Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) alias Tiga Tuntutan Rakyat menjadi salah satu titik penting dalam sejarah politik Indonesia pada pertengahan 1960-an. Gerakan ini menandai akhir pemerintahan Presiden Soekarno.
Seperti apa sejarah Tritura? Simak penjelasannya, mulai dari latar belakang, isi dan penjelasan, serta dinamika atau kelanjutan dari tuntutan tersebut.
Latar Belakang Tritura
Pada pertengahan 1960-an, Indonesia berada dalam situasi yang sangat genting. Pemerintahan Presiden Soekarno menghadapi tekanan dari berbagai arah: ekonomi yang memburuk, konflik politik yang semakin tajam, serta keresahan sosial yang meluas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Jurnal Sindoro Cendikia Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol 5 No 3 Tahun 2024, krisis ekonomi menjadi salah satu faktor paling nyata. Inflasi mencapai tingkat yang luar biasa, yakni lebih dari 600% pada tahun 1965.
Harga kebutuhan pokok melonjak tajam dan sulit dijangkau masyarakat. Terjadi kelangkaan beras, minyak tanah, dan bahan pokok lainnya membuat kehidupan sehari-hari rakyat semakin berat.
Situasi ini diperburuk oleh lemahnya manajemen ekonomi negara, utang luar negeri yang menumpuk, serta kebijakan politik konfrontatif yang menguras anggaran.
Baca juga: Asal-usul Sebutan Borneo untuk Kalimantan |
Selain krisis ekonomi, peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) menjadi latar penting yang memperuncing ketidakstabilan politik. Peristiwa ini menewaskan sejumlah perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan segera menimbulkan tuduhan keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Walaupun saat itu PKI belum secara resmi dibubarkan, posisinya dalam politik nasional menjadi sumber perpecahan. Soekarno masih berusaha mempertahankan konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), yang dianggap mahasiswa dan kelompok anti-komunis sebagai bentuk keberpihakan pada PKI.
Dalam buku Pengumpulan Sumber Sejarah Lisan: Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 di situs Kemdikbud, disebutkan ketidakjelasan sikap pemerintah terhadap PKI menimbulkan kekecewaan mendalam di kalangan mahasiswa, yang menilai bahwa keberadaan PKI justru mengancam stabilitas bangsa.
Dalam situasi penuh ketidakpastian ini, mahasiswa tampil sebagai kekuatan moral dan politik yang berani menyuarakan keresahan rakyat. Mereka menilai bahwa kepemimpinan nasional gagal mengatasi krisis dan justru semakin terjebak dalam konflik ideologis.
Melalui organisasi seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), mahasiswa mulai menggalang aksi-aksi protes di jalanan, menuntut perubahan mendasar dalam arah pemerintahan. Dari sinilah lahir Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) pada 10 Januari 1966.
Isi Tritura dan Penjelasannya
Tritura yang dideklarasikan pada 10 Januari 1966 berisi tiga tuntutan pokok, yakni sebagai berikut:
1. Pembubaran PKI
Tuntutan ini muncul sebagai respons terhadap tuduhan keterlibatan PKI dalam Peristiwa G30S. Tuntutan ini tidak hanya berfokus pada partai, tetapi juga pada organisasi massanya.
Desakan untuk membubarkan PKI dan ormas-ormasnya didasarkan pada keyakinan bahwa banyak tokoh komunis yang masih duduk di kabinet pemerintahan, yang dianggap membahayakan stabilitas dan keamanan negara.
2. Perombakan Kabinet Dwikora
Perombakan Kabinet Dwikora merupakan tuntutan berorientasi politik, yang lahir dari anggapan bahwa pemerintah gagal menjaga stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Ini juga masih berkaitan dengan pembersihan dari unsur PKI.
Masyarakat juga menilai bahwa Presiden Soekarno lebih mementingkan urusan luar negeri, seperti perebutan Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia, daripada masalah domestik.
3. Turunkan Harga Pangan
Tuntutan ketiga ini adalah tuntutan yang langsung menyentuh kepentingan rakyat banyak. Tuntutan ini merupakan respons langsung terhadap krisis ekonomi yang parah dan inflasi yang tidak terkendali.
Tuntutan ini secara efektif memobilisasi dukungan massa dari berbagai lapisan masyarakat dan memberikan legitimasi moral yang kuat bagi gerakan mahasiswa.
Dinamika Gerakan Tritura
Tritura tidak berhenti di situ. Terjadi berbagai dinamika setelah Tritura dicetuskan, antara lain sebagai berikut:
- Gelombang Aksi Mahasiswa
Setelah Tritura dideklarasikan pada 10 Januari 1966, gelombang aksi demonstrasi terjadi besar-besaran di Jakarta dan kota-kota lain. Aksi berupa long march, orasi, hingga pendudukan gedung pemerintah.
- Muncul Supersemar
Pemerintahan Soekarno justru merespons dengan tindakan represif, namun tekanan publik terus meningkat. Puncaknya pada Maret 1966, muncul Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang hingga kini masih kontroversial.
Isi Supersemar itu ialah memerintahkan Letjen Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Supersemar menjadi pintu masuk perubahan rezim dan menjadikan Soeharto menjadi pemimpin Orde Baru.
- Tuntutan Mulai Dipenuhi
Tuntutan mahasiswa mulai dipenuhi, yakni PKI dibubarkan secara resmi, Kabinet Dwikora dirombak, dan upaya stabilisasi ekonomi dijalankan. Meski demikian, kestabilan harga dan pemulihan ekonomi tidak bisa langsung tercapai.
Sumber:
- Rahman, Nansy. (2020). Modul Sejarah Indonesia Kelas XII KD 3.5 dan 4: Indonesia pada Masa Orde Baru. Kemdikbud. https://repositori.kemdikbud.go.id/21937/1/XII_Sejarah-Indonesia_KD-3.5_final.pdf
- Warunayama. (2023). Krisis Ekonomi dan Kondisi Masyarakat Tahun 1965-1966. Jurnal Sindoro Cendekia Pendidikan. https://ejournal.warunayama.org/index.php/sindorocendikiapendidikan/article/view/4014/3755
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Pengumpulan Sumber Sejarah Lisan: Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998. Kemdikbud. https://repositori.kemdikbud.go.id/12775/1/Pengumpulan%20sumber%20sejarah%20lisan%20gerakan%20mahasiswa1966%20dan%201998.pdf