Letnan Kolonel (Purn) Dhomber termasuk salah satu tokoh militer penting dalam sejarah TNI Angkatan Udara (AU) yang berasal dari Kalimantan Tengah. Namanya juga diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI AU (Lanud).
Simak artikel ini untuk mengenal sosok Letkol Dhomber, mulai dari biografi, pendidikan, karier dan jabatan militer, hingga kontribusinya, dikutip dari situs resmi TNI AU.
Biografi Singkat Letkol Dhomber
Letnan Kolonel (Letkol) Dhomber adalah putra asli suku Dayak, lahir di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah pada 2 Februari 1924. Ia adalah putra dari Fajar dan Leah, serta menikah dengan Saudah Farida dengan lima anak.
Sejak remaja, Dhomber telah menunjukkan semangat pengabdian pada bangsa dengan berangkat ke Pulau Jawa untuk bergabung dalam perjuangan kemerdekaan pada usia 15 tahun.
Perjalanan militernya dimulai dari semangat nasionalisme yang kuat, memperjuangkan kemerdekaan bersama pemuda Kalimantan dan masyarakat Surabaya. Dia bergabung dalam TNI AU dan menjadi bagian dari Pasukan Khas (PSK).
Setelah bertahun-tahun mengabdi, Letkol Dhomber wafat pada 5 November 1997 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Indra Pura, Pangkalan Bun, sebagai pengakuan atas jasanya sebagai pahlawan lokal dan nasional
Pendidikan Militer
Letkol Dhomber memulai karier militernya dengan mengikuti pelatihan di Sekolah PARA AURI di Maguwo pada 1947. Pelatihan ini dirancang untuk persiapan operasi pasukan payung dan misi penyusupan ke wilayah Kalimantan yang masih diduduki tentara Belanda (NICA).
Selain keterampilan militer dasar, pendidikan ini menekankan teknik infiltrasi, penyamaran, dan penguasaan bahasa lokal seperti Solog (Sulu), yang menjadi modal utama dalam pelaksanaan operasi rahasia dan pembentukan jaringan perlawanan di Kalimantan Timur.
Keahlian yang diperoleh selama pelatihan ini memungkinkan Dhomber melakukan penyusupan strategis dengan sukses, serta mengembangkan jaringan intelijen yang krusial dalam mendukung perjuangan kemerdekaan dan memperkokoh kehadiran Republik Indonesia di wilayah perbatasan tersebut.
Sepak Terjang Letkol Dhomber
Sepak terjang Dhomber diawali sejak remaja usia 15 tahun, ketika mulai ikut berperang melawan penjajah di Jawa. Berikut sejumlah peran Dhomber sejak sebelum masuk TNI AU hingga meninggal:
Turut Berperang Lintas Jawa
Letkol Dhomber memulai kisah perjuangannya sejak usia belasan tahun, dengan meninggalkan tanah kelahiran Kalimantan dan bergabung dalam perlawanan Revolusi Kemerdekaan di Jawa.
Bersama seniornya, Mayor Tjilik Riwut, ia menjadi bagian dari upaya merebut Kalimantan yang pada saat itu masih keras diawasi oleh tentara NICA (Belanda).
Operasi Penyusupan Kalimantan Timur
Setelah mengikuti pendidikan AURI di Maguwo, Dhomber langsung menjalankan operasi penyusupan ke Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada 18 Oktober 1947. Dhomber menggunakan identitas palsu sebagai Jose Sabtall bin Moehamad Djamil untuk menyamar sebagai warga Filipina.
Menggunakan pesawat Dakota RI-002, tim menembus rute rahasia Filipina dan selanjutnya menggunakan kapal laut untuk mencapai wilayah Kesultanan Bulungan dan Tanjung Selor. Dia berkomunikasi menggunakan bahasa Solog (Sulu) untuk mengelabui jaringan intelijen NICA.
Strategi ini membuat tim Dhomber mampu membangun pos penghubung intelijen di berbagai titik strategis, seperti di Tawao (Sabah, Malaysia), Labuan, Nunukan, Tarakan, Balikpapan, bahkan menjangkau pejuang di Filipina dan Singapura.
Membentuk Pasukan TNI Kalimantan
Setelah keberhasilan operasi yang dilakukan oleh Dhomber dan timnya, Mayor Tjilik Riwut menerima perintah pada 6 Desember 1947 untuk membentuk Tentara Nasional Indonesia di Kalimantan.
Dhomber pun dipilih sebagai pengorganisasi utama pejuang asli Kalimantan, memperlihatkan betapa penting perannya sebagai tokoh keterhubungan antara komando pusat dan elemen-elemen masyarakat lokal.
Dhomber pun berkontribusi dalam pembentukan dan pengembangan kekuatan udara di Kalimantan. Setelah operasi militer, ia menapaki karier sebagai pejabat strategis di sejumlah pangkalan udara, seperti Komandan Detasemen AURI Balikpapan (1958) dan Komandan Lanud Iskandar (Pangkalan Bun, 1961-1963).
(bai/des)