Detik-detik Eksekusi Letkol Untung di Dekat Bandung

Lorong Waktu

Detik-detik Eksekusi Letkol Untung di Dekat Bandung

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Kamis, 25 Sep 2025 08:00 WIB
Jacob Cass dan koleksi foto Letkol Untung
Jacob Cass dan koleksi foto Letkol Untung (Foto: dok pribadi Jacob Cass/@koleksi_sejarah_indo)
Bandung -

Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri dieksekusi di sekitar Lembang, yang kini bagian dari Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Koran-koran ketika itu menyebutkan bahwa Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa itu ditembak mati di 'dekat Bandung'.

Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) menyatakan Letkol Untung bertanggung jawab atas peristiwa penculikan dan pembunuhan enam jenderal satu perwira pada Gerakan 30 September 1965, yang dikenal sebagai G30S PKI.

Namun, eksekusi Letkol Untung tidaklah dia sendirian. Melainkan ada terdakwa lain yang juga dihukum mati bersamaan dengannya. Kedua yang lainnya adalah Mayor Sujono dan Letnan Ngadimo Hasuwigno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu sekarang ini, tersiar foto ketika Letkol Untung akan dieksekusi. Foto itu menampakkan sosok seorang lelaki, matanya tertutup kain putih dengan tangan terikat di tiang pancang.

Lelaki yang disebut-sebut Letkol Untung itu berbalut baju putih, terlihat mulutnya menyeringai saat dua pria berseragam dengan helm bertuliskan 'PM', memastikan kerekatan ikatan di tiang pancang.

ADVERTISEMENT
Jacob Cass dan koleksi foto Letkol UntungJacob Cass dan koleksi foto Letkol Untung Foto: dok pribadi Jacob Cass/@koleksi_sejarah_indo

Foto langka berwarna hitam-putih yang merekam detik-detik eksekusi itu ditunjukkan Jacob Cass, seorang warga Amerika yang tinggal di Washington DC melalui akun instagram-nya @koleksi_sejarah_indo. Foto itu menuai 677,785 likes.

"Saya posting ini karena sepertinya banyak orang tertarik lihat. Foto saat bersiap2 Eksekusi Letkol Untung. Foto dari koleksi pribadi saya. Foto ini datang dari perusahaan media AFP/Belga.. saya tidak tahu gimana mereka dapat foto ini dari Indonesia. Itu misterius sekali.. Foto punya tanggal 1967 di belakang" tulis Jacob di Instagram, 14 September 2025, dilansir detikJabar.

Detik-detik Eksekusi

Koran Algemeen Dagblad pada tanggal 29 September 1967 mengabarkan bahwa Letkol Untung dan dua perwira lainnya dieksekusi. Mereka dinyatakan bersalah atas kudeta 1965. Ketiganya ditembak mati saat fajar.

"Kolonel Untung, pemimpin militer kudeta di Indonesia pada 1 Oktober 1965, dieksekusi bersama dua perwira lainnya di dekat Bandung. Dua lainnya adalah Mayor Sujono, mantan komandan pangkalan udara Halim, dan Letnan Ngadimo Hasuwigno," tulis koran itu.

Koran Algemeen Dagblad pada tanggal 29 September 1967Koran Algemeen Dagblad pada tanggal 29 September 1967 Foto: Delpher.nl

Dalam pelaksanaan hukuman mati untuk ketiga orang ini, ada tiga regu tembak yang bertugas. Ketiganya ditembak masing-masing regu saat udara dingin Bandung di waktu fajar. Ketiganya sebenarnya telah mengajukan grasi kepada penjabat presiden ketika itu, tetapi permohonan grasi itu ditolak.

"Ketiga pria tersebut ditembak mati oleh tiga regu tembak saat fajar," tulis koran itu.

Peran Ketiganya

Kolonel Untung adalah Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa, yang merupakan bagian dari pengawal Presiden Soekarno. Untung membaca gelagat bahwa ada sekelompok jenderal di tubuh tentara yang akan melakukan kudeta terhadap Soekarno. Jendral-jenderal itu dia namakan 'Dewan Jenderal'.

Maka, sebelum 'kudeta' kepada Soekarno dilancarkan, 'Dewan Jenderal' itu diculik terlebih dahulu. Namun, penculikan itu berujung tewasnya enam jenderal dan satu perwira. Mayat mereka ditemukan beberapa hari kemudian di Lubang Buaya.

Namun, adanya 'Dewan Jenderal' itu tidak bisa dibuktikan. Koran Algemeen Dagblad pada 26 Februari 1966 mengabarkan fakta persidangan Mahmilub, bahwa 'Letnan Kolonel Untung sendiri mengakui tidak dapat memberikan bukti keberadaan "dewan jenderal". Hal ini diungkapkan kemarin oleh seorang saksi, Mayor Udara Sujono, dalam persidangan Untung.'

Dua orang yang dieksekusi lainnya adalah Mayor Sujono dan Letnan Ngadimo Hasuwigno.

Mayor Sujono adalah komandan pangkalan udara Halim. Dia memimpin pelatihan pemuda komunis di Pangkalan Udara Halim. Sujono dijatuhi hukuman mati karena memerintahkan pembunuhan keenam jenderal tersebut.

Sementara Ngadimo, dia memegang komando selama pendudukan gedung layanan pos di Jakarta.

Letkol Untung dan Dua Pemberontakan PKI

Gerakan 30 September 1965 atau G30 S PKI, karena diduga kuat didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI) selalu menyembulkan nama Letnan Kolonel Untung. Lalu siapakah Letkol Untung sebenarnya? Dia pernah ambil bagian dalam Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, lalu terlibat lagi dalam kudeta 1965.

Dilansir detikcom, Letkol Untung Syamsuri lahir di Desa Sruni, Kedung Bajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926 dengan nama kecil Kusmindar alias Kusman.

Mbah Sadeli (85), warga RT 01/ RW 02, Dusun Kedung Bajul, Desa Bojongsari, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen menceritakan masa kecil Untung alias Kusmindar.

Sekolah Rakjat 'Seruni' tempat Letkol Untung sekolahSekolah Rakjat 'Seruni' tempat Letkol Untung sekolah Foto: Rinto Heksantoro/detikcom

Orang tua Untung berpisah saat dirinya berusia 10 tahun. Untung kecil lalu pindah ke Solo dan diasuh oleh adik ayahnya, Samsuri yang tak punya anak. Karena itu, dirinya lebih dikenal sebagai Untung bin Samsuri.

Pada 1943, saat Untung berusia 18 tahun, dia mendaftar organisasi militer di masa pendudukan Jepang, Heiho. Dua tahun kemudian, Untung bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang bermarkas di Wonogiri, Jawa Tengah.

Pada 1947 Batalyon Sudigdo yang berada di bawah Divisi Panembahan Senopati berhasil ditarik menjadi pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Bersama anggota Batalyon Sudigdo dan prajurit TNI saat itu, Untung mendapat pengetahuan tentang paham komunisme langsung dari elite PKI, Alimin. Hal ini menjadikan Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman khawatir.

Jenderal Soedirman pun memerintahkan Letkol Soeharto untuk meyakinkan sejumlah prajurit Divisi Panembahan Senopati agar tidak ikut paham komunis. Namun, Untung dan sejumlah prajurit dari Divisi Panembahan Senopati gagal dibujuk. Pada 18 September 1948, PKI melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur.

Untung dan sejumlah prajurit dari Divisi Panembahan Senopati tak mendapat hukuman atas pemberontakan tersebut. Bahkan Untung kemudian masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang. Di sinilah nama Kusmindar alias Kusman berganti menjadi Untung.

Pada 1964, atas rekomendasi Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto, Letkol Untung direkomendasikan sebagai Komandan Grup Batalyon I Tjakrabirawa.

Setahun kemudian, pada 30 September 1965 Untung yang pernah terlibat dalam pemberontakan PKI Madiun memimpin pasukan Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang menculik 6 jenderal dan 1 perwira menengah TNI AD.

Menurut biografi Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second President, Soeharto mengaku kenal Untung sejak 1945. "Saya mengenal Untung sejak 1945 dan dia merupakan murid pimpinan PKI, Alimin. Saya yakin PKI berada di belakang gerakan Letkol Untung," kata Soeharto dalam buku yang ditulis Retnowati Abdulgani Knapp.

Mengutip dari laman Kemdikbud, operasi penumpasan G30S/PKI berlangsung sejak tanggal 1 Oktober 1965. Penumpasan G30S/PKI yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto tersebut berlanjut dengan penumpasan pihak-pihak yang dianggap terlibat dan bertanggung jawab atas pemberontakan G30S/PKI, termasuk Letkol Untung Syamsuri.

Akhirnya, pada 11 Oktober 1965, Letkol Untung Syamsuri pemimpin pasukan Gerakan 30 September 1965 (G30S) sekaligus pemimpin Dewan Revolusi Indonesia, berhasil ditangkap di Tegal. Letkol Untuk ditangkap ketika dirinya hendak melarikan diri ke Jawa Tengah.

Halaman 2 dari 2
(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads