Sandiaga Ungkap Penerbangan ke Indonesia Terganggu Konflik di Timur Tengah

Sandiaga Ungkap Penerbangan ke Indonesia Terganggu Konflik di Timur Tengah

Adji G Rinepta - detikJogja
Minggu, 06 Okt 2024 14:38 WIB
Ilustrasi pesawat terbang malam hari
Ilustrasi penerbangan internasional. Foto: Getty Images/Jetlinerimages
Jogja -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkap memanasnya konflik di Timur Tengah berdampak terhadap pariwisata di Indonesia. Banyak penerbangan yang terganggu oleh konflik ini.

Ditemui wartawan usai menghadiri acara Barekraf Developer Day (BDD) 2024 di Kota Jogja, Sandi pun menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Eropa belum lama ini. Menurutnya dampak perang sangat terasa pada penerbangan internasional.

"Akan ada dampak perang, seperti waktu kemarin saya kembali dari Eropa, sebagian dari wisatawan yang ke Indonesia ini stranded di Timur Tengah karena ditutupnya ruang udara," jelasnya kepada wartawan di salah satu hotel di Jogja, Minggu (6/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya, masih ada jalur lain dari Eropa yang bisa menjadi pintu masuk ke Indonesia selain dari Timur Tengah. Hanya saja, jalur tersebut ternyata juga terganggu dengan situasi yang terjadi di sekitar Korea Utara.

"Saya mengalihkan kunjungan ke pulangnya melalui Korea dengan berharap tidak mengalami penundaan karena ditutupnya ruang udara," ungkap Sandi.

ADVERTISEMENT

"Ternyata saat di Korea ada balon yang diterbangkan oleh pihak Korea Utara di atas ruang udara Korea Selatan dan akhirnya ditutup juga. Jadi ternyata gangguan ini bukan hanya di Timur tengah tapi juga di wilayah lain di dunia, termasuk Asia. Jadi kita mesti waspada," sambungnya.

Meski begitu, Sandi menyampaikan, target wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia masih tetap melampaui target hingga Agustus lalu. Ia berharap tren positif ini bisa terus berlanjut.

"Walaupun per hari ini wisatawan kita jauh di atas target, per Agustus kemarin sudah nembus angka 9 juta (wisman), dan kita harapkan di akhir tahun target 14 juta juga terlampaui," ujar Sandi.

"Ini merupakan kerja keras dari kita semua tapi kita harus sangat mewaspadai dan berhati-hati berkaitan dengan situasi geopolitik internasional ke depan," pungkasnya.




(ahr/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads