Bupati Malinau Wempi W Mawa dinobatkan sebagai 'Radcha Bawang' atau pemimpin tertinggi adat Dayak Lundayeh. Penobatannya diwarnai serangkaian ritual.
Penobatan dilaksanakan di Lapangan Padan Liu Burung (PLB), Malinau, Selasa (14/10). Prosesi ini menjadi puncak dari pergelaran akbar "Ngikit Fadan Liu Burung Ku Radcha Bawang Idi Nued Tana", yang bermakna penobatan pemimpin wilayah sekaligus restu peneguhan janji dengan tanah dan alam.
Pantauan detikKalimantan di lokasi, terdapat 'Baweh Meribu' atau Pasukan 1.000 yang membawa peralatan perang seperti mandau, tombak, perisai, dan sumpit. Pasukan ini merupakan pengawal pemimpin tertinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi diawali saat rombongan Bupati Wempi selaku Fadan Liu Burung (FLB) memasuki arena. Diiringi Pasukan 1.000, kedatangannya disambut oleh para tetua adat. Salah seorang tetua melantunkan Neteng Mengei atau lantunan doa kepada pencipta alam semesta dengan harapan acara penobatan Radcha Bawang berjalan lancar.
Suara tetabuhan gong bertalu-talu mengiringi langkah mereka setelah Wempi melakukan ritual 'Ngukab Tebuku', membuka ruas bambu sebagai penanda Irau Lundayeh ke-11 resmi dimulai.
Sebelum penobatan, Wempi terlebih dahulu melakukan prosesi 'Ngukab Dalan', yakni memotong rotan yang melintang sebagai simbol membuka dan membersihkan segala rintangan. Puncak acara ditandai dengan pemasangan atribut kebesaran 'Radcha Bawang' oleh para tetua adat kepada Wempi W Mawa. Setiap atribut memiliki makna mendalam:
- Fata Sigar: Penutup kepala berwarna merah ini melambangkan kesiapan pemimpin untuk menuntun dengan bijak, menimbang dengan cerdas, serta keberanian berjuang tanpa mundur selangkah pun demi rakyat.
- Bakad Talun: Rompi dari kulit kayu ini adalah simbol kehormatan, tanggung jawab, dan ikatan dengan leluhur. Setiap ukirannya adalah pesan warisan untuk menjaga tanah, hutan, dan air.
- Busu dan Utap: Tombak di tangan kanan dan perisai di tangan kiri diserahkan sebagai lambang keberanian, keadilan, dan keseimbangan. Radcha Bawang adalah penjaga yang melindungi masyarakatnya dari segala ancaman.
Dengan terpasangnya ketiga atribut tersebut, Wempi resmi menyandang gelar 'Radcha Bawang'. Usai dinobatkan, 'Radcha Bawang' berjalan menuju sebuah patung buaya untuk melakukan 'Natak Janji' atau pernyataan tekad dan sumpah. Janji tersebut diakhiri dengan gerakan simbolis menebas kepala patung buaya, sebagai tanda kesediaannya memimpin dan membangun wilayah menuju kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.
Ketua Lembaga Adat Dayak Lundayeh Malinau, Paulus Belapang, dalam sambutannya menjelaskan makna mendalam di balik atraksi 'Nuwet Tana' (meneguhkan tanah). Ia menyebut ritual ini adalah warisan budaya tentang bagaimana leluhur mempertahankan wilayah mereka.
"Hidup merupakan warisan kebudayaan luhur kita. Bagaimana mereka mempertahankan jengkal tanah yang sudah dimateraikan dengan darah, dengan kekuatan mereka pada saat musim mengayau. Jadi tanah air yang kita tempati sekarang ini, semuanya dimateraikan oleh darah," tegas Paulus melalui pengeras suara, Selasa (14/10/2025).
Ia pun menitipkan pesan moral kepada Wempi sebagai Radcha Bawang untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga alam.
"Kami berharap, tolong jaga hutan. Tolong jaga tanah. Tolong jaga air kita. Ini warisan berharga yang kami sampaikan, karena anda yang punya hak penuh membangun Kabupaten Malinau ini," pesannya.
Simak Video "Video: Pangdam Mulawarman Bicara Penyebab Anggota TNI Serang Mapolres Tarakan"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)