Pandangan Muhammadiyah di Kasus Rocky Gerung hingga Arah Politik di 2024

Round Up

Pandangan Muhammadiyah di Kasus Rocky Gerung hingga Arah Politik di 2024

Tim detikJateng - detikJogja
Senin, 07 Agu 2023 07:00 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir saat memberikan keterangan di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Minggu (6/8/2023).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir saat memberikan keterangan di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Minggu (6/8/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng.
Jogja -

Pernyataan kontroversial yang disampaikan akademisi Rocky Gerung memantik reaksi dari berbagai kalangan. Ada yang pro dan juga akan yang kontra terhadap pernyataan yang dinilai menghina Presiden Jokowi. Bahkan, sejumlah orang melaporkan Rocky Gerung ke polisi.

Terkait hal itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah turut memberikan pandangannya sendiri.

"Ya kan pak Rocky Gerung sendiri menempatkan pada dua perspektif kan, dia siap dalam perspektif hukum untuk menjalani. Tapi juga dia ingin menjelaskan dalam perspektif kritik sebagai sebuah kegiatan intelektual," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir di kampus UMY, Kasihan, Bantul, Minggu (6/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haedar berpendapat, semua orang bisa melakukan hal sama seperti Rocky. Dia mencontohkan soal kasus Panji Gumilang, di mana kasus masuk dalam ranah hukum dan ranah pemikiran.

ADVERTISEMENT

Maka dari itu, Haedar menilai pentingnya melakukan dialog dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu, Haedar meminta kasus Rocky menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk introspeksi.

"Saya pikir kita berbangsa bernegara itu harus terus saling berdialog. Nah, lebih dari itu, berbagai kasus yang terjadi di Indonesia ini harus menjadi introspeksi untuk semuanya," ucapnya.

"Apakah kita berbangsa bernegara mengelola negara sudah sesuai konstitusi, cita-cita kenegaraan, kebangsaan para pendiri bangsa dan kemaslahatan rakyat yang terbesar. Karena kan politik berbangsa bernegara itu kompleks," lanjut Haedar.

Tidak hanya itu, Haedar juga meminta kepada pada elite agar semakin bijaksana, cerdas, menunjukkan jiwa kenegarawanan dan menempatkan kepentingan bangsa, negara dan persatuan di atas segalanya. Pasalnya, Indonesia sudah merdeka lebih dari setengah abad dan tahun ini memasuki 78 tahun kemerdekaannya.

"Saya pikir, oke, dalam dinamika bangsa ada polemik, ada perbedaan, ada dinamika. Tetapi kita harus semakin dewasa setelah kita tahun ini 78 tahun merdeka," katanya.

Pandangan Politik Muhammadiyah di 2024

Haedar menjadi pembicara dalam dialog ideologi, politik dan organisasi (ideopolitor) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam kesempatan itu Haedar mengungkapkan pandangan politik Muhammadiyah jelang Pemilu 2024.

Haedar mengungkapkan, bahwa Muhammadiyah memandang politik dalam dua ranah, yakni politik praktis, politik perjuangan kekuasaan yang dilakukan partai politik (parpol). Politik tersebut, kata Haedar, adalah bagaimana meraih kekuasaan, menjadikan kekuasaan untuk memajukan bangsa dan negara.

"Selanjutnya ada ranah politik kebangsaan lewat pembinaan masyarakat. Nah, Muhammadiyah sejak berdirinya memang punya garis kita tidak masuk ke politik praktis tapi politik kebangsaan," katanya kepada wartawan.

Oleh sebab itu, menghadapi Pemilu 2024 Muhammadiyah tidak menjadi partisan politik. Akan tetapi, Muhammadiyah mendorong kader-kadernya untuk terlibat dalam berbagai ranah, salah satunya parpol.

"Tapi kita mendorong kader-kader Muhammadiyah untuk terlibat sesuai dengan fungsi dan peran dalam berbagai ranah kehidupan termasuk dalam di parpol," lanjut Haedar.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....

Di sisi lain, meski tidak dalam barisan politik perjuangan, Haedar tidak ingin mendiskreditkan ranah politik tersebut. Menurutnya, politik perjuangan memiliki sisi positif dalam berbangsa dan bernegara.

"Jadi kita tetap memandang parpol dan perjuangan politik kekuasaan itu positif tetapi harus ada nilainya. Berdasarkan Pancasila, konstitusi terus juga untuk kemajuan cita-cita rakyat," ucapnya.

Sedangkan soal ideologi, Haedar mengatakan, jika Muhammadiyah hidup dalam kancah nasional dan global, bahkan di tengah berbagai ideologi yang luar biasa. Menurutnya, untuk menghadapi berbagai ideologi itu Muhammadiyah tetap berpijak kepada ideologi yang modern, reformis dan moderat.

"Kita tidak masuk pada pemikiran-pemikiran yang ekstrem, baik yang cenderung ke kanan maupun ke kiri. Tetapi kita ideologi ke tengahan yang menawarkan islam yang berkemajuan, damai, menyatukan, memberdayakan, membebaskan tapi juga Islam yang memajukan kehidupan bersama, itu kerangka berpikir ideologis kita," ujarnya.

Ideologi berkemajuan, kata Haedar, adalah menampilkan gerakan-gerakan amaliah yang tersistem baik di perguruan tinggi, rumah sakit hingga sekolah-sekolah. Menurutnya, semua itu termasuk gerakan dakwah di masyarakat yang membawa kemajuan hidup masyarakat luas.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Rocky Gerung Puji Kakorlantas Bisa Tekan Angka Kecelakaan"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads