa, Sekda Malinau, Ernes Silvianus dan Mantan Wakil Gubernur Kaltara, Yansen Padan. Kami disambut hangat dan dijamu layaknya saudara," Tutur Ito, sambil menunjukkan foto Krayan Highland Adventure bersama Sekda Kaltara di Padan Liu Burung.

"Kami merasa Malinau ini punya kita juga, dan Krayan juga punya Malinau. Kita satu bendera, itu yang membuat kami nekat datang," tutur Ito penuh makna.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Asa Anak Korban Pekerja Migran Indonesia di Pulau Nunukan"
[Gambas:Video 20detik]
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads