Kisah Pak Hin Suporter Sepuh Brajamusti, Setia Kawal PSIM Sejak 1989

Kisah Pak Hin Suporter Sepuh Brajamusti, Setia Kawal PSIM Sejak 1989

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Senin, 10 Jun 2024 16:49 WIB
Suporter sepuh PSIM Jogja, Pak Hin saat ditemui di Kota Jogja, Senin (10/6/2024).
Suporter sepuh PSIM Jogja, Pak Hin saat ditemui di Kota Jogja, Senin (10/6/2024). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Salah satu suporter sepuh PSIM Jogja, Sulistyo Hindarto (52) setia mengawal perjalanan Laskar Mataram sejak 1989. Dia kini menjadi salah satu pengurus suporter PSIM, Brajamusti. Seperti apa kisahnya?

Sosok yang akrab disapa Pak Hin atau Mbah Hin itu mengaku menjadi suporter PSIM Jogja sejak 1989. Awal kecintaannya dengan PSIM lantaran suka dengan sepakbola dan karena berdomisili di Kota Jogja.

"Dulu saya memang suka dengan sepakbola waktu kecil. Lalu, saya juga asal Jogja dan mulai dari situ saya nonton terus PSIM sampai saya akhirnya jadi suka," ujar Pak Hin saat ditemui detikJogja di kawasan Gondomanan, Kota Jogja, Senin (10/6/2024).

Pak Hin telah menyaksikan pasang surut prestasi PSIM. Mulai dari Liga Indonesia pertama kali bergulir pada 1994, terdegradasi ke Divisi Satu hingga promosi ke Divisi Utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ditanya saya suka PSIM kenapa ya saya juga nggak tahu. Mungkin ini yang namanya cinta tanpa alasan. Karena bagi saya PSIM itu bisa mengalahkan segalanya," katanya.

Cinta Mati dengan PSIM Jogja

Pak Hin yang bekerja di salah satu toko percetakan di Kota Jogja itu mengaku sering ditegur bosnya. Sebab, dia lebih memilih menonton PSIM di saat jam kerja.

ADVERTISEMENT

"Sampai saya pernah kerja, saya lebih ngaboti (mengutamakan) nonton PSIM daripada kerjaan saya. Bos saya sampai bilang ngaboti PSIM terus Pak," bebernya.

"Ya itu bisa jadi risiko gede banget, bisa dikeluarin dari pekerjaan atau kalau di sekolah bisa di-DO (drop out). Tapi kalau saya untungnya pekerjaan saya masih aman. Wong saya kerja juga masih pakai jersey PSIM sama kadang pake jaket PSIM juga," sambungnya.

Pak Hin Pantang Pakai Sepatu Biru

Ada cerita unik dari Pak Hin. Dia mengaku tak pernah mengoleksi sepatu warna biru. Sebab, biru identik dengan PSIM. Dia tak ingin menginjak warna kebanggaan Laskar Mataram itu.

"Terus pernah ada cerita juga. Teman saya pakai sepatu biru, saya bilang biru kok diinjak. Karena saya nggak punya sepatu biru. Karena biru sudah identik dengan PSIM jadi ngapain diinjak. Saya sampai dibilang keterlaluan," kata Pak Hin.

Pak Hin saat bersama anggota supporter BrajamustiPak Hin saat bersama anggota supporter Brajamusti Foto: dok. Sulistyo Hindarto

Cerita Away Tak Terlupakan

Pak Hin turut bercerita soal pengalaman paling berkesan mengawal perjalanan PSIM. Salah satunya saat PSIM juara Divisi Satu pada 2005.

"Kalau mendukung PSIM paling berkesan itu pas final lawan Persiwa Wamena di tahun 2005. Kala itu kita juara Divisi Satu dan promosi ke Divisi Utama," ungkapnya.

"Dulu berangkat naik kereta cuma 15 ribu. Sampai stadion kita makan nasi padang sebungkus buat dua orang. Ada juga waktu itu kita paling susah cari toilet. Jadi kita sampai ada yang nggak mandi dulu karena susah cari toiletnya. Ada yang mandi di sungai, tapi sungainya kotor," katanya.

Didukung Keluarga

Pak Hin saat ini ikut serta menjadi anggota di Dewan Pengurus Pusat (DPP) Brajamusti sebagai Menteri Koordinator I. Dia bertugas sebagai koordinator kegiatan suporter Brajamusti.

Meski banyak aktivitas sebagai suporter PSIM, pria kelahiran 1972 itu mengaku sangat didukung oleh keluarganya.

"Kalau dari keluarga malah mendukung saya. Kadang-kadang anak saya kalau PSIM kalah, terus ngomong sama istri saya intinya jangan ganggu bapak soalnya PSIM kalah. Jadi saya sangat bersyukur bahwa anak-anak saya nggak pernah permasalahkan saya dukung PSIM," tutup Pak Hin.




(ams/dil)

Hide Ads