Beda Hasil Autopsi Pendaki Juliana Marins di Brasil Vs Indonesia

Beda Hasil Autopsi Pendaki Juliana Marins di Brasil Vs Indonesia

Devandra Abi Prasetyo - detikKalimantan
Sabtu, 12 Jul 2025 10:45 WIB
Members of Brazils Air Force carry the coffin of Juliana Marins, who was found dead in Indonesia after falling off a cliff while hiking on Mount Rinjani, during the arrival of her body in Rio de Janeiro, Brazil, July 1, 2025. REUTERS/Ricardo Moraes
Jenazah Pendaki Juliana yang Tewas di Rinjani Pulang ke Brasil. Foto: REUTERS/Ricardo Moraes
Balikpapan -

Pendaki asal Brasil, Juliana Marins tewas di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jasadnya sempat diautopsi sampai dua kali, yaitu dilakukan oleh tim forensik Indonesia dan tim forensik Brasil.

Ada perbedaan mengenai hasil autopsi yang diumumkan oleh masing-masing pihak. Apa perbedaannya berikut ini, dikutip dari detikBali:

Hasil Autopsi Indonesia

Setelah Juliana berhasil dievakuasi dari jurang di kawasan Cemara Tunggal, Gunung Rinjani, jenazahnya kemudian diautopsi oleh tim dokter RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya menunjukkan Juliana mengalami patah tulang di bagian tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban. Juliana juga mengalami kerusakan organ yang memicu perdarahan hebat.

"Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan pendarahan," kata Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik yang melakukan autopsi, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6).

Tim forensik juga menyimpulkan bahwa Juliana diperkirakan meninggal 20 menit setelah terjatuh.

"Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu (akhirnya) meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit," kata Alit.

Hasil Autopsi Brasil

Jenazah kemudian diterbangkan ke Brasil untuk diserahkan kepada keluarga. Setelah tiba, jenazah kembali diautopsi untuk kedua kalinya oleh tim forensik Brasil.

Dikutip dari Oglobo Globo Brasil, hasil autopsi dari otoritas Brasil menunnjukkan Juliana diperkirakan bertahan hidup selama sekitar 10 hingga 15 menit setelah benturan (terjatuh).

Akibat jatuh, Juliana tidak memiliki peluang untuk bergerak atau memberikan respons yang efektif.

Dokumen Kepolisian Sipil juga menjelaskan kemungkinan 'periode agonal', yakni sebuah fase antara trauma dan kematian. Itu ditandai dengan stres ekstrem dan kegagalan organ progresif.

Para ahli meyakini Juliana mengalami kondisi fatal dan menderita, beberapa menit sebelum kematiannya. Analisis terbaru juga tidak dapat menentukan hari dan waktu kematian secara akurat

Adapun penyebab langsung kematiannya adalah perdarahan internal yang disebabkan oleh cedera poliviseral dan beberapa trauma, yang sesuai dengan benturan berenergi tinggi.

Artikel ini sudah tayang di detikHealth.




(dpy/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads