Riwayat Hidup Ratu Zaleha, Sosok Kartini dari Kalimantan Selatan

Riwayat Hidup Ratu Zaleha, Sosok Kartini dari Kalimantan Selatan

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Minggu, 20 Apr 2025 07:00 WIB
Selamat Hari Kartini
Selamat Hari Kartini/Foto: Getty Images/Valeriia Soloveva
Banjarmasin -

Tahukah detikers? Di tanah Kalimantan pernah hidup sosok pahlawan yang gigih melawan penjajah. Ia adalah Ratu Zaleha, Kartini dari Kalimantan Selatan.

Ratu Zaleha adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Kalimantan Selatan yang dikenal karena keberaniannya melawan penjajah Belanda pada masa Perang Banjar. Sebagai seorang wanita, ia telah menunjukkan perjuangan untuk kemerdekaan tidak hanya menjadi tugas kaum pria, tetapi juga melibatkan peran besar dari kaum perempuan.

Kisah hidup Ratu Zaleha menjadi bukti dedikasi, keberanian, dan cinta terhadap tanah air mampu menginspirasi banyak orang hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal Kehidupan Ratu Zaleha

Ratu Zaleha lahir pada tahun 1880 di Muara Lawung, Kalimantan Selatan. Ia adalah putri Sultan Muhammad Seman, sosok pemimpin yang juga dikenal sebagai pejuang gigih melawan penjajah, serta cucu dari Pangeran Antasari, salah satu pahlawan nasional Indonesia.

Latar belakang keluarganya yang penuh semangat perjuangan memengaruhi Ratu Zaleha dalam mengambil peran besar di masa perang. Sejak kecil, Ratu Zaleha telah menunjukkan keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata.

Ketika Perang Banjar pecah pada pertengahan abad ke-19 yang melibatkan masyarakat Banjar dan suku Dayak melawan Belanda, Ratu Zaleha turut terlibat dalam perjuangan. Perannya sebagai wanita muda di tengah peperangan menjadikannya sebagai sebuah simbol kekuatan.

Peran Ratu Zaleha dalam Perang Banjar

Perang Banjar yang berlangsung dari tahun 1859 hingga 1905 merupakan salah satu konflik besar yang terjadi di Kalimantan Selatan. Perlawanan tersebut bermula dari keinginan masyarakat Banjar untuk mempertahankan kedaulatan tanah air. Mereka melawan dominasi kolonial Belanda yang ingin menguasai sumber daya alam dan wilayah kerajaan Banjar.

Dalam perang ini, Ratu Zaleha tidak hanya menjadi simbol tetapi juga berperan aktif di medan pertempuran. Ia bekerja sama dengan ayahnya, Sultan Muhammad Seman, serta para pejuang dari suku Dayak dan Banjar.

Salah satu ciri khas perjuangannya adalah kemampuannya menggerakkan perempuan Dayak, seperti Bulan Jihad dan Illen Masidah, untuk ikut serta dalam perlawanan.

Meskipun begitu, perjuangan mereka menghadapi tantangan besar. Pada tahun 1905, benteng utama para pejuang Banjar di Manawing jatuh ke tangan Belanda. Kondisi semakin sulit setelah Sultan Muhammad Seman gugur dalam pertempuran.

Meski kehilangan pemimpin utamanya, Ratu Zaleha tetap melanjutkan perjuangan, Ia menunjukkan keberanian luar biasa meski situasinya semakin terdesak.

Pengasingan dan Akhir Hidup Ratu Zaleha

Setelah jatuhnya benteng Manawing dan situasi perang semakin tidak menguntungkan, Ratu Zaleha menghadapi tekanan yang luar biasa dari Belanda. Suaminya, Gusti Muhammad Arsyad, yang juga menjadi salah satu tokoh dalam perang tersebut, menyerah kepada Belanda.

Namun, Ratu Zaleha tetap bertahan dalam perjuangannya meski kesehatannya mulai menurun akibat kondisi perang yang berat. Pada tahun 1906, menyadari kondisi fisiknya yang memburuk dan kesulitan yang dihadapi pasukannya, Ratu Zaleha memutuskan untuk menyerahkan diri kepada Belanda. Ia kemudian diasingkan ke Bogor, Jawa Barat, bersama keluarganya.

Selama masa pengasingan, Ratu Zaleha tetap dikenang sebagai simbol keberanian dan kegigihan rakyat Banjar dalam melawan penjajah. Setelah beberapa dekade atau pada tahun 1937, Ratu Zaleha kembali ke kampung halamannya di Kalimantan Selatan.

Ia hidup tenang hingga akhir hayatnya pada 24 September 1953. Jenazahnya dimakamkan di kompleks makam raja-raja Banjar di Banjarmasin, sebuah penghormatan atas peran besarnya dalam sejarah perjuangan bangsa.

Warisan dan Inspirasi dari Ratu Zaleha

Ratu Zaleha tidak hanya menjadi bagian dari sejarah Perang Banjar, tetapi juga meninggalkan warisan yang sangat berarti bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Perjuangannya membuktikan bahwa wanita memiliki peran penting dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa.

Namanya kini diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit umum di Martapura, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.

Selain itu, kisah Ratu Zaleha juga menjadi inspirasi dalam berbagai bidang, termasuk seni, sastra, dan pendidikan. Banyak generasi muda yang mempelajari perjuangannya sebagai bagian dari warisan sejarah yang patut diapresiasi.

Dalam konteks modern, Ratu Zaleha menjadi simbol emansipasi wanita, Ia menunjukkan peran perempuan tidak dapat diremehkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk perjuangan politik dan sosial.

Ratu Zaleha adalah salah satu pahlawan wanita Indonesia yang perannya sering kali luput dari perhatian. Namun, dedikasi dan keberaniannya dalam memperjuangkan tanah air melawan penjajah tidak dapat dilupakan.

Kisah hidupnya yang penuh dengan tantangan, pengorbanan, dan keteguhan hati menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, terutama dalam menghargai nilai-nilai perjuangan dan cinta terhadap tanah air.

Dengan mengenang sosok seperti Ratu Zaleha, detikers dapat lebih memahami bahwa perjuangan menuju kemerdekaan melibatkan berbagai pihak, termasuk peran besar kaum wanita.




(sun/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads