Bukan Hipotermia yang Sebabkan Juliana Marins Meninggal

Regional

Bukan Hipotermia yang Sebabkan Juliana Marins Meninggal

Ahmad Firizqi Irwan - detikKalimantan
Jumat, 27 Jun 2025 17:01 WIB
Juliana Marins, turis Brasil yang tewas di Gunung Rinjani, Lombok, NTB.
Juliana Marins. Foto: dok. Instagram
Denpasar -

Dokter forensik memastikan Juliana Marins, tulis Brasil yang jatuh ke jurang Gunung Rinjani, meninggal bukan karena hipotermia. Dugaan hipotermia ini sempat mencuat mengingat cuaca ekstrem yang terjadi di Gunung Rinjani hingga menyulitkan proses evakuasi Juliana.

Dilansir detikBali, Dokter Ahli Forensik RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar, Ida Bagus Putu Alit, membeberkan bahwa Juliana tewas karena benturan benda keras. Benturan itu menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ dalam korban.

"Dari patah-patah tulang inilah terjadi kerusakan pada organ-organ dalam serta pendarahan," terang Alit, Jumat (27/6/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, luka-luka didapati hampir seluruh tubuh Juliana. Salah satu yang cukup serius adalah luka lecet geser yang mengindikasikan tubuh korban bergesekan dengan benda-benda tumpul. Selain itu, ditemukan patah tulang pada bagian dada belakang, tulang punggung, dan paha.

Alit menegaskan tidak ada tanda-tanda hipotermia pada korban. Selain itu, dokter tidak mendapati adanya penyusutan limpa. Hal ini menunjukkan pendarahan terjadi dengan cepat, bukan secara perlahan seperti yang biasa terjadi pada kasus hipotermia. Juliana diperkirakan hanya bertahan hidup selama 20 menit setelah jatuh ke jurang.

"Untuk hipotermia, tanda-tanda adanya itu luka-luka yang ditimbulkan di ujung-ujung jari berwarna hitam. Nah, ini tidak kami temukan," jelas Alit.

"Bahkan di dalam organ tubuh terutama organ spleen (limpa), tidak ditemukan mengkerut akibat hipotermia. Jadi dapat kami sampaikan bahwa kematian itu dalam jangka waktu yang sangat singkat," sambungnya.

Selanjutnya, pemeriksaan luka pada kepala tidak menunjukkan adanya tanda-tanda herniasi otak.

Di bagian kepala memang ditemukan luka, namun belum sampai menimbulkan herniasi otak. Alit mengatakan herniasi otak biasanya terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah luka timbul.

"Itu kami tidak menemukan. Tidak ada bukti di kepala. Kemudian di dada dan perut juga tidak ditemukan," tegasnya.

Pemeriksaan lebih lanjut juga tidak menemukan tanda-tanda yang menunjukkan korban baru meninggal lama setelah terjatuh. Dokter menjelaskan bahwa kondisi luka masih baru dan belum menunjukkan proses pembusukan lanjutan.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads