Perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor Jogja yang Sering Dikira Sama, Apa Saja?

Perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor Jogja yang Sering Dikira Sama, Apa Saja?

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 07 Sep 2024 09:10 WIB
Suasana di Alun-alun Kidul Jogja, Kamis (21/9/2023).
Potret Alun-alun Kidul Jogja. (Foto: Iis Sulistiani/detikJogja)
Jogja -

Jogja adalah kota dengan segudang tempat bersejarah, di antaranya adalah Alun-alun Kidul (selatan) dan Alun-alun Lor (utara). Keduanya sering dikira sama oleh pengunjung, padahal fakta justru menyatakan sebaliknya.

Tidak dapat dipungkiri, jika hanya dilihat sepintas lalu, Alun-alun Kidul dan Lor tampak sama. Terlebih, keduanya memiliki dua beringin kembar yang terletak di bagian tengah. Selain itu, kemiripan aktivitas yang bisa dilakukan turut berkontribusi menyebabkan banyak orang menganggap keduanya sama.

Apakah detikers sudah pernah mengunjungi tempat legendaris di Jogja ini? Sebelum menyambanginya bersama keluarga tercinta, pastikan untuk memahami perbedaan antarkeduanya terlebih dahulu sebagai berikut.

Perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor Jogja

Dirangkum dari laman resmi Jogja Cagar yang dikelola Dinas Kebudayaan Jogja, Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY Kemendikbudristek, dan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor Jogja bisa ditinjau dari beberapa aspek, yakni:

1. Lokasi, Batas, dan Ukuran

Alun-alun Kidul terletak di belakang Keraton Yogyakarta, sedangkan Alun-alun Lor berlokasi tepat di depannya. Menengok sekilas Google Maps, letak pasti Alun-alun Kidul adalah Jalan Alun-alun Kidul, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Sementara itu, Alun-alun Lor ada di Jalan Alun-alun Utara, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Alun-alun Kidul berbatasan dengan:

  • Pagar sisi utara dan Kuncungan Sasana Hinggil Dwi Abad (utara)
  • Pagar sisi timur (timur)
  • Pagar sisi selatan (selatan)
  • Pagar sisi barat (barat)

Adapun batas Alun-alun Lor adalah:

  • Jalan Alur-Alur Lor sisi utara (utara)
  • Jalan Alun-alun Lor sisi timur (timur)
  • Pagar Bangsal Pagelaran (selatan)
  • Jalan Alur-Alun Lor sisi barat (barat)

Berbicara tentang ukuran, menurut informasi dari dokumen bertajuk Wisata Budaya Alun-alun Selatan Karaton Yogyakarta oleh Dra Titi Mumfangati, Alun-alun Kidul memiliki luas sekitar 160 m x 160 m. Sementara itu, Alun-alun Lor lebih luas, yakni 236 m x 225 m.

2. Fungsi

Alun-alun Kidul dan Lor sama-sama dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana 1. Mulanya, kedua Alun-alun ini dipakai untuk tempat upacara kerajaan, ritual keagamaan, upacara tradisi, tempat pertemuan rakyat dengan sultan, dan latihan militer.

Khusus Alun-alun Kidul, pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII, tempat ini dipakai untuk lomba panahan tiap hari Senin dan Kamis. Selain itu, Alun-alun Kidul juga berfungsi sebagai tempat pemberangkatan jenazah sultan.

Di sisi lain, Alun-alun Lor dulu digunakan sebagai tempat menampilkan simbol kekuasaan politik keraton berupa acara Gladhen Watangan dan Rampogan Sima. Ketika awal kemerdekaan Indonesia, Alun-alun Lor pernah juga difungsikan sebagai tempat mobilisasi massa untuk usaha nasionalisme.

3. Nama Beringin

Sempat disebut sekilas sebelumnya, baik Alun-alun Kidul maupun Lor, sama-sama memiliki sepasang beringin. Kendati begitu, kedua beringin ini memiliki nama berbeda dan dengannya, menjadi perbedaan selanjutnya antara Alun-alun Kidul dan Lor.

Dua buah pohon beringin berpagar di Alun-alun Kidul yang terletak di tengah lapangan bernama Supit Urang. Selain itu, Alun-alun Kidul juga memiliki dua pohon beringin lain yang dinamai Wok. Keduanya terletak di ujung utara jalan menuju Plengkung Nirbaya alias Plengkung Gading.

Sementara itu, dua pohon beringin berpagar di Alun-alun Lor dinamai Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru/Wijayadaru. Disadur dari buku Tanaman Kultural dalam Perspektif Adat Jawa oleh Purnomo, kedua pohon ini dianggap sebagai simbol persatuan mistis antara raja dengan rakyatnya.

Selain itu, kedua buah pohon beringin di Alun-alun Lor juga dianggap sebagai simbol demokrasi. Pasalnya, rakyat yang tidak setuju dengan kebijakan penguasa dapat melakukan protes dengan memakai baju serba putih dan duduk di antara kedua pohon tersebut.

4. Tradisi Beringin Kembar

Di Alun-alun Kidul, terdapat mitos beringin kembar yang menarik minat banyak wisatawan. Mitosnya adalah barang siapa berhasil berjalan di antara kedua beringin ini dengan mata tertutup, konon, hajat dan keinginannya akan terkabul.

Ritual untuk menyelesaikan mitos ini disebut Tradisi Masangin. Mitos ini juga diperkuat dengan adanya keyakinan bahwa di tengah pohon tersebut terdapat jimat tolak bala untuk mengusir musuh. Konon, ketika tentara kolonial melewatinya, mereka akan kehilangan kekuatan.

Lain lagi dengan tradisi di Alun-alun Lor. Di Alun-alun ini, terdapat Tradisi Tapa Pepe. Tapa Pepe bertujuan untuk memohon keadilan sultan. Tata caranya adalah duduk pada siang terik di antara dua pohon beringin Alun-alun Lor sembari memakai pakaian putih.

Demikian penjelasan lengkap mengenai perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor yang sering dianggap sama. Jangan sampai salah membedakannya, ya, Dab!




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads