Calon Wali Kota (Cawalkot) Jogja, Hasto Wardoyo, membuka peluang mengelola sampah warga Jogja di wilayah lain. Salah satu sasarannya yaitu di tepi Sungai Progo wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Secara administratif calon tempat pengolahan sampah ini berada di Dusun Nglatiyan 1, Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah. Persisnya di lahan nonproduktif yang ada di tepi Sungai Progo dan berdekatan dengan area pertambangan pasir setempat.
Rencananya lokasi itu akan dijadikan sebagai tempat penampungan sekaligus pengolahan sampah terpadu. Untuk meminimalisir limbah, sampah yang masuk ke lahan milik Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) itu bakal diolah menjadi wujud baru yang lebih bermanfaat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasto bersama timnya meninjau lokasi tersebut. Dalam kesempatan ini, Hasto menyampaikan minatnya untuk berkolaborasi mengelola lokasi itu menjadi tempat pengolahan sampah bagi warga Kota Jogja, jika dirinya terpilih kelak.
"Ya, sebetulnya bagian dari nyicil embrio kolaborasi, ketika misalkan kita dapat amanah, kan kita sudah ada kesiapan untuk kolaborasi dengan kabupaten dan kota sekitar, karena kita tidak sendirian. Apalagi Kota Jogja tidak punya lahan sehingga ketika kita ingin punya konsep untuk menyelesaikan sampah kota ya harus dari sekarang draftnya sudah ada, dan salah satu draft adalah harus kolaborasi dengan kabupaten tetangga," ucap Hasto kepada wartawan di lokasi, Rabu (2/10/2024).
Hasto mengatakan pengolahan sampah di Nglatiyan 1 sedang dalam kajian oleh PT. Sinergi Bumilangit Seraya (SBS) dan pemangku kebijakan setempat. Warga di sekitar lokasi juga sudah diajak untuk studi banding ke Banyumas tentang tata cara pengolahan sampah yang baik. Sebagai informasi, Banyumas merupakan daerah yang mampu mengelola sampah secara optimal.
"Hari ini kita menengok ke lapangan, seperti apa lahan yang kemarin sudah dikaji oleh teman-teman dari PT. SBS, bersama warga masyarakat, lurah, dukuh, anggota DPRD. Mereka sudah berembuk (berdiskusi) untuk menjadikan tempat ini lebih bermanfaat untuk pengolahan sampah dan masyarakat yang ada di Nglatiyan 1, sudah studi banding ke Banyumas," ucapnya.
Menurut Hasto, tempat pengolahan sampah ini bakal membawa manfaat bagi masyarakat. Informasi yang dia terima, sampah yang masuk dapat dijadikan produk baru bernilai jual tinggi.
Meski begitu, dibutuhkan pasokan sampah yang banyak, tak hanya di Kulon Progo saja, tapi juga wilayah lain seperti Kota Jogja. Dengan skema ini dia meyakini bisa mengatasi persoalan sampah warga Kota Jogja.
"Informasinya justru kalau pengolahan sampah sudah jadi, sampah itu sampai dicari lho sebagai raw materialnya. Ironisnya, di sisi lain, Kota Jogja itu kelebihan sampah. Jadi kita ingin kolaborasi, menjajaki bentuk-bentuk kolaborasi, yang saling menguntungkan antara warga masyarakat, juga pihak swasta dan pemerintah," ucapnya.
"Menurut saya tempat ini juga strategis karena jauh dari permukiman, tinggal nanti tentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, harus kita kaji bagaimana pemanfaatan lahan ini bisa legal, bisa dibolehkan," imbuhnya.
Konsep Pengelolaan Sampah di Nglatiyan
Terpisah, Dirut PT. SBS, Arthur Mantiyo Notodipo mengatakan konsep yang diusung dalam pengelolaan sampah di Nglatiyan 1 mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup. Pihaknya berupaya agar tidak ada limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan tersebut. Sebaliknya, residu sampah yang telah diolah bakal disulap jadi aneka produk lain, salah satu contohnya adalah gerabah.
"Hasil residu itu akan jadi raw material dari karya seni. Kalau kita tahu ada gerabah, nah itu residu sampah yang akan kita manfaatkan. Sehingga nantinya kita berharap ini bukan hanya menjadi sentra dan edukasi persampahan, tapi sentra edukasi kesenian," ucap Arthur.
Arthur mengatakan teknologi yang diusung dalam proyek besar ini masih dalam proses kajian yang kemungkinan bisa memakan waktu lama. Ini karena pihaknya tidak ingin teknologi yang digunakan serta pelaksanaan operasional pengolahan sampah membawa malapetaka bagi lingkungan sekitar.
"Terkait dengan masalah teknologi yang digunakan ini sedang kita kaji sekarang, karena teknologinya harus mengacu pada undang-undang yang berlaku di daerah tersebut, karena itu kaitannya dengan kapasitas pengolahan, terus sumber daya manusia, terus turunannya, apakah berbahaya atau tidak, itu yang sedang kita kaji," jelasnya.
Soal luas lahan yang akan digunakan, Arthur menyebut bakal bertahap. Untuk tahap awal, rencananya mencapai 1 hektare.
"Sebenarnya kalau total (luas lahan) masyarakat sangat luar biasa memberikan keleluasaan kepada kami terkait berapa yang dibutuhkan, tetapi yang dibutuhkan untuk tahap sekarang kami hanya sekitar 1 hektare, dari 1 hektare itu pemanfaatan maksimalnya terkait dengan massa bangunan, fungsi lahan, itu hanya sekitar 7.000 meter persegi," terangnya.
Dengan luasan tersebut, Arthur optimistis tempat pengolahan sampah ini bisa menampung sedikitnya 50 ton sampah per harinya. "Kapasitasnya nanti secara bertahap, mulai dari di bawah 50 ton per hari, sampai target kita 200 ton per hari," ujarnya.
Sementara itu, Lurah Ngentakrejo, Sumardi menyatakan sudah tahu tentang rencana pengolahan sampah di wilayah Nglatiyan 1. Dia termasuk yang ikut saat studi banding dan pelatihan soal pengolahan sampah bersama warga Nglatiyan 1 di Banyumas belum lama ini.
"Iya pelatihan di Banyumas, saya juga ikut. Itu pelatihan pengolahan sampah, jadi sampah dibedakan mana organik dan enggak. Organik untuk pakan hewan, dan lainnya nanti diolah lagi," ucap Sumardi.
Sumardi berharap proyek ini bisa berjalan sesuai rencana dan mendapat dukungan dari seluruh masyarakat khususnya yang tinggal di Nglatiyan 1. Ke depan, Sumardi akan memastikan kesiapan warga sekitar agar bisa dilibatkan dalam proses pengolahan sampah tersebut.
"Yang jelas pertama kami serahkan ke masyarakat apakah semuanya sudah clear atau tidak, walaupun kemarin sudah beberapa ya, tapi akan saya tanya semua kesiapannya," ujarnya.
(ams/cln)