Sejarah Kalimantan Selatan dan Hari Jadinya Tanggal 14 Agustus

Sejarah Kalimantan Selatan dan Hari Jadinya Tanggal 14 Agustus

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Rabu, 13 Agu 2025 10:27 WIB
Jembatan Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Foto: dok kalselprov.go.id
Balikpapan -

Kalimantan Selatan berulang tahun ke-75 tahun pada 14 Agustus 2025, selisih beberapa hari dengan perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia. Provinsi dengan luas 37.135,05 km persegi ini menjadi daerah yang juga menyimpan sejarah kemerdekaan.

Per tahun 2024, Kalimantan Selatan memiliki penududuk berjumlah 4,23 juta jiwa. Provinsi yang ibu kotanya terletak di Banjarbaru itu, bukan hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga menyimpan jejak perjalanan politik dan budaya yang telah berlangsung sejak berabad-abad lalu.

Tanggal 14 Agustus memiliki makna istimewa bagi warga Kalimantan Selatan, sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan yang menjadi momentum mengenang terbentuknya wilayah ini secara resmi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Kalimantan Selatan

Erwin H. Al-Jakartaty dalam bukunya yang berjudul Bergerak (Berjuang Gelorakan Rakyat) Banua, menyebut Kalimantan Selatan (Kalsel) terletak di belahan selatan dan tenggara pulau Kalimantan. Kalsel sejak dulu dikenal dengan nama Banua yang artinya negeri.

Kalimantan Selatan mulanya mencakup provinsi Kalimantan Selatan saat ini dan Kalimantan Tengah. Topografi Kalsel memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat, pantai di bagian timur, dan dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah.

Provinsi ini terdiri dari beragam suku, seperti Suku Banjar yang merupakan penduduk asli, kemudian masih terbagi menjadi Suku Banjar Kuala, Suku Banjar Pahuluan, dan Suku Banjar Batang. Ada pula Suku Dayak dan beberapa sub-etniknya, serta beberapa persen komunitas Jawa, Bugis, Madura, hingga keturunan Cina dan Arab.

Bahasa yang digunakan di Kalsel yakni bahasa Indonesia dan bahasa Banjar, dengan dua dialek besar yakni dialek Banjar Kuala dan dialek Banjar Hulu.

Kalimantan Selatan lekat dengan beberapa ikon daerahnya seperti rumah adat Banjar dengan bubungan tinggi, pasar terapung dan Tugu Maskot Bekantan di Banjarmasin, dan tentu saja yang paling terkenal yakni Jembatan Barito. Adapun makanan khasnya yakni Soto Banjar, Ketupat Kandangan, Iwak Pakasam atau Iwak Basamu, Gangan Asam Banjar, dan masih banyak lagi. Kain sasirangan yakni kerajinan tangan berupa tenun ikat, menjadi salah satu ciri khas Kalimantan Selatan.

Logo Provinsi Kalsel. Foto: laman data Litbang Pemprov KalselLogo Provinsi Kalsel. Foto: laman data Litbang Pemprov Kalsel

Kalsel kini lebih dikenal berjuluk 'Bumi Lambung Mangkurat', pengucapan orang Banjar untuk Lambu (lembu) Mangkurat yakni raja kedua penguasa besar di Banua atau pemangku Kerajaan Negara-Dipa (cikal bakal Kesultanan Banjar). Selain itu, Kalimantan Selatan juga dikenal dengan motto 'Waja Sampai Kaputing' yang terletak pada logo daerahnya, yang berarti kuat seperti baja dari awal sampai akhir.

Adapun motto lainnya yakni 'Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing', artinya perjuangan yang tidak mengenal menyerah dengan tekad baja hingga akhir. Lalu 'Badalas Pagat Urat Gulu Amun Manyarah Kahada', artinya biar putus urat leher tidak akan pernah menyerah.

Sementara itu, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki lambang berbentuk parisai atau perisai, dengan warna dasar merah dan hijau serta tepi bergaris kuning. Parisai melambangkan alat pertahanan diri yang mencerminkan kewaspadaan dalam menjaga dan mempertahankan diri secara konsisten.

Warna merah pada lambang menggambarkan keberanian dan kepahlawanan yang teguh membela kebenaran, dipandu oleh hikmah dan kebijaksanaan, demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah. Sementara itu, warna kuning melambangkan kesuburan serta menjadi simbol harapan akan masa depan yang cerah bagi Kalimantan Selatan.

Di dalam perisai, terdapat sejumlah unsur simbolis. Bintang berwarna kuning emas melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.

Gambar rumah tradisional khas Kalimantan Selatan menjadi simbol kebudayaan daerah yang patut dibanggakan. Warna hitam melambangkan tekad bulat dan semangat unggul masyarakat Kalimantan Selatan dalam melaksanakan pembangunan nasional.

Simbol intan mencerminkan hasil bumi unggulan Kalimantan Selatan yang telah dikenal luas karena mutu dan nilainya yang tinggi, sekaligus menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat. Warna putih berkilau melambangkan keyakinan bahwa dengan kepemimpinan yang baik, masyarakat Kalimantan Selatan mampu meraih kemajuan, kecerdasan, dan kejayaan demi kemuliaan bangsa Indonesia.

Gambar padi dan batang karet merepresentasikan sumber kehidupan dan penghasilan utama bagi sebagian besar penduduk. Jumlah padi yang digambarkan sebanyak 17 bulir, intan dengan delapan pancaran cahaya, serta satu batang karet bergaris sembilan merupakan simbol angka 17-8-1945, yaitu tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Saat ini provinsi Kalsel dipimpin oleh Gubernur Muhidin dan Wakil Gubernur Hasnuryadi Sulaiman. Daerah ini memiliki 11 kabupaten serta 2 kota yakni Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, dan Kota Banjarmasin.

Sejarah Kalimantan Selatan

Ilustrasi perang banjar.Ilustrasi perang banjar. Foto: JP de Veer/wikimedia commons.

Dikutip dari laman resmi Pemprov Kalsel, hingga awal abad ke-17, perkembangan pemerintahan dan kenegaraan di wilayah Kalimantan Selatan masih sulit dipastikan karena minimnya data sejarah yang akurat. Sumber seperti Hikayat Raja-Raja Banjar dan Hikayat Kotawaringin memang memuat kisah kerajaan-kerajaan di masa lampau, namun keduanya belum mampu memberikan gambaran yang sepenuhnya jelas mengenai keberadaan dan jalannya pemerintahan kala itu.

Meski begitu, dari kedua hikayat tersebut dapat ditarik informasi bahwa pada abad ke-17, seorang tokoh bernama Pangeran Samudera yakni cucu Maharaja Sukarama, bangkit melawan kekuasaan pusat di pedalaman Nagara Daha. Dengan dukungan para patih, ia menjadikan Banjarmasin, tepatnya di tepi Sungai Kuin, sebagai pusat pemerintahan baru yang dikenal dengan sebutan Kampung Kraton.

Pemberontakan yang dipimpin Pangeran Samudera menjadi awal babak baru dalam sejarah Kalimantan Selatan. Peristiwa ini menandai berakhirnya era Hindu dan dimulainya periode Islam di wilayah tersebut. Pangeran Samudera pun dikenang sebagai pendiri Kesultanan Banjar sekaligus tokoh penting dalam penyebaran Islam Banjar.

Dalam perjalanan sejarah berikutnya, pada tahun 1859, seorang bangsawan Banjar bernama Pangeran Antasari memimpin rakyat Kalimantan Selatan untuk melawan penjajahan Belanda. Walau perlawanan ini berlangsung sengit, pada tahun 1905 gerakan tersebut akhirnya berhasil dipadamkan oleh pihak kolonial.

Disebutkan dalam buku Sejarah Daerah Kalimantan Selatan terbitan Kemdikbud, sejarah perlawanan kepada Belanda demi memerdekakan bangsa terjadi di tanah Kalimantan Selatan kala itu, yakni dalam Perang Banjar.

Perang Banjar termasuk salah satu perlawanan yang terkenal dari rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Perang ini terjadi pada 1859-1865 dengan salah satu tokoh ternama Pangeran Antasari.

Dijelaskan dalam buku Pangeran Antasari oleh M Idwar Saleh yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, nama Banjar mengacu pada Kerajaan Banjar yang saat itu wilayahnya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Belanda menyatakan Perang Banjar berhenti pada tahun 1865. Meski demikian, secara periodik perlawanan rakyat berjalan terus sampai tahun 1905.

Hubungan yang lancar dengan Pulau Jawa turut mempercepat perkembangan di Kalimantan Selatan. Semangat pergerakan nasional yang tumbuh di Jawa segera merambat ke wilayah ini, terlihat dari berdirinya cabang-cabang Sarekat Islam di berbagai daerah pada tahun 1912.

Gelombang ini juga memicu lahirnya organisasi kepemudaan, seperti Pemuda Marabahan dan Pemuda Barabai, yang kemudian bersatu pada tahun 1929 dalam wadah Persatuan Pemuda Borneo.

Keberadaan organisasi-organisasi tersebut menjadi sarana penting dalam menanamkan kesadaran kebangsaan dan memupuk semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Kemudian mulai muncul gerakan kepemudaan di berbagai daerah yang akhirnya membawa Indonesia merdeka pada 1945.

Kalimantan Selatan resmi menjadi Provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, bersama-sama dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Barat pada 1 Januari 1957. Sebelumnya ketiga Provinsi tersebut berada dalam satu Provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan.

Kota Banjarmasin kala itu sudah menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi/perdagangan, dan pemerintahan, baik semasa penjajahan maupun pada awal kemerdekaan. Sejak 16 Maret 2022, ibu kota provinsi ini resmi dipindah ke Kota Banjarbaru untuk menggantikan Kota Banjarmasin.

Berdasarkan Surat Keputusan DPRD Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 1989 tertanggal 31 Mei 1989, ditetapkan bahwa 14 Agustus 1950 merupakan Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal tersebut merujuk pada momen pembentukan Provinsi Kalimantan melalui Peraturan Pemerintah RIS Nomor 21 Tahun 1950, yang terjadi setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan Dokter Moerjani menjabat sebagai gubernur.

Halaman 2 dari 2
(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads