PSS Sleman dipastikan turun kasta. Mereka terdegradasi usai 6 musim berkompetisi di Liga 1. Terkait ini, pelatih PSS, Pieter Huistra mengungkit soal sanksi minus 3 poin imbas kasus match fixing atau pengaturan skor di final Liga 2 20218.
Diketahui, PSS degradasi meski menang telak dengan skor 3-0 atas Madura United di pekan terakhir Liga 1 2024/2025, Sabtu (24/5) kemarin. Sebab, pada laga lainnya, Semen Padang menang atas Arema FC dengan skor 2-0. Semen Padang memastikan satu tempat terakhir tampil di Liga 1 musim depan.
PSS sebetulnya punya tren positif berupa empat kemenangan beruntun. Namun, hal itu nyatanya tak cukup karena performa mereka memang buruk dari awal musim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan PSS begitu terjal. Di awal musim mereka mendapat sanksi dari Komite Disipin (Komdis) PSSI berupa pengurangan tiga poin dan denda Rp 150 juta imbas dari kasus match fixing atau pengaturan skor di final Liga 2 2018. PSS juga sempat jadi tim dengan kekalahan terbanyak, hingga berganti tiga pelatih.
"Jika kita tidak mendapat pengurangan tiga poin, kita akan selamat hari ini. Karena kita kehilangan tiga poin. Sejak awal musim, kita mulai dengan minus tiga," kata Huistra dalam keterangan resmi yang diterima detikJogja, Minggu (25/5/2025).
Menurut dia, kehilangan tiga poin itu cukup memengaruhi kondisi psikologis pemain dari awal musim.
"Ini adalah kondisi psikologis yang besar. PSS harus menang, dan posisinya rendah. Tapi banyak yang terjadi, sudah dilakukan, dan pengalaman lainnya juga terjadi," ujar Huistra.
Dia menyadari bahwa situasi tersebut tidak mudah bagi PSS. Huistra menambahkan, PSS harus bangkit lebih kuat mengingat Super Elja merupakan tim yang besar.
"Tidak mudah, tapi ya, sangat sedih. Tidak seharusnya seperti ini, saya pikir. Tapi yang harus dikatakan sekarang, kita harus menghadapinya. Kita harus menjadi lebih kuat. Kita harus keluar dari situasi ini," jelasnya.
"Saya punya pengalaman sekarang di Indonesia. Saya memastikan jika PSS adalah salah satu klub yang lebih terorganisir. Indonesia butuh klub yang terorganisasi. Indonesia butuh klub dengan stadion yang bagus," pungkasnya.
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Roy Suryo Usai Diperiksa soal Ijazah Jokowi: Cuma Identitas yang Saya Jawab
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa