Jeck Bertaruh Nyawa Lintasi Sungai-Lumpur di Jalur Kaltara Demi Sembako

Jeck Bertaruh Nyawa Lintasi Sungai-Lumpur di Jalur Kaltara Demi Sembako

Oktavian Balang - detikKalimantan
Minggu, 21 Sep 2025 17:12 WIB
Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako.
Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako. Foto: Istimewa
Nunukan -

Di balik kemudi mobil 4WD (four wheel drive) yang meraung menembus belantara Kalimantan Utara (Kaltara), ada sosok Jeck Firson. Bukan ingin beraksi seperti di Reli Dakar, namun dia melewati jalur ekstrem demi berdagang sembako.

Bisa dibilang Jeck adalah penyambung hidup bagi ribuan warga di pedalaman Krayan, termasuk bagi keluarganya. Berkat sembako yang dia jual, warga pedalaman bisa lebih mudah mendapatkan sembako.

Jalanan dari Malinau ke Krayan Tengah bukanlah aspal mulus, melainkan jalur 'neraka' berlumpur, di mana sungai deras harus diterjang tanpa jembatan dan ancaman longsor siap menelan kapan saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sebagai sopir mobil sembako, dan punya toko sembako di wilayah Krayan Tengah. Sembako yang saya bawa akan saya jual ke Krayan Tengah hingga Long Bawan Krayan Induk," ujar Jeck Firson kepada detikKalimantan. Minggu (21/9/2025).

Setiap rit perjalanannya adalah sebuah epik perjuangan. Jika dua tahun lalu rute Malinau-Binuang (Krayan Tengah) bisa ditempuh 6-7 jam, kini waktu tak lagi bisa menjadi patokan.

"Sekarang tidak bisa kita prediksi, Bang. Hari pun tidak bisa kita ukur berapa hari estimasi. Perjalanan terakhir ini saja, satu rit sudah 17 hari," ungkapnya.

Mobil 'Berenang' di Sungai

Salah satu rintangan paling mematikan adalah Sungai Semamu di Desa Lung Semamu, Kecamatan Mentarang Hulu, Kabupaten Malinau. Tanpa jembatan, Jeck dan rombongan sopir lainnya terpaksa 'berenang' bersama mobil mereka, melawan arus yang tak kenal ampun.

Diketahui, hingga detik ini jembatan Sungai Semamu belum juga diperbaiki oleh pemerintah.

"Karena tidak ada jembatan, kami harus melintasi derasnya Sungai Semamu, . Kita terpaksa ikut di dalam sungai bang, untuk menyeberang," tuturnya, melalui panggilan telepon.

Sungai ini bukan lawan yang bisa diremehkan. Jeck mengenang insiden tragis beberapa tahun lalu saat perahu yang ditumpangi salah satu orang dari rombongan gubernur terbalik di sungai yang sama dan memakan korban jiwa.

"Pengalaman yang mengerikan kemarin itu mobilnya hampir hanyut. Airnya sudah masuk sampai ke kursi-kursi hingga ke pinggang," katanya.

Tak hanya nyaris hanyut, Jeck mengaku sudah tujuh kali mengalami mobilnya terbalik selama menggeluti profesi ini sejak 2016. Medan off-road paling ekstrem sekalipun, menurutnya, masih lebih 'jinak' dibandingkan rute yang ia lalui setiap hari.

Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako.Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako. Foto: Istimewa

Bahaya Longsor dan Binatang

Bahaya tidak hanya datang dari air. Tanah yang labil menjadi ancaman senyap yang mematikan. Jeck menceritakan pengalamannya lolos dari maut yang tak akan pernah ia lupakan.

"Waktu berangkat ke Malinau, kami terpaksa tidur di jalan karena hujan dan kabut tebal. Tahu-tahunya pagi, sekitar jam 2 atau 3 subuh, terjadi tanah longsor hebat tepat di belakang mobil, mungkin tidak sampai 500 meter dari tempat kami tidur," kenangnya.

"Pagi-pagi kami foto dan video lokasi longsoran itu. Nasib baik, pertolongan Tuhan, kami tidak tidur tepat di bawah longsoran tersebut," tambahnya.

Belantara Krayan juga menjadi rumah bagi satwa liar. Tidur di hutan berarti siap berbagi ruang dengan penghuni aslinya.

"Kalau binatang sudah pasti. Jika kita tidur di hutan, kadang-kadang ada saja binatang yang menghampiri. Hingga macan dahan pun ada, pak. Untungnya kita selalu membawa PCP, senapan angin," jelasnya.

Tak Punya Pilihan

Menjadi sopir di jalur maut ini bukanlah pilihan, melainkan satu-satunya keahlian yang ia miliki untuk menafkahi keluarga. Sebagai lulusan SMA, Jeck merasa tak punya banyak opsi selain memaksimalkan kemampuannya di balik setir.

"Ini keahlian saya, hanya pekerjaan ini yang bisa saya lakukan. Mau tidak mau harus saya lakukan karena harus menafkahi anak ada istri. Kalau saya duduk di rumah, kita tidak dapat makan," tegasnya.

Dari setiap kilogram barang yang ia angkut, mulai dari sembako, bahan bakar, motor, hingga barang penumpang pesawat yang kelebihan muatan, ia mengambil untung Rp 10 ribu/per km. Upah yang harus dibayar dengan keringat, rasa takut, dan terkadang air mata.

"Jadi, mulai dari Malinau ke Krayan Tengah bayaran saya 10 ribu/km. Hitung saja," terangnya.

Perjalanan selalu dilakukan bersama-sama. Minimal dua mobil, namun idealnya rombongan enam mobil. Solidaritas adalah kunci untuk bertahan hidup.

"Kalau sendiri-sendiri, error, nggak bisa bang. Harus main tarik menarik mobil lain yang terjebak lumpur," katanya.

Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako.Perjuangan Jeck Firson menerjang jalur ekstrem Kaltara demi berdagang sembako. Foto: Istimewa

Di tengah segala risiko yang dihadapi, Jeck Firson memiliki pegangan yang membuatnya terus kuat. Baginya, setiap keberhasilan melewati rintangan adalah campur tangan Tuhan yang bekerja melalui doa-doa orang terkasih.

"Sudah pasti itu karena pertolongan Tuhan. Dan itu juga hasil dari doa-doa ibu, mama saya, anak-anak dan istri saya, yang selalu menjaga saya setiap perjalanan. Kalau tidak, mungkin saya tidak ada hingga saat ini," ungkapnya dengan penuh keyakinan

Dia berharap agar jalur transportasi di Kalimantan Utara segera diperbaiki oleh pemerintah secara total.

"Kami harap pemerintah jangan membuat masyarakat Krayan jadi anak tiri terus, sudah 80 tahun merdeka. Masyarakat Krayan masih jauh tertinggal oleh perkembangan infrastruktur pembangunan terutama jalan raya," keluhnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Pangdam Mulawarman Bicara Penyebab Anggota TNI Serang Mapolres Tarakan"
[Gambas:Video 20detik]
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads