Sejumlah ilmuwan melakukan eksperimen dengan menyuntikkan 'gen bahasa' manusia ke dalam tubuh tikus. Hasilnya cukup mengejutkan, karena modifikasi genetik ini berdampak signifikan pada suara atau pola vokalisasi tikus.
Dibandingkan tikus biasa, anak tikus yang membawa versi gen manusia tersebut menunjukkan pola suara berbeda saat memanggil induknya. Mereka mengeluarkan cuitan dengan nada lebih tinggi serta variasi bunyi yang lebih kompleks dibandingkan tikus normal.
"Semua bayi tikus membuat suara ultrasonik untuk memanggil ibunya, dan para peneliti bahasa mengelompokkan berbagai suara ini ke dalam empat 'huruf' yaitu S, D, U, dan M. Kami menemukan bahwa saat kami 'mentransliterasi' suara tikus dengan varian gen bahasa manusia, hasilnya berbeda dengan tikus liar biasa. Beberapa 'huruf' tersebut berubah," ujar penulis studi, sekaligus kepala Lab Neuro-Onkologi Molekuler Rockefeller University, Robert B Darnell, dikutip dari IFL Science, Minggu (29/6/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dewasa, bayi tikus itu mengalami perubahan yang lebih mencolok. Saat mencoba menarik pasangan, tikus jantan menghasilkan suara bernada tinggi yang lebih kompleks dibanding tikus biasa.
"Mereka 'berbicara' berbeda kepada tikus betina. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan dalam vokalisasi ini dapat berdampak besar dalam evolusi," jelas Darnell.
Perubahan tersebut berawal dari protein NOVA1, yang disebut memiliki peran penting dalam perkembangan otak. Para peneliti menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) untuk menggantikan protein NOVA1 milik tikus dengan varian yang hanya dimiliki manusia.
Awal mulanya, peneliti menemukan varian NOVA1 milik manusia tidak mengubah cara protein berinteraksi dengan RNA yang berkaitan dengan perkembangan otak atau kontrol gerakan. Artinya, protein ini bekerja sama seperti versi asli pada tikus.
Namun, mereka menemukan hal yang tak terduga. Varian NOVA1 manusia ternyata memengaruhi pengikatan RNA pada gen-gen yang terkait dengan kemampuan vokalisasi.
"Kami berpikir, wow. Kami tidak menyangka itu. Ini adalah salah satu momen yang sangat mengejutkan dalam sains," tandas Darnell.
Artikel ini sudah tayang di detikHealth.
(avk/bai)