Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini punya program wisata ramah difabel. Bernama Laku Wirasa, program ini mewajibkan setiap pramuwisata bisa berbahasa isyarat hingga adanya layanan wisata berbasis Virtual Reality (VR) bagi penyandang disabilitas.
Laku Wirasa merupakan akronim dari Layanan Kulon Progo Wisata Ramah Disabilitas. Program ini merupakan pengembangan dari program Sambang Kulon Progo (Sambanggo), besutan Dinas Pariwisata Kulon Progo yang baru-baru ini menerima penghargaan dari Kementerian PAN-RB.
"Jadi Sambanggo ini meraih penghargaan dalam kategori pembangunan sosial berkelanjutan dari Kementerian PAN-RB. Dengan adanya penghargaan ini, kita perlu dorongan lagi yang lebih komplet dan kuat untuk membangun pariwisata agar lebih punya daya tarik termasuk bagi wisatawan difabel," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito, saat ditemui di kantornya, Kamis (21/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joko menerangkan, salah satu layanan dalam Laku Wirasa yaitu mewajibkan seluruh pemandu wisata di bawah naungan Dinas Pariwisata Kulon Progo untuk bisa berbahasa isyarat.
"Kami sudah melakukan pelatihan-pelatihan pemandu wisata untuk belajar bahasa isyarat. Sehingga selain bisa bahasa Indonesia, Inggris, mereka harus bisa bahasa isyarat untuk memudahkan teman-teman kita yang mengalami gangguan pendengaran," ucapnya.
Di dalam Laku Wirasa ini, Dinas Pariwisata juga membuat wisata berbasis VR. VR ini jadi semacam simulasi bagi penyandang disabilitas sebelum nantinya bisa terjun langsung untuk berwisata di Kulon Progo.
Ketika masuk VR, penyandang disabilitas akan dipandu oleh tokoh wayang wisata Kulon Progo, yaitu Geblek dan Sengek. Dua tokoh ini akan mengajak berkeliling ke destinasi wisata di Kulon Progo, yang nantinya di setiap titik ada penanda berupa warna merah, kuning dan hijau.
Setiap warna itu punya arti masing-masing. Merah artinya sulit dijangkau. Kuning bisa dijangkau tapi harus berhati-hati dan butuh pendampingan. Kemudian hijau artinya mudah dijangkau.
"Misal sewaktu berkeliling via VR di Widosari, akan ada penanda warna merah bagi tunanetra. Tapi tunadaksa dan tunarungu kemungkinan bisa kuning atau hijau. Nah tanda-tanda ini penting sebagai petunjuk apakah rekan-rekan difabel dapat menjangkau lokasi tersebut," terang Joko.
Joko mengatakan, Laku Wirasa ini menjadi langkah awal untuk menciptakan inklusif tourism atau pariwisata ramah difabel di Kulon Progo. Ke depan, pariwisata ramah difabel juga akan dimasukkan ke dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) 2025 Kulon Progo.
"Kita juga akan mengupayakan ini jadi Perbup (Peraturan Bupati), terus akan kita masukkan ke Rencana Induk Pembangunan Pariwisata 2025 agar inklusif tourism bisa menjadi bagian dari program kita," pungkasnya.
(dil/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu