Resep Sate Kere Khas Jogja Beserta Sejarah dan Filosofinya

Resep Sate Kere Khas Jogja Beserta Sejarah dan Filosofinya

Mardliyyah Hidayati - detikJogja
Minggu, 14 Des 2025 10:17 WIB
Resep Sate Kere Khas Jogja Beserta Sejarah dan Filosofinya
Ilustrasi sate kere. Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho
Jogja -

Sate kere merupakan salah satu makanan khas Jogja yang bisa kalian temui di pinggir-pinggir jalan. Olahan satu ini tidak hanya murah dan lezat, tetapi juga punya sejarah dan filosofi yang melekat.

Sate kere tidak terbuat dari bahan dasar daging seperti sate pada umumnya. Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Yogyakarta, bahan dasar sate kere adalah jeroan sapi atau tempe gembus.

Sesuai namanya, sate ini diperuntukkan orang-orang kalangan bawah. Namun kini, semua kalangan menikmatinya, bahkan kalian bisa membuatnya sendiri di rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, kali ini detikJogja akan memberi kalian resep sate kere yang bisa diikuti di rumah. Sembari menikmati sate kere, kalian bisa menambah wawasan tentang sejarah dan filosofinya berikut ini.

ADVERTISEMENT

Resep Sate Kere

Dikutip dari buku Goyang Lidah: Resep Masakan Nusantara"oleh Indah Ershe dll, berikut ini resep sate kere yang bisa kamu bikin sendiri di rumah:

Bahan:

  • 5batang tusuk sate
  • 1 papan tempe kedelai (potong dadu sebesar satu ruas ibu jari)

Bumbu halus:

  • 3 butir bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 3 butir kemiri
  • 1 sendok teh ketumbar

Bahan lain:

  • 3 sendok makan minyak goreng untuk menumis
  • 1 sendok makan kecap manis
  • Kaldu bubuk
  • 150 ml air

Bahan dan bumbu sambal kacang:

  • 100 gram kacang tanah disangrai
  • 2 butir bawang putih
  • 2 buah cabai keriting
  • 2 sendok makan minyak goreng untuk menumis bumbu
  • Air matang secukupnya
  • Garam secukupnya
  • Gula merah secukupnya

Cara memasak:

  1. Tumis semua bumbu halus hingga berwarna kuning kecokelatan.
  2. Tambahkan air, garam, gula merah, kecap manis, dan kaldu bubuk aduk hingga rata.
  3. Masukkan tempe yang sudah dipotong, masak hingga bumbu meresap, lalu tusukkan pada tusuk sate.
  4. Bakar sebentar tempe yang sudah ditusuk tadi sampai matang dan wanginya tercium.
  5. Buat bumbu kacang dengan menghaluskan bawang dan cabai, kemudian ditumis.
  6. Masukkan air matang secukupnya.
  7. Haluskan kacang tanah kemudian masukkan dalam bumbu, lalu aduk merata.
  8. Tambahkan garam dan gula secukupnya, lalu aduk kembali hingga merata.
  9. Jika rasanya sudah pas, angkat dan siramkan pada sate yang sudah matang tadi.

Sejarah Sate Kere

Sejarah dan filosofi sate kere berkaitan dengan arti istilahnya. Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Budaya, istilah kere memiliki arti sebagai gelandangan yang merupakan salah satu penggambaran terhadap masyarakat kalangan bawah.

Pada masa kolonial, jeroan sapi biasanya dibuang dan tidak diolah, apalgi dihidangkan di meja makan para bangsawan. Namun, bahan tersebut malah diolah menjadi sate oleh masyarakat kalangan bawah, sebab mereka tidak bisa membeli daging.

Penelitian berjudul Historiografi Sate Kere oleh Heri Priyatmoko dalam sumber yang sama menjelaskan tentang sejarah sate kere. Pada zaman dahulu di kota besar di Jawa ada bangunan tempat penyembelihan hewan yang disebut Abattoir.

Abattoir digunakan untuk menjamin konsumsi daging para bangsawan. Terdapat beberapa aturan seperti tidak diperbolehkan adanya gajih atau lemak yang tercampur dalam daging. Aturan tersebut tercantum dalam staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1849 nomor 52 Pemerintah Hindia Belanda.

Aturan tersebut yang membuat adanya perbedaan gaya hidup dalam dua kelas sosial. Para bangsawan yang terjamin konsumsi daging dengan kualitas baiknya. Berbanding terbalik dengan kalangan bawah yang tidak bisa menikmati hal tersebut.

Perbedaan tersebut melahirkan olahan sate kere yang dibuat dengan bahan dasar yang terjangkau bagi masyarakat kelas bawah, yakni jeroan sapi. Masyarakat kelas bawah akhirnya bisa ikut menikmati lezatnya sate meski dengan bahan dasar yang berbeda.

Filosofi Sate Kere

Sate merupakan olahan daging yang termasuk dalam hidangan mewah dan tentunya mahal. Sementara itu, sate kere dengan bahan dasar jeroan sapi yang dianggap buangan menjadi olahan yang bisa dijangkau masyarakat kelas bawah.

Jadi pada intinya, sate kere dibuat masyarakat kalangan bawah untuk menikmati lezatnya makanan mewah dengan bahan dasar yang bisa mereka jangkau. Sate ini menjadi wujud perlawanan dari masyarakat kelas bawah kepada para bangsawan tentang budaya feodal yang mencekik mereka.

Secara sosiologis, olahan ini menunjukkan adanya konflik dalam kelas sosial tentang gaya hidup. Walau begitu, konflik tersebut memunculkan sikap kompetitif yang sehat. Masyarakat kalangan bawah yang tidak bisa memakan daging karena ekonominya tidak serta merta melawan dengan keras, namun membuat olahan tandingan dengan bentuk yang mirip dengan bahan dasar yang terjangkau.

Dari olahan khas Jogja ini, kalian bisa belajar bahwa keterbatasan bukan menjadi hal yang membatasi. Kreatifitas bisa mengubah keterbatasan menjadi hal yang menarik dan unik, seperti halnya sate kere yang kini menjadi makanan khas Jogja yang cukup terkenal di semua kalangan.

Artikel ini ditulis oleh Mardliyyah Hidayati peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di detikcom




(par/par)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads